Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
Populer
Mutiara Hadist
Karyaku

Buku Antologi
![]() |
Picture by frame123.net
Kehati-hatian itu perlu.
Karena dengan bersikap hati-hati, kita akan terhindar dari bahaya. Berhati-hati
dalam mengendarai motor akan meminimalisir potensi terjadinya kecelakaan. Tentu
ini dengan hitung-hitungan manusia. Diluar qadho Allah lo ya.
Demikian jika berhati-hati dalam hal menggunakan suatu benda, akan mengurangi
potensi kerusakan benda akibat kelalaian kita. Takut akan kerusakan itu wajar.
Rasa itulah yang mendorong manusia untuk bersikap hati-hati.
Konsekuensi dalam sikap
berhati-hati adalah melakukan berbagai pilihan yang tepat untuk dilakukan. Agar
harapan yang dimiliki dari sikap tersebut terwujud. Berhati-hati dalam
berkendara berarti memperhatikan segala sesuatu terkait keamanannya. Kita harus
memakai helm dan tidak ngebut. Didukung pula senantiasa memperhatikan berbagai
peraturan lalu lintas yang ada. Menjaga agar tidak terjadi kerusakan pada benda
berarti memberi perhatian yang cukup kepadanya. Tidak meletakkannya sembarangan
serta merawatnya dengan baik.
Lalu bagaimana dengan
menjaga hati? Ada satu penyakit hati yang sangat ditakuti oleh orang-orang
beriman yaitu riya’. Hal ini pernah saya dengar dari seorang teman. Ketika
diminta melakukan suatu kebaikan, ia menolak melakukannya. Ia katakan takut
riya’. Bahkan ia lebih memilih menunda melakukan kebaikan. Takut kebaikan itu
sia-sia dihadapan Allah SWT akibat dihinggapi rasa riya.
Niat menjaga diri dari
bermaksiat kepada Allah itu bagus. Tapi kalau itu dijadikan alasan untuk
menunda kebaikan, saya pikir kurang tepat. Menjadi ikhlas memang sulit. Tapi
kita tidak akan bisa ikhlas kalau tidak melatihnya secara terus-menerus.
Imam Ghazali mengajarkan
cara menghilangkan riya’ yaitu dengan menghilangkan sebab-sebab munculnya riya
seperti kenikmatan dipuji manusia dan marah ketika tidak mendapat pujian dari
manusia. Semua rasa itu datang dari syetan yang selalu menggoda. Kita harus
berusaha melawan berbagai bisikan syetan untuk berbuat riya’. Namun bukan
menghindar dari melaksanakan aturan hidup dari Allah SWT.
Maka bagi jiwa-jiwa yang
didalamnya terdapat keimanan, teruslah melakukan kebaikan, teruslah berada pada
jalan iman, jalan Islam. Sebisa mungkin sembunyikan kebaikan yang dilakukan itu
jika takut dihinggapi riya’. Kalau kondisi memaksa untuk menampakkan kebaikan
yang dilakukan luruskan niat melakukannya semata-mata karena kepatuhan pada
Allah SWT. Beristighfarlah setiap kali lalai dari keikhlasan. Karena Allah SWT
Maha Pengampun.
|
0 Comments
Post a Comment