https://www.youtube.com/watch?v=bmdKjHToo6U
Christopher Tambunan, kini dipanggil
Muhammad Yusuf adalah seorang pemuda yang belum lama memeluk Islam. Sudah dua
bulan ia bergabung dalam dunia per-youtube-an menggunakan nama asli sebagai
nama channel pribadinya, Christopher Tambunan.
Aku tak sengaja menemukan video youtube miliknya, di deretan video rekomendasi dari youtube yang iseng ku jelajahi. Dari beberapa video yang dibagikannya, aku tak menemukan identitas lengkap pemuda ini. Asalnya dari mana, kuliah di kampus mana, latar belakang keluarga, dan lain sebagainya tidak dijelaskan.
Memang vlog Yusuf lebih utama berisi
tentang kisah keislamannya, serta kajian – kajian keislaman bersama Makasar
Mualaf Center tempatnya sekarang bergabung.
Jadi kalau identitas pribadi mungkin
masih belum sepenuhnya ia tunjukkan, namun kisah keislamannya yang inspiratif,
dengan gamblang ia ceritakan. Aku tuntas mendengarkan curhatnya di satu video
berjudul ‘Kesaksian keislaman ku!!!’. Dari sini aku mendapati beberapa poin
penting yang cukup berkesan bagiku.
Pertama, semua berawal dari semangat
menyeru pada kebaikan.
Waktu itu Yusuf berada di kelas 1 SMA.
Dia bermaksud mengabarkan ajaran kasih Yesus pada teman –temannya yang muslim.
Berdasarkan pelajaran yang didapatkannya, Islam adalah agama paling buruk. Jadi
dia bermaksud menyelamatkan teman – temannya.
Baca Juga: Berharap Dapat Inspirasi Dari Biografi Haji Anif
Meski temannya bilang bahwa agamamu
agamamu, agamaku agamaku, dia tetap bersemangat menyeru muslim kepada iman yang
diyakininya. Alhasil temannya pun meladeni Yusuf. Ucapan-ucapan Yusuf
ditanggapi oleh teman-temannya.
Bagi Yusuf, respon teman-temannya itu
membuatnya ragu dengan citra buruk Islam yang ia yakini. Ajakan diskusi
selanjutnya terus ia lakukan secara intens. Bukan saja kepada teman-temannya. Tetapi
ia mendiskusikan kembali Islam pada pemuka agamanya.
Dia pun mendatangi pemuka agama Islam. Ia
juga cari tahu Islam melalui media sosial. Sampai akhirnya ia jatuh cinta pada
Islam. Masya allah, Allah swt Maha Baik, Maha Tahu isi hati hamba-hambaNya.
Baca Juga: Mengenal Tokoh Seni
Ternyata ketulusan untuk melakukan
kebaikan, mendapat kemudahan dari Allah swt memperoleh hidayah. Meski keyakinan
awal Yusuf itu salah, tapi dia berniat melakukan kebaikan, dengan pikiran yang
tetap terbuka, mau mendengar dan memikirkan pendapat orang lain.
Kedua, berpikir serius sejak muda.
Terlihat dari tutur katanya yang berisi
dan teratur. Sorot matanya yang penuh keyakinan dengan ucapannya. Ekspresinya
yang menunjukkan kedewasaan, meski sesekali sisi kekanakannya terlihat juga,
saat dia bilang, “saya rindu orang tua”.
Salut untuk adinda Yusuf yang berbeda
dari pemuda kebanyakan. Nggak bucin. Nggak sia – siakan waktu untuk urusan
hiburan atau asmara. Dia justru mencari makna hidup. Dia berpikir tentang
kematian. Dia ingat tentang masa depan.
Tadinya dia bermaksud menjadi muallaf
tiga tahun setelah kuliah. Dia terlebih dahulu ingin membahagiakan orang tua
dengan penghasilannya. Tetiba dia ingat kematian, hatinya terpanggil untuk
segera meresmikan keislamannya. Dia tak kuasa menyembunyikan kebenaran yang
ditemukannya.
Alhasil tak menunggu nanti. Awal kuliah dia
pun memberanikan diri merencanakan prosesi muallafnya di suatu mesjid. Meminta
temannya membantu menyiapkan segala sesuatunya. Hingga akhirnya dia lega karena
telah bersaksi tiada yang layak disembah selain Allah swt dan Muhammad adalah
Rasulullah.
Ketiga, menjadi muslim karena pemahaman,
bukan emosional.
Secara gamblang dan tegas Yusuf berkata,
bahwa ia memilih Islam bukan karena iming-iming uang atau apapun dari orang
lain. Dia memilih Islam karena tergugah dengan konsep ketuhanan dalam Islam.
Dia terpesona dengan Islam karena al Quran yang menyentuh akal dan perasaan.
Baca Juga: Dua Nasihat Ustaz Hari Moekti
Dari terjemah al Quran yang dibacanya, ia
mendapati kalau al Quran bukan kitab biasa. Ia berasal dari Allah swt Sang
Pencipta. Kisah tentang Yesus pun ada dalam al Quran. Semua membuatnya
pikirannya tercerahkan dan hatinya tersentuh.
Keempat, semangat terus belajar Islam.
Sejak Islam menerangi hati dan pikiran
Yusuf, ia terus semangat belajar Islam. Cukup baiknya pertambahan ilmu Yusuf
salah satunya bisa dilihat dari akrabnya ia dengan istilah-istilah Islam.
Yusuf dengan mudah mengucapkan kalimah-kalimah
thayyibah seperti Masya Allah, Subhanallah, Astaghfirullah. Kata-kata itu
sering kali ia ulang-ulang di sela curhatannya dalam video youtube-nya tersebut.
Melihatnya, aku seperti melihat remaja aktivis Islam saja, yang kerap menghiasi
lisannya dengan dzikir pada Allah swt.
Untuk semakin melapangkan jalannya
belajar Islam, Yusuf berani memutuskan terbang ke Makassar, menemui seorang
guru yang disebut temannya cocok untuk tempatnya belajar.
Baca Juga: Venny, Remaja Hebat
Guru tersebut adalah pakar kristologi dan
pengasuh muallaf center dari Makassar, Ustadz Zulkifli M Abbas (ZUMA). Sekarang
sambil kuliah, Yusuf aktif berdakwah bersama Ustadz ZUMA. Mereka melayani
diskusi bersama non muslim.
Yusuf mengungkapkan kesedihannya pada
pemuka agama di tempat ibadanya dulu, yang terus menerus menjelek-jelekkan Islam
menggunakan isu-isu teroris yang disebar oleh media. Yusuf prihatin, karena dia
mengetahui sendiri bahwa tuduhan itu tidak benar.
Kelima, siap menanggung resiko hijrah.
Yusuf memang anak yang cerdas. Keputusan
yang ia pilih dipikirkan matang-matang. Termasuk resiko yang bakal dia hadapi. Dari
curhatannya, Yusuf tidak menceritakan secara detail respon keluarga terhadap
pilihannya itu. Tapi ucapannya menyiratkan kekecewaan yang dirasakan orangtua.
Ia pun tampak siap menanggung itu semua.
Dia juga siap jauh dari orang tua demi belajar Islam. Padahal sebelumnya dia tak
pernah jauh dari orangtua. Meski hatinya sedih dan rindu pada keluarga. Ia
sayang dengan keluarganya.
Baca Juga: Sosok Almarhum Ryan Thamrin
Namun pilihan hidupnya yang ia dapati
melalui proses berpikir panjang, tak lagi bisa ditawar-tawar. Ada satu pesan
yang menyiratkan keteguhan hati Yusuf untuk tetap menapaki jalan pilihannya
itu.
“Sesungguhnya ketika kita nanti
meninggalkan dunia yang fana ini, bukan keluarga, bukan harta, bukan jabatan,
bukan wanita atau siapapun itu kecuali amalmu. Amalmulah yang akan menemanimu
nanti”.
Masya allah, adinda Yusuf, semangatmu
menempuh jalan kebenaran inspiratif. Patut dicontoh oleh kalangan muda yang
lain. Masa muda adalah masa terbaik untuk berpikir serius tentang makna hidup
dan menemukan jalan hidup hakiki.
Semoga Yusuf istiqamah di jalan kebenaran. Semoga banyak bermunculan Yusuf-Yusuf berikutnya. Aamiin ya Allah.
Baca Juga: 7 Cara Aku Untuk Bahagia
0 Comments
Post a Comment