Saturday, December 12, 2020

Kala Perempuan Cerdas Dan Ambisius Bercita - cita

https://feminisminindia.com


Sayangnya meski banyak hari ini perempuan yang sukses dengan karirnya, namun penghargaan dan penghormatan terhadap perempuan belumlah merata. Kaum perempuan belum sepenuhnya terbebas dari mata – mata yang meremehkan. Tak sebatas meremehkan, bahkan pelecehan seksual dan kekerasan masih sering dialami oleh perempuan.

Membentuk cita – cita pada kisah pilot Indian Air Force/ Angkatan Udara India (IAF) di film berjudul Gunjan Saxena: The Kargil Girl, tampak begitu sederhana. Dikisahkan, Gunjan kecil senang sekali setiap mendengar dan melihat pesawat mengudara di atas rumahnya. Dia mengejar langkah pesawat hingga pandangannya tak lagi menjangkau mesin terbang itu. Dia pun gemar melihat gambar pesawat dan membaca info yang berkaitan dengan pesawat di majalah orangtua-nya.

Gunjan gadis yang cerdas. Dia lulus SMA dengan nilai memuaskan. Nilainya unggul di bidang eksakta. Ibu dan abangnya berharap ia lanjut kuliah dengan jurusan sesuai nilai tertingginya. Setelah lulus kuliah lalu menikah. Namun Gunjan ngotot ingin masuk sekolah penerbangan. Peluang justru terbuka di Angkatan Udara India. Saat itu dibuka penerimaan pilot perempuan untuk IAF. Dengan kecerdasannya ia pun lulus. 

Hal tersulit baginya adalah membangun mental yang kuat, di tengah – tengah kaum lelaki yang meremehkan kemampuannya sebagai pilot perang. Di akhir cerita ia mampu membuktikan kalau perempuan juga bisa eksis di bidang yang banyak digeluti lelaki. Pembuktian diri itu diperolehnya dengan pengorbanan. Proses panjang karirnya membuat ia enggan menikah meski usia sudah layak.

Pembuktian peran perempuan di publik juga terdapat dalam film Miss India. Sama dengan kisah Gunjan, awalnya cita – cita Samyuktha juga muncul dengan sederhana. Saat berdialog dengan kakeknya di masa kecil, ia mendapat ide untuk menjadi pebisnis di masa depan. Ia ingin memperkenalkan teh khas india buatan kakeknya yang sangat enak ke seluruh dunia. Kecerdasan Gunjan juga dimiliki Samyukhtha. Peremehan oleh sekitar pun dirasakan Samyuktha sebagaimana Gunjan. Di akhir film, kesuksesan pun digapai, melampaui kesuksesan pebisnis lelaki saingan Samyuktha.

Ya, Gunjan dan Samyukhta dalam film tersebut memiliki kesamaan. Cerdas dan ambisius. Dua modal yang sangat penting untuk memenangkan persaingan di zaman ini. Para perempuan di dunia nyata hari ini yang akhirnya sukses dalam karirnya pun disebabkan dua hal itu. Tapi sebenarnya tidak cuma di zaman ini dua kekuatan itu diperlukan untuk sukses. Zaman dahulu juga begitu. Termasuk di masa peradaban Islam dulunya.

Para muslimah cerdas dan ambisius itu ada yang menjadi ilmuwan seperti Mariam, penemu astrolabe di Aleppo. Kontributor pendidikan seperti Fatimah al-Fehri, pendiri Universitas Qarawiyin di Maroko. Jauh lebih banyak lagi dari para muslimah cerdas dan ambisius itu yang menjadi inspirator kesuksesan para lelaki. Dibalik tersohornya nama ulama Imam Syafi’i, ada perjuangan ibunya Fatimah binti Ubeidillah. Terkenalnya sosok Shalahuddin al Ayyubi juga berkat peran penting ibu di masa pertumbuhan sang anak.

Dari persamaan yang ada yakni dua kekuatan itu, saya juga melihat perbedaan diantara para perempuan didikan sistem kapitalis sekuler hari ini dengan para perempuan didikan peradaban Islam. Mereka berbeda juga dari dua hal, yakni dari segi alasan dan tujuan. Para perempuan seperti Gunjan dan Samyukhta memiliki alasan menggapai cita karena bentukan alami sewaktu kecil. Apa yang kebetulan memberi kesan padanya dimasa pertumbuhannya, itulah yang menginspirasi cita – citanya. Dia anggap itulah sumber kebahagiaannya kelak.

Seiring berjalannya waktu cita – cita itu diragukan oleh sekitar, terutama kaum lelaki. Budaya mereka membentuk pemahaman bahwa perempuan lebih lemah dibanding lelaki. Perempuan pantasnya hanya berperan di ranah domestik. Perundungan yang terus menerus diterima para perempuan ambisius dan cerdas itu membentuk sebuah tujuan, yakni pembuktian. Tujuan itu membentuk energi yang lebih besar untuk menggapai cita. Hingga akhirnya sebagian besar mereka berhasil membuktikan diri, sukses berkarir dan mendulang harta.

Sayangnya meski banyak hari ini perempuan yang sukses dengan karirnya, namun penghargaan dan penghormatan terhadap perempuan belumlah merata. Kaum perempuan belum sepenuhnya terbebas dari mata – mata yang meremehkan. Tak sebatas meremehkan, bahkan pelecehan seksual dan kekerasan masih sering dialami oleh perempuan.

Sedangkan para muslimah didikan peradaban Islam, sejak awal memiliki alasan bercita – cita yakni kecintaan pada Allah swt dan Rasulullah saw. Tujuannya untuk meneguhkan Islam di muka bumi. Sebab misi diutusnya Rasulullah saw dengan Islam, memang ingin membawa rahmat bagi seluruh alam.

Dalam proses pendidikannya para muslimah diajarkan mengenal hakikat kehidupan, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah swt (QS. al ‘Alaq: 02). Manusia diciptakan semata untuk mengabdi pada Allah swt (QS. Adz dzariyat: 56). Pembeda antara lelaki dan perempuan adalah takwanya (QS. al Hujurat: 13). Kebaikan masing – masing lelaki dan perempuan akan sama – sama mendapat balasan Allah swt (QS. An Nahl: 97). Lelaki dan perempuan pun saling berlomba untuk menjadi yang terbaik dihadapan Allah swt (QS. Al Baqarah: 148).

Dengan ini perempuan di masa peradaban Islam dulunya terbebas dari perundungan para lelaki. Tak ada yang meremehkan cita – cita mereka. Para perempuan bebas bercita – cita apa saja. Para muslimah itu lalu membangun cita – cita diatas kecintaannya pada Allah swt dan Rasulullah saw. Mereka berambisi menjadi ilmuwan demi memudahkan ibadah dan dakwah. 

Mereka pun berambisi menjalankan peran utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga sebaik – baiknya untuk mencetak generasi penakluk. Ibunya Shalahuddin al Ayyubi misalnya, sejak awal menikah ingin memiliki anak yang bisa membebaskan Palestina dari penjajahan. Makanya ia memilih pasangan dengan visi dan misi yang sama.

Sebagai bagian dari makhluk ciptakan Allah swt, fitrah para perempuan di setiap zaman pasti sama. Ingin eksistensi, dimengerti, dihargai dan dihormati. Maka peradaban Islamlah yang bisa memberi hal itu sepenuhnya pada semua perempuan. Tentunya dalam ruang lingkup ketaatan pada Allah swt. Agar hidup tak hanya sebatas sukses di dunia, tapi juga bahagia hingga ke surga.

0 Comments

Post a Comment