Sejumlah media membagikan kisah seorang
transgender, yang semula bernama Amalia lalu merubah namanya menjadi Amar al
Fikar. Sejak kecil Amalia merasa dirinya adalah seorang lelaki, meski ia
terlahir sebagai perempuan. Dia dibilang tomboi oleh sekitarnya.
Katanya, semakin lama perasaan bahwa dia bukan perempuan semakin menyiksanya. Sampai ia sempat pernah melukai dirinya sendiri. Bahkan waktu itu ia mempertanyakan ketuhanannya. Mempertanyakan keislamannya. Ia marah sama Tuhan atas ketidaknyamanan yang dirasakannya.
Ia beberapa kali pergi ke psikolog.
Disana ia didiagnosa memiliki gender dysphoria, dimana dia merasa sebagai
seorang lelaki meskipun wujudnya perempuan. Orang-orang sekitar telah
memperingatkannya, bahwa yang ia lakukan salah. Tapi dia ingin memilih kebahagiaannya dan
kemerdekaannya sendiri. Hingga akhirnya ia memberanikan diri terbuka kepada
orang tuanya.
Menurut pengakuan Amar, meski ibunya
terlihat gelisah saat ia berterus terang, akhirnya ibunya menerimanya. Ayahnya
pun berlapang dada. Ini katanya yang membuatnya semakin berani unjuk gigi.
Saudara kandung serta teman-teman
dekatnya, awalnya menolak, tapi lama kelamaan bisa menerima. Abangnya bilang
merasa kasihan dengan Amar. Di masa kuliah S1-nya, ia mulai berproses menjadi transgender.
Untuk itu ia melakukan beberapa prosedur operasi. Setelah ia merasa mendapatkan
‘identitas aslinya’, Amar jadi lebih religius. Rajin salat, puasa dan
menyantuni anak yatim.
Baca Juga: Kala Perempuan Cerdas Dan Ambisius Bercita-cita
Gadis Ini Diputusin Pacar Gegara Pakai Gamis, Gimana Nasibnya?
Pengalaman hidup Amar memang lumayan berat.
Ia lama mengalami pergulatan batin. Ia pun mengaku sering dibully bahkan pernah
mengalami pelecehan seksual. Namun meski memprihatinkan, kita tidak lantas
meninggalkan kejernihan berpikir dalam memandang kondisi Amar dong ya.
Empati bukan berarti harus memaklumi
dirinya terus berbuat salah. Ada sejumlah hal yang harus kita perhatikan pada
kasus Amar. Pertama, Amar mengalami dysphoria.
Dijelaskan dalam situs Alo Dokter,
dysphoria memang tidak tergolong gangguan kesehatan mental. Namun sering kali
dysphoria berkaitan dengan bagian dari gejala berbagai penyakit mental seperti
depresi, gangguang kecemasan dan penggunaan zat psikoaktif.
Dysphoria paling sering dikaitkan dengan
gender dysphoria, dimana seseorang merasa tidak cocok dengan jenis kelamin
biologisnya. Kadang dysphoria hilang kalau orang itu sudah menjadi transgender.
Tapi ada juga trasgender yang masih terus mengalami dyhsphoria meski
keinginannya sudah terpenuhi.
Dyhphoria bisa terjadi karena
premenstrual dysphoric diorder (PMDD), sebuah kondisi berat yang berkaitan
dengan menstruasi. Bisa juga karena kekurangan nutrisi, penyakit tiroid,
keracunan, dan efek samping dari obat-obatan tertentu.
Baca Juga: 5 Hal Menyebalkan Dari Pasangan Yang Masih Bisa Dimaklumi
Pada dasarnya, dysphoria bisa
diatasi dengan baik, tergantung penyebab yang mendasarinya. Kasus dysphoria yang
diakibatkan oleh gangguan psikologis, seperti depresi, gangguan bipolar,
atau gender
dysphoria, akan membutuhkan konseling dan pengobatan dari
psikiater. Pengobatan atau penanganan yang diberikan akan disesuaikan dengan
tingkatan gangguan psikologis yang dialami.
Artinya, perasaan kelaki-lakian Amar
bukan terjadi secara alami, melainkan ada faktor gangguan yang melatarbelakanginya.
Kedua, perasaan bukan satu-satunya
standar menentukan pilihan hidup.
Allah swt tak hanya menciptakan manusia
dengan perasaan, tapi juga akal. Fungsi akal yang terpenting adalah memahami
seperti apa manusia harus berbuat, sesuai dengan tuntunan hidup dari Allah swt
yakni al Qur’an dan As sunnah.
Bila perasaan menjadi standar berbuat,
akan banyak kekacauan yang terjadi. Ya, seperti ini, ada yang jatuh cinta pada
saudara kandungnya, ada yang merasa ingin berumah tangga dengan benda, ada yang
merasa dirinya harus jadi barbie lalu operasi puluhan kali untuk mewujudkan
impiannya.
Baca Juga: Ketemu Pemuda Yang Epilepsi Gara-Gara Main Game
Berharap Dapat Inspirasi Dari Biografi Haji Anif
Serba aneh la pokoknya. Kalau orang-orang
aneh itu ditanya, mereka akan berlindung dibalik perasaan mereka dan minta
diterima apa adanya. Bagi yang menolak disebutnya pembenci.
Maka menarik komentar dari netizen dengan
akun Pibi Asri terkait video Amar di youtube BBC News Indonesia, “Saya ingat
dosen saya pernah blg begini "Saya tidak menilai perasaanmu" ketika
kami ngeluh dg bapaknya krn memberi kami nilai jelek pdhl "perasaan"
kami udh ngerjain ujian dg benar”.
Ketiga, Amar bisa sembuh asal menjauhi komunitasnya
Pakar neuropsikologi, Ikhsan Gumilar pernah
menjelaskan, bahwa lingkungan menjadi faktor utama yang merangsang seseorang
memilih menjadi L98T. Menurutnya, meski konsep kedokteran menunjukkan otak akan
berhenti berkembang di waktu tertentu, tapi riset-riset terbaru berubah secara
terstruktur.
Ada bagian otak manusia yang tidak aktif,
namun saat diperlihatkan gambar-gambar homoseks jadi
aktif dan ketika otak ini dikasih suapan itu terus maka itu akan berubah,"
ujar Ikhsan. (Merdeka.com/23/12/2017)
Penjelasan Pak Ikhsan
menjawab tanya kita, mengapa ada kaum LGBT yang sebelumnya pernah hidup berumah
tangga secara normal. Sudah memiliki anak, namun tiba-tiba menjadi penyuka
sesama jenis. Hal ini tak lepas dari sebuah rangsangan yang diperoleh dari
sumber tertentu. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu Bogor, sempat ada kehebohan,
banyak bermunculan kasus perceraian yang dipicu oleh perselingkuhan sesama
jenis.
Baca Juga: Berhijab, Tak Membuatku Berhenti Melakukan Apa Yang Aku Suka
3 Cara Menghargai Diri Sendiri
Pada kisah Amar, di masa
kecil ia disebut tomboi. Dia diejek dan dimarahi ketika sedikit saja
menunjukkan minat yang berhubungan dengan dunia lelaki. Padahal cara
mengarahkan seorang anak agar identitas dirinya teguh bukan dengan diejek atau
dimarahi, melainkan dengan nasihat dan pelajaran penuh kasih sayang. Kalau
justru terus diejek, dikatai tomboi, itu akan membuatnya jadi berkeinginan
mewujudkan ejekan itu.
Amar juga berteman dengan
orang-orang yang memiliki kesamaan dengannya. Ia pun bertemu dengan aktivis
liberal yang sangat mempengaruhinya. Kepada Wolipop detikcom ia berkata, "Sebetulnya yang menarik dari pengalamanku adalah
aku mulai mempertanyakan identitas genderku setelah aku bertemu seorang kiai.
Kiai ini sangat berpengaruh dalam prosesku menggali diri.
Kalau tak
salah tebak, orang itu Marzuki Wahid. Aku pernah melihat aktivis liberal itu di
twitter Amar. Tak
tahu juga sudah berapa kali pelecehan seksual yang dialami Amar. Tentu itu juga
meninggalkan trauma yang turut mempengaruhi jalan pikirannya.
Jadi, andai Amar
punya niat kuat untuk sembuh dan mengganti pergaulannya secara total, meski
prosesnya lama in sya allah dia bisa. Sayangnya justru saat ini ia ikut menjadi
aktivis yang menyeru masyarakat agar menerima keberadaan L98T. Bahkan dia melanjutkan
pendidikan di Universitas Birmingham, Inggris jurusan theologi dan religi.
Baca Juga: Belajar Dari Para Ibu Tegar
Kita tahu
kalau Inggris salah satu negara liberal yang mensahkan pernikahan sesama jenis.
Belajar agama semacam apa disana, kalau bukan yang berhaluan liberal?
Keempat, ini
bukan soal individu Amar, tapi gerakan kampanye masif LGBT.
Ya, ketika
berbicara tentang transgender bernama Amar, ini bukan hanya soal individu. Ini
soal gerakan L98T yang masif dikampanyekan. Kelompok ini bergerak dengan
bantuan media-media yang memang permisif plus suport terhadap nilai-nilai
liberal.
Amar al
Fikar adalah seorang aktivis yang mengkampanyekan LGBT dari sisi Islam. Dia
hendak membentuk wajah Islam sesuai kehendak kaum liberal. Dia bilang Allah swt
telah menakdirkan dia seperti itu.
Maksudnya
menjadi orang yang merasa lelaki tetapi berada di tubuh perempuan. Dia bilang
apa yang dilakukannya sudah sesuai dengan kehendak Allah swt.
Di sisi
lain, Amar keberatan ditanya memiliki rahim atau tidak. Dia juga tak cerita apa
dia mengalami menstruasi atau tidak. Dia operasi plastik merubah fisik yang
telah Allah swt ciptakan untuknya. Lalu dia bilang semua itu kehendak Allah
swt?
Baca Juga: Telitilah Berbuat
Selera Kita Berbeda, Tapi.....
Dia juga
berusaha membangun opini, bahwa yang menolak kaumnya berarti muslim yang kasar,
pembenci, penindas. Sebaliknya yang menerima mereka adalah contoh Islam yang
damai. Amar berharap para orangtua yang mendapati anaknya bergejala seperti
dirinya bisa menerima sebagaimana orangtuanya menerima dirinya.
Sementara
Amar mengkampanyekan tentang kaum LGBT secara halus, kaumnya yang lain
berkampanye lebih agresif. Pernah kedapatan sebuah akun twitter atas nama
@gaykids_botplg yang menampilkan foto dan video seksual. Itu semua ditujukan
bagi anak-anak dan remaja.
Propaganda LGBT yang brutal seperti itu mengundang perhatian polisi dan Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI). Sebaliknya, propaganda halus seperti yang dilakukan Amar
luput dari perhatian. Sebab dia dinilai tidak membahayakan siapa-siapa.
Bahkan Amar
diopinikan sebagai manusia religius, baik dan berprestasi. Padahal untuk menjadi
religius, dia terlebih dahulu mensyaratkan dirinya harus diterima oleh Islam.
Sebelum dibolehkan berubah, dia marah sama Allah swt. Baru setelah operasi
berubah wujud menjadi laki-laki, dia mau beribadah dengan rasa nyaman.
Baca Juga: Berubahlah, Untuk Nasib Yang Lebih Baik
Bukankah
muslim yang taat itu menuruti perintah Allah swt tanpa syarat? Hidup adalah
ujian. Semua manusia diberi Allah swt ujiannya sendiri-sendiri. Ada yang lahir
dalam keadaan cacat. Ada yang sakit berkepanjangan. Ada yang kehilangan orang
tercintanya. Ada yang tak tercapai cita-citanya. Ada yang bangkrut dan banyak
lagi.
Semua ujian
itu menyakitkan, membuat gelisah, tak nyaman, tertekan dan perasaan nggak enak
lainnya. Dengan semua ujian itu, Allah swt menyuruh bersabar, yakni menahan
diri dari kemaksiatan dan menjalani serta berusaha lulus ujian dengan tetap
taat pada Allah swt.
Kesabaran
itu akan dihadiahi pahala, terhapusnya dosa dan surga yang indah. Pengalaman
hidup Amar juga ujian buatnya. Dia hanya harus bersabar dalam ketaatan, terus
mendekat pada Allah swt, menjauhi segala yang bisa merangsang memperbesar
perasaan aneh itu hingga dia lulus ujian.
Baca Juga: Jodohku
Antara Pisang Ambon Dan Aturan Hidup
Tapi
realitanya kita hidup dalam sistem sekuler liberal, dimana negara membebaskan
masyarakat untuk hidup dengan cara apapun yang dia suka, asalkan tak ada orang
yang merasa terganggu.
Negara tak
taat pada Allah swt, sehingga terhadap gerakan penyimpangan seksual ini, tak
banyak yang bisa dilakukan selain melawan propaganda mereka dengan opini Islam,
membantu bila ada orang sekitar yang bergejala LGBT dengan cara yang baik dan
benar, serta menjaga keluarga kita dari proganda mereka dengan nilai-nilai
Islam.
Karena
gerakan LGBT jelas berbahaya. Keberadaan mereka yang terus menerus bertambah
bisa membahayakan peradaban manusia. Mereka berperan mengurangi angka kelahiran,
menambah angka penularan HIV/ AIDS, menyumbang angka pelecehan seksual dan
merusak moral.
Semoga kebangkitan Islam yang bisa menjaga masyarakat tetap sehat segera terwujud. Aamiin.
0 Comments
Post a Comment