Thursday, March 06, 2014

Takut Riya’, Luruskan Niat

Picture by frame123.net
Kehati-hatian itu perlu. Karena dengan bersikap hati-hati, kita akan terhindar dari bahaya. Berhati-hati dalam mengendarai motor akan meminimalisir potensi terjadinya kecelakaan. Tentu ini dengan hitung-hitungan manusia. Diluar qadho Allah lo ya. Demikian jika berhati-hati dalam hal menggunakan suatu benda, akan mengurangi potensi kerusakan benda akibat kelalaian kita. Takut akan kerusakan itu wajar. Rasa itulah yang mendorong manusia untuk bersikap hati-hati.
Konsekuensi dalam sikap berhati-hati adalah melakukan berbagai pilihan yang tepat untuk dilakukan. Agar harapan yang dimiliki dari sikap tersebut terwujud. Berhati-hati dalam berkendara berarti memperhatikan segala sesuatu terkait keamanannya. Kita harus memakai helm dan tidak ngebut. Didukung pula senantiasa memperhatikan berbagai peraturan lalu lintas yang ada. Menjaga agar tidak terjadi kerusakan pada benda berarti memberi perhatian yang cukup kepadanya. Tidak meletakkannya sembarangan serta merawatnya dengan baik.

Lalu bagaimana dengan menjaga hati? Ada satu penyakit hati yang sangat ditakuti oleh orang-orang beriman yaitu riya’. Hal ini pernah saya dengar dari seorang teman. Ketika diminta melakukan suatu kebaikan, ia menolak melakukannya. Ia katakan takut riya’. Bahkan ia lebih memilih menunda melakukan kebaikan. Takut kebaikan itu sia-sia dihadapan Allah SWT akibat dihinggapi rasa riya.
Niat menjaga diri dari bermaksiat kepada Allah itu bagus. Tapi kalau itu dijadikan alasan untuk menunda kebaikan, saya pikir kurang tepat. Menjadi ikhlas memang sulit. Tapi kita tidak akan bisa ikhlas kalau tidak melatihnya secara terus-menerus.
Imam Ghazali mengajarkan cara menghilangkan riya’ yaitu dengan menghilangkan sebab-sebab munculnya riya seperti kenikmatan dipuji manusia dan marah ketika tidak mendapat pujian dari manusia. Semua rasa itu datang dari syetan yang selalu menggoda. Kita harus berusaha melawan berbagai bisikan syetan untuk berbuat riya’. Namun bukan menghindar dari melaksanakan aturan hidup dari Allah SWT.

Maka bagi jiwa-jiwa yang didalamnya terdapat keimanan, teruslah melakukan kebaikan, teruslah berada pada jalan iman, jalan Islam. Sebisa mungkin sembunyikan kebaikan yang dilakukan itu jika takut dihinggapi riya’. Kalau kondisi memaksa untuk menampakkan kebaikan yang dilakukan luruskan niat melakukannya semata-mata karena kepatuhan pada Allah SWT. Beristighfarlah setiap kali lalai dari keikhlasan. Karena Allah SWT Maha Pengampun. 

0 Comments

Post a Comment