![]() |
dok. pribadi |
Bicara tentang bahagia, tentu banyak
sekali hal yang bisa membuat kita bahagia. Dalam kesempatan ini aku mau berbagi
7 hal diantara banyak hal yang membuatku senang bukan kepalang.
Pertama, jalan bareng suami. Hingga usia pernikahan menuju 9 tahun, aku masih saja antusias setiap kali suamiku mengajak keluar. Nggak jauh sebenarnya. Hanya ke kedai beli gas. Ke mini market terdekat buat beli alat cukur. Berkunjung ke rumah seseorang dan semacamnya.
![]() |
dok. pribadi |
Hal yang aku senangi adalah dibonceng
naik motor sama suamiku. Menyusuri jalan, melihat ke kanan dan ke kiri. Hingga
akhirnya pulang ke rumah bawa makanan ringan. Bawa jajan itu amat menyenangkan.
Hehe.
Asal tahu saja, kami belum pernah bepergian
jauh melebihi rumah mertuaku yang satu setengah jam perjalanan. Paling jauh
kami jalan-jalan ke toko buku yang jarak tempuhnya kurang dari satu jam dari
rumah.
Ke pantai yang sebenarnya dekat dengan
rumah mertua sekalipun aku belum pernah diajakin suamiku. Minggu lalu menjadi
momen pertamaku pergi ke pantai pasca nikah. Itupun bukan suamiku yang
ngajakin, tapi kami ikutan pergi bareng keluarga.
Terkadang kalau ada yang bercerita
tentang tempat-tempat wisata aku jadi pengen juga. Tapi berhubung suamiku nggak
suka perjalanan jauh yang katanya melelahkan, dan aku sudah cukup senang diajak
keliling daerah rumah kami naik motor, ya sudah aku terima saja. Kalau teringat
dan muncul keinginan pergi berlibur ke tempat wisata, hiburanku adalah youtube.
Nonton video sambil ngunyah jajanan, hati kembali riang. Hehe. Alhamdulillah.
Kedua, beli buku. Kebiasaan membeli buku ku mulai sejak memutuskan untuk ikut kajian Islam rutin dalam jamaah sekitar tahun 2009. Aku haus akan ilmu. Sehingga tiap bulan sebagian gajiku dikeluarkan untuk beli buku. Bahkan kecepatanku membaca kalah dengan membeli buku. Seolah buku-buku itu malah menjadi koleksi. Banyak yang masih rapi terbungkus plastik bertengger di rak buku.
![]() |
dok. pribadi |
Sebenarnya bukan karena terlalu banyak
beli buku. Tapi karena aku jarang membaca. Hehe. Iya saat itu kepuasaanku masih
sebatas pada membeli buku. Sedangkan membacanya masih berat bagiku sebagai
pemula. Bukuku yang kebanyakan tentang wawasan Islam tak mudah untuk dipahami. Malah
bikin ngantuk dan menjadi penghantar tidur. Alhamdulillah lama kelamaan keadaan
semakin membaik. Aku bisa menikmati kegiatan membaca buku, bukan sekedar senang
ketika membelinya saja.
Ketiga, bisa menyelesaikan membaca buku
hingga tuntas. Membiasakan
diri membaca buku adalah aktivitas yang aku paksakan. Kenapa harus memaksakan
diri?
Seperti penjelasanku sebelumnya, aku
butuh ilmu. Maka membaca sebagai cara menambah ilmu harus aku sukai. Karena
memang bukan kebiasaanku sejak lama, aku tidak suka membaca. Aku kurang mampu
memahami isi buku itu. Tapi tetap harus dibaca. Sebab membaca adalah
kebutuhanku. Tsumma alhamdulillah, aku berhasil menikmati membaca buku. Meski
semangatku membaca buku masih suka naik turun hingga saat ini.
Untuk mengikat ingatanku dengan isi buku,
selesai dengan satu buku aku pun menulis resensinya. Kumpulan resensi dari buku
yang pernah aku baca ada di link ini https://www.evaarlini.com/search/label/Buku.
Siapa tahu kamu menyukai buku yang aku baca, silahkan melihat-lihat ya.
Keempat, berhasil memotivasi seseorang untuk hijrah. Allah swt memberikan pada manusia naluri berkasih sayang. Dengan naluri itu timbul-lah rasa sayang, peduli, kasihan dan semacamnya. Di satu sisi seorang muslim diperintahkan Allah swt untuk saling menasihati. Bertemulah perintah itu dengan naluri kasih sayang yang Allah berikan. Sehingga muslim bisa saling mengingatkan atas dasar iman dan kasih sayang.
![]() |
dok. pribadi |
Saat aku melihat seseorang memilih jalan
perubahan ke arah kebaikan, rasanya senang luar biasa. Apalagi jika
keputusannya itu diambil karena mempertimbangkan ucapanku. Rasulullah saw
mengatakan bahwa jika ada seseorang yang diberi petunjuk oleh Allah swt atas
perantaraan kita, maka itu lebih baik dari unta merah. Padahal unta merah itu
harganya mahal. Siapa coba yang nggak senang dihargai seperti itu. Masya allah.
Kelima, menyaksikan pernikahan. Hari ini pergaulan di masyarakat tidak diatur oleh Islam. Sehingga cenderung bebas. Kalaupun ada batasan-batasan, itu dibuat oleh masing-masing orang sesuai batasan yang dianggapnya baik. Makanya lelaki dan perempuan rentan menjalin hubungan ‘terlarang’ dimata Allah swt alias pacaran.
Aku yang menyadari bahwa aktivitas
mendekati zina alias pacaran tidak disukai Allah swt, merasa sedih dengan
banyaknya jalinan kasih yang ada di luar ikatan pernikahan. Makanya kalau ada
yang menikah aku turut merasa bahagia. Aku merasa lega karena mereka terbebas
dari dosa pacaran.
Keenam, mendapat pencerahan baru. Mendapatkan suatu pengetahuan baru
tentang apapun itu adalah hal yang sangat menyenangkan bagiku. Senang saat mengetahui
bahwa toge bisa lebih tahan lama disimpan di kulkas dengan direndam pakai air
dingin misalnya.
Atau pertama kali bisa menyusuri
jalan-jalan yang belum pernah aku lewati. Atau mengetahui resep bikin bakso dan
berhasil membuatnya. Semuanya menyenangkan bagiku. Ini salah satu caraku agar
hidup tak terasa monoton. Yakni mencari berbagai pengetahuan baru. Menemukan hal-hal
baru sehingga pikiran dan perasaan terasa fresh.
Ketujuh, ngobrol dengan suami. Meski aku dan suamiku banyak berbeda pandangan dan tak jarang obrolan kami berujung perselisihan atau ngotot ngototan, tapi ngobrol dan diskusi dengan suamiku tetaplah menjadi hal yang paling menarik bagiku.
Kami sudah sama-sama paham, kalau obrolan
berujung debat kusir, kami hentikan sejenak obrolan itu. Saling menjauh untuk
sementara waktu. Tak berapa lama, keadaan hati kembali normal dan ngobrol lagi.
Begitu seterusnya. Alhamdulillah masih dikasih nikmat rasa cenderung pada
suami. Sampai sekarang bunga-bunga di hatiku masih terasa mekar kalau berdekatan
dengan suamiku. Semoga hubungan kami dilindungi Allah swt dari rasa bosan.
Aamiin.
***
Pastinya banyak lagi hal-hal yang membuat
bahagia dalam hidup ini. Intinya berpikir positif. Berbaik sangka pada Allah
swt. Bahagia dengan cara sederhana. Meletakkan kebahagian pada tempat yang baik
dan benar yakni dalam lingkaran ridha Allah swt, maka bahagia akan mudah tercapai.
Rugi sekali seseorang yang meletakkan bahagianya pada barang-barang mewah misalnya, sementara untuk menggapainya dia amat bersusah payah. Hampir-hampir tak mampu dia meraihnya. Sehingga hidupnya selalu merasa sengsara. Semoga kita semua mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Aamiin ya Allah.
0 Comments
Post a Comment