Bisa mempertahankan rumah tangga hingga akhir hayat adalah suatu hal yang hebat di zaman ini. Pasalnya jumlah rumah
tangga rapuh makin banyak saja. Tak peduli lama pernikahan sudah belasan atau
puluhan tahun, perceraian tetap terjadi.
Konon lagi pernikahan seumur jagung
dimana penyesuaian diri terbilang baru dijalani, perceraian juga terjadi.
Alasannya macam – macam. Dari alasan klise seperti sudah tak cinta lagi atau
sudah tidak ada kecocokan lagi. Sampai alasan-alasan tak masuk akal. Berikut
beberapa alasan sepele menurut saya, yang menjadi penyebab perceraian.
Pertama; Bercerai karena sepak bola.
Terus terang saja, peristiwa lucu ini
yang membuat saya memutuskan menulis tentang alasan sepele perceraian. Aneh
sekali menurut saya. Ceritanya begini. Seperti yang saya baca di Harian Waspada
Medan (09/ 07/ 2018) kolom Ada – Ada Saja.
Sepasang suami istri asal Rusia ini sama –
sama gemar sepak bola. Sialnya, idola mereka berbeda. Si suami senang sama Lionel Messi. Sementara
sang istri suka dengan Cristiano Ronaldo.
Puncak masalah terjadi saat piala dunia
2018 lalu. Kedua idola suami istri ini bermain di grup berbeda. Selama
pertandingan berjalan mereka kerap saling sindir. Merasa tak tahan dengan
hinaan sang istri pada Messi, si suami pun marah. Akhirnya cekcok besar terjadi
dan berujung gugat cerai ke pengadilan oleh si suami.
You know, nikahnya sudah empat belas
tahun loh. Selama mereka hidup bersama pasti banyak masalah yang mereka hadapi.
Seperti biasa di awal pernikahan ada penyesuaian diri keduanya. Lanjut masalah
ekonomi. Mungkin ada masalah anak. Hubungan dengan orangtua dan lain
sebagainya.
Mereka berhasil melewati berbagai masalah
rumah tangga hingga bisa hidup bersama selama empat belas tahun. Namun keluarga
hancur karena emosi sesaat. Cuma karena beda pendapat untuk hal yang tidak ada
hubungannya dengan rumah tangga.
Sampai saat ini saya percaya, bahwa usia
bukan ukuran kedewasaan. Kali ini pun terbukti, dimana pasangan suami istri
yang sudah berusia dewasa bisa begitu mudah mengambil keputusan, untuk hubungan keluarga yang penting dipertahankan.
Kedua; Bercerai karena istri cemburuan.
Ada dua pasang suami istri yang saya
ketahui bercerai karena alasan istri cemburuan.
Pasangan yang satu sering cekcok karena
si istri tak percaya pada kesetiaan suami gantengnya. Dia selalu memberatkan
langkah suaminya untuk keluar rumah. Selalu ingin ikut. Selalu detail menanyai
suami jika akhirnya tak diizinkan ikut bersama suami keluar rumah.
Mungkin suaminya punya catatan ketidaksetiaan
di masa lalu. Atau barangkali saking gantengnya si suami, sang istri kerap
berhalusinasi akan adanya pelakor yang bakal mengganggu suaminya. Pernikahan
mereka tak berlangsung lama. Setahun dua tahun suami bosan diperlakukan seperti
itu. Lantas dia pun menceraikan istrinya.
Pasangan kedua lebih parah lagi. Kasusnya
sama. Hanya saja, tiap direcoki saat hendak pergi, si suami melayangkan
pukulannya pada si istri. Sampai akhirnya pernikahan hanya bisa bertahan
sekitar enam bulan.
Menurut saya, masalah cemburu tak
beralasan bukan masalah yang harus menjadi sebab perceraian. Cemburu adalah
bumbu – bumbu rumah tangga yang menjadi tanda adanya kasih sayang diantara
suami istri.
Jika cemburu sudah terasa berlebihan, pasangan
harus mengurai masalah tersebut. Bongkar habis, apa yang membuat istri cemburu.
Suami harus bersabar dan berusaha membangun kepercayaan istri pada dirinya.
Jika istri punya trauma masa lalu, punya
ayah yang tak setia pada ibu misalnya, maka suami bisa memahamkan bahwa tak
semua lelaki seperti itu. Beri contoh para suami setia yang ada. Pahamkan bahwa
sikap istri yang protektif justru bisa memicu ketidakharmonisan, percekcokkan
hingga perceraian. Kembali lagi, kedewasaan dalam menyikapi masalah menjadi
kuncinya.
Ketiga; Peremehan istri terhadap suami.
Bagi harga diri suami, peremehan istri
mungkin menjadi masalah besar. Tapi ingatlah, tak ada manusia sempurna yang
bebas dari salah. Saat itu barangkali istri khilaf. Bila masih bisa dinasehati
untuk berubah kenapa tidak.
Kalau kondisi rumah tangga kenalan saya
ini begini ceritanya. Sehari-harinya hidup sepasang suami istri ini terbilang
stabil. Pekerjaan suami sebagai buruh bangunan sejak awal diketahui si istri.
Mereka siap menempuh hidup bersama walau dengan kehidupan sederhana.
Hanya saja beberapa waktu belakangan si
suami tidak memperoleh pekerjaan. Maklum, pekerjaan tukang bangunan kan tidak
berkelanjutan. Tergantung proyek. Kalau lagi ada job ya dilakukan. Lagi tidak
ada maka yang bisa dilakukan hanya menunggu.
Dalam keadaan pengangguran inilah
sensitifitas keduanya meningkat. Istri mulai tak sabar melihat suami tak
berpenghasilan. Sementara kepercayaan diri si suami menurun. Merasa tak
mampu menafkahi keluarga.
Suatu kali si suami minta diambilkan
minum. Lalu si istri berucap: “Ambillah sendiri. Enak kali diambil – ambilkan.
Nggak kerja – kerja juga.”
Dalam hitungan detik piring makan si
suami terhempas ke meja disertai ucapan talak. Rumah tangga pun berakhir.
****
Mungkin teman – teman punya kisah sejenis,
perceraian karena hal – hal yang masih memungkinkan untuk diperbaiki. Karena
kekhilafan. Karena kealpaan. Karena emosi sesaat. Bukan karena perbuatan dosa
besar yang menjijikkan di mata Allah, hingga perceraian jadi satu – satunya solusi. Share dong!
Aku pernah bercerai dulu. penyebabnya mirip nomor 2, tp kebalik. Dia yg sangat over cemburunya. Apalagi kita beda negara waktu itu. Aku kuliah di Penang, dia di aceh. Pdhl dia juga yg restuin pas aku kuliah di sana. Tp setelahnya kok malah ngerasa aku dituduh macem2, ga jawab telp krn sdg ujian ato discuss ama lecturer malah dibilang sdg selingkuh. Puncaknya pas dia ngatain aku kasar, dan kemudian aku trima sms salah masuk dr dia dgn kata2 mesra utk cewe lain :p. Oke, bhaaay!!
ReplyDeleteHinaan masih bisa aku tahan. Tp selingkuh, maaf.. Itu cuma cerai solusinya. walopun ada anak, aku ttp milih cerai. untungnya g ada. Krn aku ga bakal bisa percaya lg dgn cowo begitu. Kalo ga ada kepercayaan, ngapain dilanjutin
Meski banyak yang berhasil melalui LDR, tetap saja pada sebagian pasangan LDR rentan masalah ya mbak. Semoga mendapat ganti yang lebih baik ya mbak.. Dan kejadian masa lalu bisa menjadi pelajaran berharga.. amin
Delete