Judul Buku : Nyala Nyali Dakwah di Penjuru Negeri
Penulis :
Nur Maulidiyah, Damayanti Muhajar, Gilig Pradhana, Meinilwita Yulia,
Emma Kaze, Ice Trianiza,
Rindyanati Septiana, Alga Biru,
Aqila Fikriya, Anjar Rositawati,
Dian Auliya, Caca Anastasia dan
Kavana Elkava
Penerbit :
Al Azhar Fresh Zone
Tahun Terbit : 2013
Tebal :
223
ISBN :
602186627-4
Sebuah
persembahan untuk orang-orang yang meniti jalan dakwah. Sebuah persembahan
untuk orang-orang yang akan meniti jalan dakwah. Bermula dari ingin berbagi
bahwa dakwah bukanlah profesi dan aktifitas tertentu. Bahwa dakwah dari seluruh
dunia masih menyala. Bahwa kita, para pengemban dakwah tidak sendirian. Denyut dan
nyala dakwah itu ada di titik-titik peta dunia. Dan Insya Allah tidak akan bisa
dipadamkan walau banyak yang berusaha mematikannya.
Buku antologi ini adalah hasil dari
sayembara menulis yang digagas oleh Nur Maulidiyah. Judulnya adalah NBR (Nulis
Bareng Rombongan). Hasilnya, terhimpun tujuh belas kisah seru dan heroik tentang
jejak-jejak para pengemban dakwah di seluruh penjuru negeri. Ada kisah dari
Jepang, Amerika, Taiwan, Mesir dan dalam negeri sendiri.
Ketiga belas orang yang bercerita dalam
buku ini asli Warga Negara Indonesia (WNI). Hanya saja sebagian mereka tinggal
di berbagai negeri sebagaimana yang mereka ceritakan di buku ini. Uniknya, mereka
dibina dalam satu partai politik internasional bernama Hizbut Tahrir. Hizbut
Tahrir sendiri sudah tersebar luas di lebih dari lima puluh negara termasuk
Indonesia, mencakup benua Eropa, Amerika, Asia dan Afrika dengan satu visi misi
mengemban dakwah Islam untuk mengembalikan kehidupan Islam. Jadi, dimanapun
berada, kisah aktivis Hizbut Tahrir tak pernah jauh dari dakwah.
Cerita ini dikelompokkan dalam enam
bagian. Bagian pertama berjudul: “Saingan Dakwahku”. Tiga kisah dalam judul ini
menceritakan kalangan di luar Islam yang tak kalah semangat “mendakwahkan”
ajaran mereka. Damayanti Muhajar bercerita, ia tinggal di negeri Paman Sam, Amerika,
tepatnya di kota kecil di negara bagian Utah. Ia sedang menemani suami yang
sedang studi. Disana, ia berkenalan dengan penganut ajaran Mormon, yang mengaku
sebagai bagaian dari agama Kristen. Pengikut ajaran Mormon menjadi penduduk
mayoritas di kota tersebut. Disinilah Damayanti menyaksikan aksi mereka dan
mengambil pelajaran darinya.
Yang membuatku belajar dari orang Mormon
adalah, misionaris yang seolah berdakwah tanpa lelah. Mereka mengetuk pintu
dari satu rumah ke rumah lain. Suatu hari mereka mengetuk pintu rumahku dan
menemui suamiku. Berdiskusi cukup lama memperkenalkan ajaran Mormon, hingga
diskusi terhenti saat suamiku mengatakan bahwa saya seorang muslim. (Hal. 20)
Dari sini aku belajar banyak dari Mormon,
bahwa yakin akan kebenaran yang dibawanyalah yang membuat mereka tak mudah
menyerah. (Hal. 21)
Cerita
lainnya datang dari Gilig Pradhana dan Nur Maulidiyah. Gilig tinggal di Kobe,
Jepang dan Nur tinggal di Taiwan. Di tempat tinggal mereka masing-masing,
kegiatan misionaris sangat gencar. Bahkan para misionaris tersebut ada yang
merupakan penduduk asli daerah tersebut. Gilig pernah didatangi oleh seorang remaja
perempuan bersama seorang nenek yang asli orang Jepang. Mereka fasih berbahasa Inggris dan mencoba
mempengaruhi Gilig dengan agama mereka. Mereka terlihat amat teratur dan terlatih
dalam berceramah. Besoknya Gilig didatangi oleh seorang perempuan yang fasih berbahasa
Indonesia dan mengajak Gilig kepada agama Kristen.
Sementara Nur menyaksikan para misionaris
beroperasi di taman-taman universitas, terminal bus, stasiun dan tempat-tempat
umum lainnya. Mereka menguasai bahasa inggris dan bahasa mandarin dengan baik.
Gilig sempat beberapa kali berdiskusi
dengan kedua misionaris yang mencumpainya. Setelah tak ada hasil, mereka
menyudahi pertemuan itu. Ada hikmah yang Gilig dapat dari mereka.
Harus diakui, cara “dakwah” mereka menginspirasiku.
Kubeli satu pak amplop di hyakuen shoppu, dan beberapa jenis alat tulis seperti
pensil atau penghapus, lalu kumasukkan ke dalam setiap amplop tersebut. Setelah
itu di selembar kertas ku ketik dalam bahasa Arab, Inggris dan Jepang,
penggalan kitab suci al Qur’an, sebuah surat yang membuat Umar bin Khatab masuk
Islam, Surat Thoha ayat 1-20. Selain itu juga kulampirkan bersamanya beberapa
pamflet mengenai sekilas agama Islam dan profil masjid Kobe yang kudapat setiap
sholat jum’at disana. Lembaran-lembaran itu ajakan masuk Islamnya, pensil dan
penghapus hanyalah hadiahnya, jadilah satu paket surat dakwah. Setiap surat
kumasukkan dalam kotak surat di masing-masing kamar di apartemenku, satu lantai
ada 20 kamar, dan ada 9 lantai di sana. (hal. 39)
Bab kedua berjudul, “Indahnya Dakwah pada
Sang Darah Muda”. Mengisahkan pengalaman Nur Maulidiyah, Meinilwita Yulia dan
Kavana Elkava saat berdakwah dikalangan remaja. Sedangkan bab tiga, berjudul, “Dakwah
Pada Para Bunda, Sang Tiang Negara”. Tergambar dari judulnya, bahwa kisah dalam
judul ini bercerita seputar dakwah kepada kaum ibu. Ceritanya datang dari Emma
Kaze, Ice Trianiza dan Rindyanti Septiana.
Bab empat berjudul, “Saat Futur Dalam
Dakwah”. Diceritakan oleh Alga Biru, Aqila Fikriya dan Anjar Rositawati. Alga
Biru berkisah tentang seorang sahabat yang dikenal dimasa awal ia dibina di Hizbut
Tahrir. Beberapa waktu kemudian teman Alga menghilang dari arena dakwah. Dua tahun
berlalu, Alga bertemu kembali dengan Aisyah temannya. Pertemuan itu membawa
angin segar untuk perjuangan Islam. Ada sms dari Aisyah untuk Alga.
“Assalamu’alaikum. Dek, pengen deh ketemu
lagi sama Dian. Kapan adek punya waktu? Hemm, kakak rindu mengkaji Islam. Dian
mau jadi mentor kakak?Jzk.”(Hal. 139).
Bab V berjudul “Bersama Tokoh, Dakwah
Kian Kokoh”. Dian Auliya saat itu masih mahasiswa. Ia bercerita pengalaman
mengisi kajian seorang profesor. Sementara Nur Maulidiyah bercerita tentang
semangat beberapa orang ibu tokoh masyarakat dalam menambah ilmu Islam dan
mengenal Hizbut Tahrir Indonesia. Bab terakhir berjudul “Dakwah Di Tengah
Keterbatasan”. Tiga buah cerita dari Nur Maulidiyah, Caca Anastasia dan Dian
Auliya tentang ketegaran para pengemban dakwah ditengah keterbatasan kondisi ekonomi
maupun terbatasnya gerak dakwah disuatu lingkungan karena sebab-seba tertentu.
Kesan dan Pesan
Sampul berwarna orange bergambar simbol
berbagai negara cukup mewakili judul buku Nyala Nyali Dakwah di Penjuru Negeri
ini. Hanya saja, beberapa gambar simbol negara yang tertera tidak punya cerita
di buku ini. Pemilihan font baik pada judul buku, judul cerita dan isi serta
design gambar didalamnya berjiwa muda. Tampak bahwa buku ini diperuntukkan bagi
pembaca usia muda. Kesalahan terjadi pada halaman akhir tentang profil penulis.
Ada satu profil penulis yang terabaikan, yaitu profil Alga Biru.
Bagi teman-teman yang mau mengenal lebih
dekat kehidupan para aktivis pejuang Syariah dan Khilafah, buku terbitan Al
Azhar Fresh Zone ini bisa menjadi referensi.
Islamic Reading Challenge 2015
0 Comments
Post a Comment