www.tribunnews.com |
“PHK Massal Mengancam”. Ini judul sebuah berita di Harian Waspada
tanggal 8 September lalu. Judulnya cukup mengkhawatirkan. Melemahnya rupiah
yang berakibat pada melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok, daya beli
masyarakat yang rendah dan pendapatan pengusaha yang menurun menyebabkan
pengusaha termasuk UMKM terpaksa harus mengurangi biaya produksi dengan cara
melakukan PHK. Sejumlah perusahaan di Medan sudah melakukannya. Hingga awal
bulan September, sudah 839 buruh yang di PHK. Bukan berprasangka, tapi biasanya
angka pengangguran yang meningkat berbanding lurus dengan meningkatnya angka
kriminalitas. Sekarang saja Medan rawan begal. Sering terdengar kabar
orang-orang di sekitar kita menjadi korban perampokan. Kita tidak berharap
kriminalitas semakin marak. Tapi kemungkinan itu tetap ada, kalau pemerintah
tidak segera ambil tindakan tepat.
Dalam kondisi
kritis seperti ini, pemerintah tidak memiliki formula jitu mengatasi potensi
PHK besar-besaran tersebut. Himbauan Presiden Jokowi agar masyarakat Indonesia
menggunakan produk lokal sebagai cara memperkuat nilai rupiah bukan solusi yang
efektif. Sebab, kembali pada kalimat di atas bahwa daya beli masyarakat yang
rata-rata kalangan menengah ke bawah ini sedang menurun. Bagaimana berharap
masyarakat ramai-ramai beli produk lokal kalau sebagian mereka jadi korban PHK
dan sedang kesulitan memenuhi kebutuhan pokok keluarga.
Harapan akan perlindungan pemerintah terhadap rakyat
Indonesia, justru dimentahkan dengan dikeluarkannya peraturan berupa pembebasan
pekerja asing dari keharusan berbahasa Indonesia. Yang artinya, pemerintah
memudahkan pekerja asing untuk bekerja di Indonesia. Akankah kedudukan pekerja
pribumi digeser pekerja asing? Ditambah sebentar lagi Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) akan diberlakukan. Siap tidak siap, pemerintah mengatakan bahwa MEA akan
tetap diberlakukan pada Desember mendatang. MEA berpeluang memperderas arus
pekerja asing untuk bekerja di Indonesia. Dan nasib rakyat Indonesia sepertinya
akan semakin terpuruk.
Akibat keburukan
sistem kapitalis sekuler yang sedang dijalankan pemerintah, banyaknya
permasalahan terasa sulit untuk diatasi. Standar uang kertas yang bermasalah, ketergantungan
dunia industri kepada bahan-bahan impor, utang luar negeri yang terus membengkak
namun terus ditambah dan masalah lainnya
semakin melemahkan negeri kita. Ini masalah sistemik, harus diatasi secara
sistemik. Berubah secara total kepada sistem Islam adalah satu-satunya solusi
yang dapat mengatasi segala permasalahan bangsa kita. Percayalah, hanya sistem
dari Allah Swt yang paling baik untuk diterapkan dalam hidup kita.
0 Comments
Post a Comment