Tuesday, October 05, 2021

Arti 9 Tahun Pernikahan Bagiku

Alhamdulillah tangga 04 Oktober 2021, usia pernikahan aku dan suami genap 9 tahun. Baru kali ini mikir untuk mencatatkan kesan tentang ini melalui tulisan. Kenapa ya?

Nggak tahu, terpikir saja begitu. Kemarin kami juga buat acara spesial, makan – makan berdua di rumah sambil nonton film. Beli jajanan saja, snack dan mini cake. Tidak ada kalimat apa – apa. Tidak ada saling mengungkapkan perasaan atau apalah. Karena kami bukan tipe pasangan yang romantis dengan ucapan. Cinta ada dalam hati dan terwujud dalam perbuatan.

Ku renungi pernikahan berusia 9 tahun ini. Bersyukur pada Allah swt yang telah menolong kami mempertahankan pernikahan ini. Dimata sebagian orang, ikatan pernikahan kami lemah karena belum ada anak yang menyempurnakan keluarga kami.

Namun aku paham kuat dan lemahnya ikatan pernikahan tak ditentukan semata oleh keturunan. Pernikahan itu sendiri disebut oleh Allah swt sebagai mitsaqan ghalizha (perjanjian yang kuat).

Allah swt berfirman dalam al Quran surat an Nisa ayat 21: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”.

Baca Juga: Jangan Lupa Menghargai Pasanganmu

                    Dia Menghargaiku Bukan Dengan Pesta

Dengan penjelasan Allah swt itu, aku meyakini bahwa ucapan orang – orang yang tak paham mengenai sakralnya pernikahan itu adalah bagian dari ujian Allah swt. Satu paket dengan ujian lainnya, termasuk ditundanya rezeki anak untuk kami oleh Allah swt.

Dengan ujian ini, kami bisa terus muhasabah diri, berlatih untuk kuat dan menggantungkan semua urusan pada Allah swt. Dia paling tahu yang terbaik bagi hamba – hambaNya. Harus berbaik sangka pada Allah swt.

Mengenai arti usia pernikahan yang 9 tahun ini, aku coba mengambil sejumlah hikmah dari perjalanan kami berumah tangga selama ini. Pertama, telah mengenal dan memahami karakter suami.

Aku pikir 9 tahun waktu yang cukup untuk mengenal karakter seseorang yang hidup bersama kita. Baik karakter umum sebagai lelaki, maupun karakter khusus yang terbentuk dari proses tumbuh kembangnya.

Awalnya semua pernikahan sama saja, terkaget – kaget dengan sifat pasangan. Sebab perbedaan jenis kelamin saja sudah menimbulkan perbedaan karakter. Ditambah beda kebiasaan dan beda kesukaan. Hal ini umumnya menimbulkan perselisihan. Kami juga mengalaminya.

Baca Juga: Andai Aku Menjadi Muslim Uyghur

                    Mereka Yang Wafat Dalam Ketaatan Itu Membuatku Cemburu

Tapi karena mengingat komitmen pernikahan dan tuntunan Islam, alhamdulillah perbedaan bisa dikomunikasikan. Sehingga ada yang dirubah, jika bisa. Sementara ada yang dimaklumi, karena tidak bisa berubah. Setelah bertahun – tahun menikah, semua menjadi biasa. Cekcok tentang itu tak sesering di awal nikah, hanya sesekali saja terjadi.

 Kedua, hadist Rasulullah saw benar, menerima kekurangan pasangan mampu membuat kita melihat kelebihannya yang lain yang lebih banyak. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dari Abu Hurairah,

لاَيَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ.

“Hendaknya seorang mukmin tidak membenci seorang mukminah, jika dia tidak menyukai satu perangainya niscaya dia menyukai yang lain.” (HR. Muslim).

Kekurangan, kelemahan ataupun perangai yang dipandang buruk oleh orang lain seringnya menjadi sifat yang terbawa – bawa dalam diri kita. Kayak aku yang lamban, sembrono, pelupa dan lain – lain, jadi ujian bagi suamiku. Demikian juga apa yang ada pada dirinya.

Menghadapi hal ini, aku ingat hadist nabi Saw itu. Benar saja, saat kita memaklumi sisi kekurangan dan lebih menatap pada sisi kelebihan suami, maka akan banyak kelebihan yang kita sadari ada padanya. Hal itu membuat kita lebih senang dan bersyukur telah dipasangkan oleh Allah swt dengan dirinya.

Baca Juga: 3 Alasan Sepele Penyebab Perceraian

                    4 Karakter Suami Idaman

Bersyukur suamiku bukan perokok, betah di rumah dan maksimal memenuhi segala kebutuhanku. Suamiku yang humoris, cerdas, solutif, rajin bangun pagi, peduli pada keluarga dan lain – lain. Masya allah.

Ketiga, telah banyak memperoleh kebaikan dari suami. Sembilan tahun hidup bersama, tak terhitung sudah berapa banyak sabar yang dia rasakan untuk menghadapi kekuranganku. Sudah berapa banyak permintaanku yang dipenuhinya. Sudah berapa banyak kemudahan yang diberikannya padaku dalam menjalani aktivitas.

 Menghitung – hitung kebaikan diri sendiri pada orang lain memang tak perlu. Karena itu justru membentuk pribadi sombong. Namun menghitung-hitung kebaikan pasangan kita menurutku harus. Agar kita menyadari betapa beruntungnya kita memiliki dia.

Keempat, waspadai kebosanan. Penyakit yang bisa menjangkiti pasangan setelah lama hidup bersama adalah rasa bosan. Yang dilihat itu – itu saja. Yang dihadapi dia – dia terus. Hal ini juga arti usia pernikahan ini bagiku. Jangan sampai ada rasa hambar yang terlalu lama menghinggapi hubungan ini, sehingga setan menyusup diantara kami.

Apalagi hampir 24 jam kami selalu bertemu, mengingat suamiku bekerja dari rumah. Aku pun sejak pandemi sangat jarang keluar rumah. Dulunya kan lumayan sering aku keluar untuk kegiatan jamaah pengajian.

Baca Juga: Kiat - Kiat Komunikasi Menyatukan 2 Hati

                    Aisyah Wedding Promosi Nikah Mudah, Dimana Salahnya?

Selain yang utama tentunya memohon terus pada Allah swt untuk kelanggengan rumah tangga, kita juga harus kreatif menciptakan momen – momen baru untuk mencerahkan hubungan.

Kalau kami melakukan hal – hal baru semisal olahraga badminton bareng dan lain - lain. Untungnya suamiku memang orang yang pandai menghadirkan aktivitas – aktivitas baru untuk dirinya sendiri. Akhir – akhir ini suamiku senang bercocok tanam. Aku juga asyik dengan ngeblog. Aktivitas kesukaan kita masing – masing yang kita jalani bersamaan dengan hidup bareng cukup menyegarkan suasana juga.

Kelima, terus mempertahankan dan mengasah hal positif pada diri kita agar tetap dicintai. Aku sadar kalau di luar sana banyak godaan untuk suamiku. Aku juga memahami suamiku hanya manusia biasa yang butuh merasakan terus kebaikan isterinya.

Suamiku suka kalau aku selalu sehat, segar dan pintar. Suamiku suka aku masakin makanan yang enak. Jadi apa yang disukai suamiku dariku harus terus aku lakukan. Seperti berolahraga, makan makanan yang sehat, memasak makanan yang disukainya dan nambah ilmu.

By the way, Allah swt Maha baik telah menghadirkan suamiku dalam hidupku. Aku bahagia hidup bersamanya. Semoga Allah swt menyatukan kami sampai ke surga. Aamiin.

Baca Juga: Child Free, Menyalahi Tujuan Pernikahan

                    5 Hal Menyebalkan Dari Pasangan Yang Masih Bisa Dimaklumi

0 Comments

Post a Comment