Thursday, July 05, 2018

Dua Nasihat Ustaz Hari Moekti



Ustaz Hari Moekti telah menghadap Rabbnya. Namun nasehat-nasehat darinya tetap berkesan di hati orang-orang yang mengenal dakwah beliau. Setidaknya dua diantara pesan beliau wara wiri di media sosial. Pertama; Dakwah itu menyampaikan apa yang harus mereka dengar. Bukan apa yang ingin mereka dengar.

Nasihat beliau menyiratkan keberanian dalam menyampaikan Islam. Rasulullah saw memang mencontohkan bahwa Islam harus disampaikan apa adanya. Meski barangkali ada hal-hal yang tidak ingin di dengar oleh seseorang. Sebagaimana orang-orang kafir quraish tidak suka mendengar berhala-berhala mereka disebut bukan Tuhan yang benar, tak patut di sembah. Namun Rasulullah saw senantiasa mendakwahkan semua ajaran Islam kepada siapa saja.

Yang lagi kasmaran bisa jadi tidak suka kalau kita sebut pacaran dilarang Allah swt. Yang sedang berbisnis dengan modal dari bank bisa tersinggung kalau kita bilang riba itu haram. Kalau kita katakan dihadapan rekan kerja bahwa suap menyuap ataupun korupsi sebagai hal buruk, bisa-bisa dia katakan kita sok suci atau munafik.

Termasuk sekarang ketika para pembenci Islam mencitranegatifkan ajaran Islam semisal poligami, jihad dan khilafah. Jika kepada orang yang termakan isu tersebut kita katakan mengenai ajaran Islam tersebut, dia mungkin akan marah. Tapi begitulah tabiat kebaikan. Dia pasti berbenturan dengan keburukan. Namun sebagaimana nasehat almarhum, untuk bisa menyadarkan saudara-saudara muslim yang kita sayangi, sampaikanlah apa yang memang harus mereka dengar. Untuk menyelamatkan saudara kita dari keburukan, sampaikanlah kebenaran meski pahit terasa.

Barangkali untuk meminimalisir penolakan, yang harus kita perbaiki adalah teknik penyampaian. Memperhatikan penyampaian dakwah dari segi bahasa ataupun memilih momen yang tetap. Sehingga, meski tak langsung diterima, diskusi masih bisa terus berjalan.

Kedua; Tersinggung oleh kebenaran adalah bagian dari hidayah. Pilih mana? Tersinggungnya Abu Jahal yang kemudian menolak. Atau tersinggungnya Umar, yang kemudian menerima.

Nasihat almarhum yang kedua ini berkaitan dengan yang pertama. Ketika dakwah kita menyebabkan ketersinggungan, sebenarnya hal itu baik. Tersinggung adalah awal dari datangnya hidayah. Sebagaimana Abu Jahal dan Umar bin Khattab yang tersinggung ketika mendengar ajaran Islam disampaikan pada mereka. Ketersinggungan keduanya terjadi karena Islam dianggap menyalahi dan merendahkan agama nenek moyang mereka.

Marah itu menggerakkan. Bisa kepada hal positif bisa juga negatif. Sehabis menampar adik kandungnya yang membanggakan Islam dihadapannya, Umar memilih untuk mendengar lantunan al Qur’an lebih banyak lagi. Sampai akhirnya Umar merasakan indahnya isi al Qur’an, hingga kemudian mengimani Allah swt.

Sebaliknya, Abu Jahal yang sempat terkagum-kagum dengan keagungan kandungan al Qur’an, menepis hidayah yang datang. Kesombongannya lebih besar dari panggilan keimanan. Kekhawatirannya akan kehilangan dunia akhirnya menjauhkan dirinya dari hidayah.

Jadi nasihat almarhum Ustaz Hari Moekti berarti mengajak kita untuk tegas dalam menyampaikan Islam. Jangan takut dengan ketersinggungan. Karena ketersinggungan pertanda penyampaian kita berhasil menyentuh hatinya. Hanya perlu didampingi dengan doa dan istiqamah terus menyampaikan Islam. Insya allah dakwah kita diterima.

Islam itu indah. Semoga almarhum Ustaz Hari Moekti mendapat surga atas segala amal salihnya ketika di dunia. Amin

0 Comments

Post a Comment