Picture by |
Bahaya narkoba sudah mengancam
keluarga. Harian Waspada tanggal 20 Agustus 2015 memberitakan bahwa menurut
pakar kesehatan dari Universitas Sumatera Utara (USU) Prof. H. Aznan Lelo,
berdasarkan hasil kajian, ada jenis narkoba yang tanpa disadari masyarakat,
telah tercampur ke dalam makanan sehari-hari. Jenis narkoba tersebut adalah
monosodium glutamate (MSG). MSG dianggap sebagai narkoba terselubung yang
terkandung dalam penyedap makanan. Meski tergolong jenis narkoba dan berbahaya,
MSG belum terdaftar sebagai narkoba. Obat jenis ini tersedia dalam berbagai
bentuk dan dikonsumsi masyarakat luas tanpa kendali, peredarannya aman dan
diatur Undang-Undang.
Selama ini saya sendiri dan mungkin
banyak orang lainnya tidak begitu menganggap MSG sebagai bahan berbahaya
sebagai penyedap masakan. Karena banyak sekali makanan yang menggunakan MSG.
Masih menurut Profesor Aznan Lelo, meski MSG selalu ditemukan dalam berbagai
jenis makanan, namun bukan berarti MSG itu aman dikonsumsi. Beliau mengaku
pernah disuruh tutup mulut oleh salah satu perusahaan penyedap makanan ternama
di Indonesia, agar tidak membeberkan kepada publik tentang bahaya MSG tersebut
secara kajian ilmiah. Beliau juga mencurigai peristiwa keracunan makanan yang
dialami pelajar di sekolah atau keracunan pada buruh di tempat kerja dan di
asrama pada pemberitaan televisi diakibatkan oleh MSG. MSG dapat menimbulkan
kecanduan seperti narkoba. Konsumsi MSG yang berlebihan telah dilaporkan dapat
menimbulkan efek yang merugikan pada banyak organ tubuh, terutama mempengaruhi
fungsi dan fisiologi otak, menyebabkan stres oksidatif yang berat.
Pada akhirnya kita pasti dihimbau
oleh pakar kesehatan agar jangan menggunakan MSG. Namun yang jadi pertanyaan,
mengapa bahan berbahaya tersebut tetap saja bebas beredar? Apakah pakar
kesehatan seperti Profesot Aznan Lelo tidak layak dipercaya ucapannya? Tentu
layak dipercaya, karena beliau pakar di bidangnya. Dan bukan hanya Profesor
Aznan Lelo saja yang pernah mengungkap tentang bahaya MSG. Banyak pakar lainnya
menyatakan hal yang sama. Termasuk pakar luar negeri seperti penulis buku
Excitotoxins, Russell Blaylock. Russell berkata, MSG adalah excitotoxin yang merupakan
zat kimia perangsang dan dapat mematikan sel-sel otak. Tapi sekali lagi
pertanyaannya, mengapa MSG tetap beredar meski berbahaya? Mengapa iklan di
televisi bebas menyampaikan pesan perlunya penambahan MSG dalam makanan sehari-hari?
Sumatera Utara merupakan wilayah
darurat narkoba peringkat ketiga se-Indonesia. Maraknya narkoba hingga jenis
MSG yang mengancam keluarga menunjukkan kegagalan negara dalam menjaga
kesehatan rakyatnya. Sistem demokrasi yang dijalankan pemerintah gagal menjamin
tersedianya makanan yang toyyib (baik) bagi rakyatnya. Rakyat butuh perubahan
sistem. Dan sistem Islam menawarkan solusi terbaik bagi permasalahan narkoba
dan masalah lainnya di negeri kita. Mari beralih ke sistem Islam.
0 Comments
Post a Comment