Seorang teman pernah tersinggung hatinya saat ku bandingkan dengan
orang lain. Maaf ya teman, kalau aku menyinggung hatimu. Sungguh bukan maksudku
untuk membuatmu marah. Pertanyaannya, apakah yang ku lakukan benar-benar salah
menurut standar agama?
Salah satu sifat alamiah manusia adalah
rasa ingin mempertahankan diri. Ia tak ingin dikatakan lebih buruk dari yang
lain. Sebaliknya ia selalu ingin dikatakan baik. Maka kalau kamu ingin cari
marah temanmu, silahkan katakan kelemahannya dengan membandingkan ia dengan
yang lain. Bersiap-siaplah untuk menerima amukan darinya. Atau minimal ia bakal
cemberut ke kamu.
Seperti aku yang tanpa niat buruk membandingkan teman yang satu ini dengan
sesosok perempuan. Maksudku sih, agar temanku dapat belajar darinya. Bahkan
berusaha menjadi lebih baik darinya. Tapi ya gitu, dia marah.
Nah, sebenarnya
membandingkan itu ada yang boleh dan ada yang tidak. Contohnya gini, kalau kamu
mengoreksi ukuran badan temanmu yang lebih pendek dan membandingkannya dengan
yang lebih tinggi, lalu mengatakan yang lebih tinggi itu yang lebih baik, itu
gak boleh. Sebab fisik itu Allah SWT yang buatin untuk kita. Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang amat sangat tau apa yang baik untuk kita. Jadi
yang udah dikasih ya terima aja. Gak layak dibanding-bandingin. Gak pantes
untuk bangga jika merasa bagus atau minder jika dalam pandanganmu tidak bagus.
Toh, itu bukan prestasi manusia, melainkan wujud kasih sayang Allah SWT. Yang
perlu bagi kita adalah mensyukurinya.
Kalau masalah kecerdasan
gimana? Hal ini pun tak perlu diperbandingkan dengan maksud berharap seseorang
dapat menjadi seperti orang lain. Pada kenyataannya, emang kita dilahirkan
dengan kondisi unik. Kelebihan maupun kekurangan antara orang yang satu dengan
yang lainnya itu berbeda. Ada dia yang cenderung suka bicara. Sehingga memaksanya
untuk tekun bekerja dibelakang meja akan membuatnya merasa tersiksa. Ia akan
lebih nyaman sebagai pembawa berita, motivator dan lainnya. Terkadang juga ada
orang yang lebih nyaman menuangkan pikiran lewat tulisan daripada berbicara
dimuka umum. Seperti saya, sudah berusaha berkali kali tapi tetep aja gak
sebagus teman lainnya saat menyampaikan materi dimuka audiens. Saya lebih
nyaman berbicara lewat tulisan.
Trus kalo membandingkan
tingkat ketaatan gimana? Untuk yang ini justru layak dilakukan. Allah memberi
aturan hidup untuk seluruh makhluk ciptaanNya. Termasuk kepada manusia. Dalam
menjalankan aturan Allah SWT, kita disarankan untuk berlomba-lomba. Dalam Al
Qur’an surat Al Baqarah ayat 148 Allah SWT berfirman :”... maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan”.
Semua manusia berkesempatan
unggul dalam kompetisi memperebutkan ridha Allah SWT. Allah itu Maha Adil,
tidak akan memerintahkan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh sebagian
muslim. Kalau yang lain bisa mematuhi perintah sholat, maka kita juga pasti
bisa. Kalau yang lain bisa menunaikan kewajiban berdakwah untuk mempercepat
datangnya janji Allah atas kebangkitan umat Islam, maka kita juga pasti bisa.
Jadi jika ada seseorang yang dakwahnya oke ditengah-tengah kesibukan kuliahnya
yang padat, kenapa kita tidak bisa? Kenapa kita harus melempem? Tidakkah kita
ingin belajar darinya? Tidakkah kita ingin tau rahasia kesuksesannya yang tetap
menunjukkan kesungguhan meski dihadapkan pada peliknya urusan pribadinya?
Inilah yang saya lakukan
pada teman saya. Saya ingin diri ini dan dia sama-sama bercermin pada muslimah
lainnya yang bersemangat dalam berdakwah. Jangankan kepada orang-orang dimasa
sekarang, bahkan kita dianjurkan untuk meniru ketaatan para sahabat Rasulullah
SAW. Agar dapat sama-sama berlomba mencapai syurganya Allah.
Membandingkan diri dengan
ketaatan orang lain itu dibolehkan. Ia akan menimbulkan iri. Iri yang
dibolehkan. Iri jenis ini akan mendorong kepada kebaikan yaitu meniru jenis
ketaatan yang kurang pada diri kita. Dari Ibnu Umar r.a. berkata:
Rasulullah saw bersabda, "Tidak boleh seseorang iri terhadap orang lain
kecuali dalam dua hal yaitu seseorang yang diberi pengertian Al Qur'an lalu ia
mempergunakannya sebagai pedoman amalnya siang-malam dan seseorang yang diberi
oleh Allah kekayaan harta lalu ia membelanjakannya siang-malam untuk segala
amal kebaikan."
Untuk temanku, semoga
ketika membaca ini kau mengerti apa maksudku.
0 Comments
Post a Comment