https://www.suara.com/ |
Tadinya saya bermaksud ingin mengomentari
satu kasus terbaru dari Surabaya, tentang seorang pria yang menjual isterinya
untuk melayani pria lain. Saat dijajakan di media sosial, isterinya sedang
hamil.
Sejak isterinya hamil 5 bulan hingga 9 bulan, sudah 7 kali pria bejat ini sukses menghasilkan uang dari hubungan seksual antara isterinya, lelaki bejat kliennya dan dirinya sendiri. Ya, kadang mereka melakukannya bertiga. Tarif sekali aksi, 600 ribu hingga 1 juta rupiah. Sangat menjijikkan memang. Tapi itulah kenyataannya.
Si isteri awalnya menolak melakukan
perbuatan amoral itu. Namun kata si isteri dia terpaksa bersedia karena diancam
akan ditinggalkan suaminya. Pria ini tega berbuat demikian demi kepentingan
ekonomi dan pemuasan fantasi seksual yang dipengaruhi kebiasaannya nonton situs
porno. (https://www.youtube.com/watch?v=EpBs7-LgUrk)
Menurut keterangan dari Kasat Reskrim
Polrestabes Kompol Mirzal Maulana, status hukum si isteri sebagai saksi, karena
ia korban. Pada tersangka dikenakan pasal dalam undang undang nomor 21 tahun
2007 tentang Tindak Pidana Perdangan Orang, UU Nomor 44 Tahun 2008 Tentang
Pornografi dan UU Nomor 19 Tahun 2016 Tentang ITE dengan ancaman hukuman
maksimal 9 tahun.
Baca Juga: Masa Kecil Bersama Nenek
HSG Khairu Ummah, Menempah Generasi Emas Islam
Saya ingin mencari tahu berita itu dari
beberapa sumber. Saat mengetik kata kunci ‘Suami Jual Isteri’ itulah, saya baru
tersadar kalau kasus ini adalah kasus yang kesekian kali terjadi di Indonesia.
Rata-rata motifnya sama, karena kebutuhan ekonomi. Beberapa diantaranya juga
diikuti oleh prilaku seksual menyimpang. Sebab suami sanggup melihat isterinya
disentuh lelaki lain, bahkan ia ikut dalam permainan nafsu itu.
Pernikahan Itu Suci
Kebanyakan orang paham, pernikahan itu
sakral. Ikatan suci. Ikatan penuh konsekuensi dan tanggung jawab. Makanya
banyak pasangan pra nikah yang menunda-nunda pernikahan. Terutama laki-laki,
yang dalam hubungan pacaran sering bilang belum siap nikah. Masih ngumpulin
duit dan alasan lainnya. Karena dia ingat kalau nikah itu ribet, repot dan berat.
Nikah berarti memindahkan tanggung jawab
orangtua ke pundak suami. Suami memegang amanah untuk menyayangi, menjaga dan
melindungi isteri. Bukan sekedar amanah, tapi perasaan suami ke isteri pun
cenderung seperti itu, ingin melindungi isteri. Adanya perintah dalam Islam
untuk patuh pada suami dan izin suami keluar rumah bagi isteri, berfungsi mendukung
peran suami itu.
Jadi bagi suami yang baik, jangankan
melihat ada lelaki yang berduaan bareng isterinya atau menyentuh isterinya,
aurat isterinya dilihat lelaki asing saja dia tak rela. Bahkan wajah isterinya
saja kalau dilihatin lelaki asing bakal cemburu. Itulah bentuk kasih sayang
suami. Saya merasakan itu pada suami saya. Saya pun senang saat suami
menunjukkan perhatian dengan melindungi kehormatan saya.
Baca Juga: Bagi Saya, Buku Diet Islami Ini Bermanfaat
Puasa, Salah Satu Cara Taqarrub Ilallah
Lantas bagaimana bisa ada suami isteri
yang melibatkan orang lain dalam hubungan yang paling intim diantara mereka?
Benar-benar di luar nalar. Tapi ini riil.
Memang ada. Nggak masuk akal? Iya. Tapi ada.
Problem Sistemik Butuh Solusi Sistemik
Ada 5 poin akar masalah yang perlu kita
kuliti dalam hal ini. Dari sini kita akan memahami kalau semua berakar pada
sistem alias aturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang penuh cacat.
Pertama, problem kemiskinan sistemik.
Alasan para suami bejat itu, bahwa mereka
tega merusak kehormatan isterinya karena butuh uang memang tak bisa dimaklumi.
Tapi masalah kemiskinan di negeri kita memang dialami oleh banyak orang.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2021,
ada 27,54 juta penduduk miskin. Itupun kategori miskinnya dengan batas
pendapatan Rp472.525. (https://www.merdeka.com/15/07/2021)
Baca Juga: Peran Muslimah Dalam Kehidupan
Artinya, miskinnya orang Indonesia,
miskin ekstrem. Hidup dengan duit kurang dari 500 ribu dapat apa? Merekalah
yang tuna wisma, yang busung lapar, pengemis, pengamen dan semisalnya.
Sementara yang punya pendapatan di atas 500 ribu rupiah sebulan hingga batas
gaji pekerja standar nasional, sudah tak dikategorikan miskin oleh BPS.
Mereka guru honorer, buruh tani, buruh
pabrik, ART dan semisalnya. Hidup mereka juga kekurangan. Masih ditambah dengan
pengangguran korban PHK serta mereka yang usaha kecilnya bangkrut karena
pembatasan interaksi di masa pandemi. Para suami bejat penjual jasa seks
isterinya ini berada dibagian ini.
Paling aneh, jutaan orang miskin ini
hidup di negeri berlimpah kekayaan alam. Kayak warga Papua, dianugerahi Allah
swt tambang emas. Tapi kemiskinan Papua paling tinggi se-Indonesia.
Rakyat Papua tampak terhina. Kemarin
sejumlah rakyat Papua di sekitar wilayah penambangan PT. Freeport diusik.
Mereka awalnya mendirikan tenda di daerah aliran sungai lokasi pembuangan
limbah hasil penambangan Freeport. Mereka disitu untuk sangat sedikit mengambil
bagian dari kekayaan alam yang dirampok asing itu. Tapi ada nuansa arogansi
disana. Tenda-tenda mereka dibongkar. Mereka pun mengamuk dengan melakukan
pengrusakan sejumlah kendaraan milik freeport. (https://www.youtube.com/watch?v=pXxBFQRkpxg)
Alhasil kemiskinan memicu terjadinya
berbagai tindak kriminal. Pencurian, penipuan, kekerasan seksual, perdagangan
orang hingga pembunuhan. Kemiskinan terjadi karena adanya penguasaan kekayaan
alam yang dilegalkan oleh undang-undang.
Kesulitan hidup pun terjadi karena
mahalnya biaya hidup seperti pendidikan, kesehatan, listrik, air, biaya
transport, makan dan lain-lain yang semuanya dilegalkan undang-undang. Pelegalan
oleh undang-undang bisa terjadi karena diterapkannya sistem kapitalisme sekuler
ala barat.
Baca Juga: Hikmah Manajemen Waktu
Ini yang namanya problem kemiskinan
sistemik, saat kebijakan penguasa mempersulit hidup rakyat kecil dan memberi
peluang segelintir orang kaya untuk semakin kaya.
Kedua, problem pornografi.
Fantasi seks yang aneh-aneh oleh para
penjaja seks berbayar selalu berawal dari tontonan pornografi. Kita tidak
menafikan kalau Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia sudah
bekerja menutup situs-situs porno. Jutaan situs porno sudah ditutup. Tapi kerap
bermunculan lagi.
Pornografi hadir dalam berbagai bentuk.
Film, animasi kartun, foto, komik, majalah games dan lain-lain. Ia dibuat oleh
tangan-tangan profesional luar dan dalam negeri serta bisa juga dibuat dengan
mudah oleh masyarakat umum. Disebarkan lewat website, media sosial, aplikasi
ponsel, media cetak dan lain-lain. Hingga dengan mudah dapat dikonsumsi publik.
Padahal pornografi itu merusak otak.
Bikin candu seperti narkoba. Dalam video edukasi
mengenai Bahaya Pornografi yang dimuat dalam laman resmi Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) RI pada Selasa
(18/6/2019), dijelaskan bahwa bagian depan otak para pecandu pornografi akan
rusak dan mengecil, yang mana bagian otak tersebut memegang peranan penting
dalam tubuh manusia, pembeda dirinya dengan hewan. (https://health.kompas.com/25/03/2020)
Pornografi tak
terbendung, karena dengan mudah dapat dibuat dan disebarkan oleh siapapun. Maka
masalahnya ada pada orang-orang ini, kenapa mau membuat tontonan porno. Entah
karena uang, atau kepuasan seksual semata, yang pasti ini berasal dari cara
berpikir sekuler. Lepas dari kontrol agama.
Baca Juga: Jadilah Pemalas
Kebebasan berpikir dan
berprilaku ala sekulerisme telah menciptakan masyarakat yang minim kedekatan
pada Allah swt, rentan terjerumus ke dalam maksiat, berpikir pendek,
memperturutkan hawa nafsu. Alhasil hadirlah tayangan pornografi yang
menginspirasi pelecehan seksual dan berbagai bentuk pelampiasan seksual yang
aneh lainnya.
Ketiga, pendidikan yang
kering nilai agama.
Pada dasarnya agama adalah tata nilai
yang dimaksudkan untuk mengendalikan prilaku manusia agar berjalan secara
normal. Apalagi Islam sebagai satu-satunya aturan hidup sempurna dan totalitas,
bila diyakini dengan akal sehat dan diikuti dengan kesungguhan oleh masyarakat,
maka sebagian besar mereka bisa dipastikan sehat fisik, mental dan spiritual.
Bukankah kasus-kasus penyimpangan prilaku
yang serba aneh datangnya dari peradaban atheis dari China, Korea, Jepang dan
semacamnya serta dari peradaban sekuler barat, lalu disebarkan oleh mereka ke negeri-negeri
muslim?
Tak pernah sejarah menceritakan
penyimpangan prilaku sedemikian parah, terjadi pada peradaban Islam. Sebab ada
aturan hidup Islam sebagai pengontrol prilaku manusia. Pembentukan pribadi
sehat yang berpola pikir dan berpola sikap Islami itu datangnya dari sistem
pendidikan. Baik di rumah maupun di sekolah.
Baca Juga: Produk Gagal Dari Liberalisme
Orang Biasa VS Orang Luar Biasa
Berhubung sistem kehidupan kita hari ini
lebih condong ke barat, minim nilai agama, sistem pendidikan pun bercorak sama.
Islam tak boleh mencampuri kehidupan bermasyarakat dan bernegara kita, kecuali
sedikit saja. Jadi wajar hari ini masyarakat kita jadi begini, dekat dan rentan
dengan maksiat.
Keempat, sanksi yang tak berefek.
Sudah jadi rahasia umum ya, bagaimana
lemahnya hukum kita. Aturan tentang sanksi lebih banyak berasal dari warisan
belanda. Tambahannya adalah hasil rapat di parlemen yang penuh kompromi.
Sanksi akan terasa makin ringan karena
ada sistem pengampunan semacam grasi, tebusan dan lain sebagainya. Sanksi
maksimal 9 tahun yang direncakan akan dikenakan pada penjual layanan seks isteri
oleh suami itu sudah sangat ringan. Masih mungkin berkurang dengan berbagai
proses hukum yang akan terjadi.
Kalau dalam Islam, dia sudah ikut berzina
saja bakal dihukum rajam sampai mati. Belum lagi hukuman karena mengkomersilkan
isterinya. Sangat berat, hingga satu dua orang yang merasakan hukuman itu,
membuat orang lain berpikir panjang untuk berbuat yang sama.
Kelima, politik demokrasi sekuler.
Akhirnya dari sinilah semuanya bermula. Politik
sebuah negara menentukan corak kehidupan negara tersebut. Jika perpolitikannya
sehat, maka segala perangkat di bawahnya juga mengikuti. Begitu sebaliknya.
Baca Juga: Tips Cerdas Menjaga Kebersihan Dapur
Sentuhan Dakwah Di Penjuru Dunia
Sistem ekonomi yang memiskinkan,
pornografi yang merajalela, pendidikan yang minim pengaruh dan sanksi yang
lemah berasal dari perpolitikan demokrasi sekuler hari ini. Demokrasi sekuler
yang memberi peluang terpilihnya pemimpin berdasarkan kekuatan uang.
Demokrasi sekuler juga yang mengizinkan
perkumpulan manusia bernama parlemen membuat aturan berdasarkan buah pikir
mayoritas mereka. Makanya yang menonjol adalah kepentingan pribadi. Buahnya
kerusakan masyarakat.
Jika problemnya sudah sistemik, maka
solusinya juga harus skala sistemik. Ketika sekuler demokrasi plus ide ide
turunannya adalah biang kerok masalah, maka mereka layak disisihkan dan
digantik dengan sistem yang baik. Sistem itu adalah sistem ilahi, yakni Islam.
Bagi kita yang belum sepenuhnya memahami dan meyakini Islam sebagai sistem solutif bagi problem masyarakat saat ini, bisa dipelajari lebih jauh ya, melalui orang-orang yang memang ahli dalam hal itu. Semoga sedikit cuap cuap ini bermanfaat bagi pembaca ya. Aamiin.
Baca Juga: Narkoba Mengancam Keluarga
duh betapa teganya suaminya ya, dan istrinya juga sudah sangat tergantung sauminya shg takut diceraikan. miris banget
ReplyDeleteiya buk.. disinilah peran pemerintah untuk bisa mengatasi hal semacam ini ya buk.. yakni membersihkan apa yang menjadi akar masalah itu..
ReplyDelete