Monday, October 18, 2021

Kerusakan Moral Sistemik, Para Suami Ini Tega Jual Isteri

https://www.suara.com/

Tadinya saya bermaksud ingin mengomentari satu kasus terbaru dari Surabaya, tentang seorang pria yang menjual isterinya untuk melayani pria lain. Saat dijajakan di media sosial, isterinya sedang hamil.

Sejak isterinya hamil 5 bulan hingga 9 bulan, sudah 7 kali pria bejat ini sukses menghasilkan uang dari hubungan seksual antara isterinya, lelaki bejat kliennya dan dirinya sendiri. Ya, kadang mereka melakukannya bertiga. Tarif sekali aksi, 600 ribu hingga 1 juta rupiah. Sangat menjijikkan memang. Tapi itulah kenyataannya.

Si isteri awalnya menolak melakukan perbuatan amoral itu. Namun kata si isteri dia terpaksa bersedia karena diancam akan ditinggalkan suaminya. Pria ini tega berbuat demikian demi kepentingan ekonomi dan pemuasan fantasi seksual yang dipengaruhi kebiasaannya nonton situs porno. (https://www.youtube.com/watch?v=EpBs7-LgUrk)

Menurut keterangan dari Kasat Reskrim Polrestabes Kompol Mirzal Maulana, status hukum si isteri sebagai saksi, karena ia korban. Pada tersangka dikenakan pasal dalam undang undang nomor 21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdangan Orang, UU Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi dan UU Nomor 19 Tahun 2016 Tentang ITE dengan ancaman hukuman maksimal 9 tahun.

Baca Juga: Masa Kecil Bersama Nenek

                    HSG Khairu Ummah, Menempah Generasi Emas Islam

Saya ingin mencari tahu berita itu dari beberapa sumber. Saat mengetik kata kunci ‘Suami Jual Isteri’ itulah, saya baru tersadar kalau kasus ini adalah kasus yang kesekian kali terjadi di Indonesia. Rata-rata motifnya sama, karena kebutuhan ekonomi. Beberapa diantaranya juga diikuti oleh prilaku seksual menyimpang. Sebab suami sanggup melihat isterinya disentuh lelaki lain, bahkan ia ikut dalam permainan nafsu itu.

Pernikahan Itu Suci

Kebanyakan orang paham, pernikahan itu sakral. Ikatan suci. Ikatan penuh konsekuensi dan tanggung jawab. Makanya banyak pasangan pra nikah yang menunda-nunda pernikahan. Terutama laki-laki, yang dalam hubungan pacaran sering bilang belum siap nikah. Masih ngumpulin duit dan alasan lainnya. Karena dia ingat kalau nikah itu ribet, repot dan berat.

Nikah berarti memindahkan tanggung jawab orangtua ke pundak suami. Suami memegang amanah untuk menyayangi, menjaga dan melindungi isteri. Bukan sekedar amanah, tapi perasaan suami ke isteri pun cenderung seperti itu, ingin melindungi isteri. Adanya perintah dalam Islam untuk patuh pada suami dan izin suami keluar rumah bagi isteri, berfungsi mendukung peran suami itu. 

Jadi bagi suami yang baik, jangankan melihat ada lelaki yang berduaan bareng isterinya atau menyentuh isterinya, aurat isterinya dilihat lelaki asing saja dia tak rela. Bahkan wajah isterinya saja kalau dilihatin lelaki asing bakal cemburu. Itulah bentuk kasih sayang suami. Saya merasakan itu pada suami saya. Saya pun senang saat suami menunjukkan perhatian dengan melindungi kehormatan saya.

Baca Juga: Bagi Saya, Buku Diet Islami Ini Bermanfaat

                    Puasa, Salah Satu Cara  Taqarrub Ilallah

Lantas bagaimana bisa ada suami isteri yang melibatkan orang lain dalam hubungan yang paling intim diantara mereka?

Benar-benar di luar nalar. Tapi ini riil. Memang ada. Nggak masuk akal? Iya. Tapi ada.

Problem Sistemik Butuh Solusi Sistemik

Ada 5 poin akar masalah yang perlu kita kuliti dalam hal ini. Dari sini kita akan memahami kalau semua berakar pada sistem alias aturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang penuh cacat.

Pertama, problem kemiskinan sistemik.

Alasan para suami bejat itu, bahwa mereka tega merusak kehormatan isterinya karena butuh uang memang tak bisa dimaklumi. Tapi masalah kemiskinan di negeri kita memang dialami oleh banyak orang.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2021, ada 27,54 juta penduduk miskin. Itupun kategori miskinnya dengan batas pendapatan Rp472.525. (https://www.merdeka.com/15/07/2021)

Baca Juga: Peran Muslimah Dalam Kehidupan

                    Dia Bisa, Kenapa Aku Tidak?

Artinya, miskinnya orang Indonesia, miskin ekstrem. Hidup dengan duit kurang dari 500 ribu dapat apa? Merekalah yang tuna wisma, yang busung lapar, pengemis, pengamen dan semisalnya. Sementara yang punya pendapatan di atas 500 ribu rupiah sebulan hingga batas gaji pekerja standar nasional, sudah tak dikategorikan miskin oleh BPS.

Mereka guru honorer, buruh tani, buruh pabrik, ART dan semisalnya. Hidup mereka juga kekurangan. Masih ditambah dengan pengangguran korban PHK serta mereka yang usaha kecilnya bangkrut karena pembatasan interaksi di masa pandemi. Para suami bejat penjual jasa seks isterinya ini berada dibagian ini.

Paling aneh, jutaan orang miskin ini hidup di negeri berlimpah kekayaan alam. Kayak warga Papua, dianugerahi Allah swt tambang emas. Tapi kemiskinan Papua paling tinggi se-Indonesia.

Rakyat Papua tampak terhina. Kemarin sejumlah rakyat Papua di sekitar wilayah penambangan PT. Freeport diusik. Mereka awalnya mendirikan tenda di daerah aliran sungai lokasi pembuangan limbah hasil penambangan Freeport. Mereka disitu untuk sangat sedikit mengambil bagian dari kekayaan alam yang dirampok asing itu. Tapi ada nuansa arogansi disana. Tenda-tenda mereka dibongkar. Mereka pun mengamuk dengan melakukan pengrusakan sejumlah kendaraan milik freeport.    (https://www.youtube.com/watch?v=pXxBFQRkpxg)

Alhasil kemiskinan memicu terjadinya berbagai tindak kriminal. Pencurian, penipuan, kekerasan seksual, perdagangan orang hingga pembunuhan. Kemiskinan terjadi karena adanya penguasaan kekayaan alam yang dilegalkan oleh undang-undang.

Kesulitan hidup pun terjadi karena mahalnya biaya hidup seperti pendidikan, kesehatan, listrik, air, biaya transport, makan dan lain-lain yang semuanya dilegalkan undang-undang. Pelegalan oleh undang-undang bisa terjadi karena diterapkannya sistem kapitalisme sekuler ala barat.

Baca Juga: Hikmah Manajemen Waktu

                    Pesan Dari Film Lovely Man

Ini yang namanya problem kemiskinan sistemik, saat kebijakan penguasa mempersulit hidup rakyat kecil dan memberi peluang segelintir orang kaya untuk semakin kaya.

Kedua, problem pornografi.

Fantasi seks yang aneh-aneh oleh para penjaja seks berbayar selalu berawal dari tontonan pornografi. Kita tidak menafikan kalau Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia sudah bekerja menutup situs-situs porno. Jutaan situs porno sudah ditutup. Tapi kerap bermunculan lagi.

Pornografi hadir dalam berbagai bentuk. Film, animasi kartun, foto, komik, majalah games dan lain-lain. Ia dibuat oleh tangan-tangan profesional luar dan dalam negeri serta bisa juga dibuat dengan mudah oleh masyarakat umum. Disebarkan lewat website, media sosial, aplikasi ponsel, media cetak dan lain-lain. Hingga dengan mudah dapat dikonsumsi publik.

Padahal pornografi itu merusak otak. Bikin candu seperti narkoba. Dalam video edukasi mengenai Bahaya Pornografi yang dimuat dalam laman resmi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) RI pada Selasa (18/6/2019), dijelaskan bahwa bagian depan otak para pecandu pornografi akan rusak dan mengecil, yang mana bagian otak tersebut memegang peranan penting dalam tubuh manusia, pembeda dirinya dengan hewan. (https://health.kompas.com/25/03/2020)

Pornografi tak terbendung, karena dengan mudah dapat dibuat dan disebarkan oleh siapapun. Maka masalahnya ada pada orang-orang ini, kenapa mau membuat tontonan porno. Entah karena uang, atau kepuasan seksual semata, yang pasti ini berasal dari cara berpikir sekuler. Lepas dari kontrol agama.

Baca Juga: Jadilah Pemalas

                    Usi Dan Sila

Kebebasan berpikir dan berprilaku ala sekulerisme telah menciptakan masyarakat yang minim kedekatan pada Allah swt, rentan terjerumus ke dalam maksiat, berpikir pendek, memperturutkan hawa nafsu. Alhasil hadirlah tayangan pornografi yang menginspirasi pelecehan seksual dan berbagai bentuk pelampiasan seksual yang aneh lainnya.

Ketiga, pendidikan yang kering nilai agama.

Pada dasarnya agama adalah tata nilai yang dimaksudkan untuk mengendalikan prilaku manusia agar berjalan secara normal. Apalagi Islam sebagai satu-satunya aturan hidup sempurna dan totalitas, bila diyakini dengan akal sehat dan diikuti dengan kesungguhan oleh masyarakat, maka sebagian besar mereka bisa dipastikan sehat fisik, mental dan spiritual.

Bukankah kasus-kasus penyimpangan prilaku yang serba aneh datangnya dari peradaban atheis dari China, Korea, Jepang dan semacamnya serta dari peradaban sekuler barat, lalu disebarkan oleh mereka ke negeri-negeri muslim?

Tak pernah sejarah menceritakan penyimpangan prilaku sedemikian parah, terjadi pada peradaban Islam. Sebab ada aturan hidup Islam sebagai pengontrol prilaku manusia. Pembentukan pribadi sehat yang berpola pikir dan berpola sikap Islami itu datangnya dari sistem pendidikan. Baik di rumah maupun di sekolah.

Baca Juga: Produk Gagal Dari Liberalisme

                    Orang Biasa VS Orang Luar Biasa

Berhubung sistem kehidupan kita hari ini lebih condong ke barat, minim nilai agama, sistem pendidikan pun bercorak sama. Islam tak boleh mencampuri kehidupan bermasyarakat dan bernegara kita, kecuali sedikit saja. Jadi wajar hari ini masyarakat kita jadi begini, dekat dan rentan dengan maksiat.

Keempat, sanksi yang tak berefek.

Sudah jadi rahasia umum ya, bagaimana lemahnya hukum kita. Aturan tentang sanksi lebih banyak berasal dari warisan belanda. Tambahannya adalah hasil rapat di parlemen yang penuh kompromi.

Sanksi akan terasa makin ringan karena ada sistem pengampunan semacam grasi, tebusan dan lain sebagainya. Sanksi maksimal 9 tahun yang direncakan akan dikenakan pada penjual layanan seks isteri oleh suami itu sudah sangat ringan. Masih mungkin berkurang dengan berbagai proses hukum yang akan terjadi.

Kalau dalam Islam, dia sudah ikut berzina saja bakal dihukum rajam sampai mati. Belum lagi hukuman karena mengkomersilkan isterinya. Sangat berat, hingga satu dua orang yang merasakan hukuman itu, membuat orang lain berpikir panjang untuk berbuat yang sama.

Kelima, politik demokrasi sekuler.

Akhirnya dari sinilah semuanya bermula. Politik sebuah negara menentukan corak kehidupan negara tersebut. Jika perpolitikannya sehat, maka segala perangkat di bawahnya juga mengikuti. Begitu sebaliknya.

Baca Juga: Tips Cerdas Menjaga Kebersihan Dapur

                     Sentuhan Dakwah Di Penjuru Dunia

Sistem ekonomi yang memiskinkan, pornografi yang merajalela, pendidikan yang minim pengaruh dan sanksi yang lemah berasal dari perpolitikan demokrasi sekuler hari ini. Demokrasi sekuler yang memberi peluang terpilihnya pemimpin berdasarkan kekuatan uang.

Demokrasi sekuler juga yang mengizinkan perkumpulan manusia bernama parlemen membuat aturan berdasarkan buah pikir mayoritas mereka. Makanya yang menonjol adalah kepentingan pribadi. Buahnya kerusakan masyarakat.

Jika problemnya sudah sistemik, maka solusinya juga harus skala sistemik. Ketika sekuler demokrasi plus ide ide turunannya adalah biang kerok masalah, maka mereka layak disisihkan dan digantik dengan sistem yang baik. Sistem itu adalah sistem ilahi, yakni Islam.

Bagi kita yang belum sepenuhnya memahami dan meyakini Islam sebagai sistem solutif bagi problem masyarakat saat ini, bisa dipelajari lebih jauh ya, melalui orang-orang yang memang ahli dalam hal itu. Semoga sedikit cuap cuap ini bermanfaat bagi pembaca ya. Aamiin.

Baca Juga: Narkoba Mengancam Keluarga

                    Anak, Berkah Terindah Sebuah Keluarga

2 Comments:

  1. duh betapa teganya suaminya ya, dan istrinya juga sudah sangat tergantung sauminya shg takut diceraikan. miris banget

    ReplyDelete
  2. iya buk.. disinilah peran pemerintah untuk bisa mengatasi hal semacam ini ya buk.. yakni membersihkan apa yang menjadi akar masalah itu..

    ReplyDelete