![]() |
http://mewarnai.us/309014-gambar-kucing-kucing-lucu-kucing-persia-kucing-anggoraanak-kucing |
Sebenarnya aku tak begitu suka
dengan kucing. Tapi kucing yang ada di rumahku baik. Dia menjaga rumahku dari
tikus-tikus nakal. Dia sangat gesit. Penciumannya tajam. Tikus yang coba iseng
menginjakkan kaki di rumahku, tak berkutik disambar si kucing. Haap, secepat
kilat kucing itu menangkap, lalu menikmati si tikus lezat tanpa sisa.
“Terima kasih ya kucing. Kau memang baik. Karenamu rumahku terjaga”.
Aku belum menamai kucing di rumahku. Ya karena itu, aku kurang suka padanya. Tapi, bukan pula aku membencinya. Hanya tak suka bermain dengannya. Ini masalah trauma masa lalu. Saat dulu aku pernah dicakar kucing yang sedang ku ajak bermain.
“Terima kasih ya kucing. Kau memang baik. Karenamu rumahku terjaga”.
Aku belum menamai kucing di rumahku. Ya karena itu, aku kurang suka padanya. Tapi, bukan pula aku membencinya. Hanya tak suka bermain dengannya. Ini masalah trauma masa lalu. Saat dulu aku pernah dicakar kucing yang sedang ku ajak bermain.
Meski enggan menyentuh atau
bermain-main dengannya, aku senang mengamati pola tingkah kucing itu. Dia
kucing betina yang lucu. Bagi sesamanya dia pasti cantik. Buktinya ada dua
kucing jantan yang sering mendekatinya. Yang satu kucing berbulu belang hitam
putih bertubuh agak kurus.
Yang satunya lagi berwarna abu-abu bertubuh gemuk. Si jantan belang bertubuh kurus terlihat lebih sering bersama si kucing betina ketimbang yang satunya. Saat si jantan yang satunya melihat mereka berduaan, dia mengerang tanda marah. Sesaat kemudian kedua jantan itu berkejar-kejaran.
Lalu mereka saling serang, memperebutkan si betina. Di lain hari, si kucing betina terlihat berganti pasangan. Dia enjoy bersama si jantan bertubuh gemuk. Tak berapa lama kemudian datang si jantang belang. Kejadian yang pernah terjadi berulang. Mereka berkejar-kejaran, lalu saling serang memperebutkan si betina.
Yang satunya lagi berwarna abu-abu bertubuh gemuk. Si jantan belang bertubuh kurus terlihat lebih sering bersama si kucing betina ketimbang yang satunya. Saat si jantan yang satunya melihat mereka berduaan, dia mengerang tanda marah. Sesaat kemudian kedua jantan itu berkejar-kejaran.
Lalu mereka saling serang, memperebutkan si betina. Di lain hari, si kucing betina terlihat berganti pasangan. Dia enjoy bersama si jantan bertubuh gemuk. Tak berapa lama kemudian datang si jantang belang. Kejadian yang pernah terjadi berulang. Mereka berkejar-kejaran, lalu saling serang memperebutkan si betina.
Aku suka mengatakan, saat si
kucing betina sedang bersama si jantan belang, mereka pacaran. Habis hubungan
mereka memang mirip dengan orang yang sedang pacaran. Mereka tak butuh ikatan
pernikahan untuk bisa dekat.
Saat saling suka, mereka dekat dan bermesraan. Saat si betina berganti pasangan, aku sebut dia sedang selingkuh. Habis, tak perlu menikah apalagi berpoligami, dia mudah saja dekat dengan jantan lainnya. Mirip kan dengan prilaku manusia. Sebenarnya, kucing yang mirip manusia atau manusia yang mirip kucing ya?
Saat saling suka, mereka dekat dan bermesraan. Saat si betina berganti pasangan, aku sebut dia sedang selingkuh. Habis, tak perlu menikah apalagi berpoligami, dia mudah saja dekat dengan jantan lainnya. Mirip kan dengan prilaku manusia. Sebenarnya, kucing yang mirip manusia atau manusia yang mirip kucing ya?
Belajar dari mengamati kucing
yang baik itu, aku jadi prihatin kepada sesamaku. Allah Swt begitu baik. Allah
Swt Sang Pencipta telah telah menganugerahi akal kepada manusia. Dengan akal
itu derajat manusia dilebihkan atas makhluk Allah lainnya.
Jika akal digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, lalu menggunakannya untuk mengatur kehidupan, saat itulah mereka menjadi mulia. Saat mereka memenuhi naluri menyukai lawan jenis dengan aturan kehidupan dari Allah Swt, saat itulah ia pantas menduduki derajat lebih tinggi dari hewan dan makhluk Allah yang lainnya.
Kalau kucing berhubungan dengan lawan jenisnya tanpa aturan, itukan wajar. Dia tidak punya akal. Namun sebaliknya, jika manusia yang berbuat demikian, namanya apa? Mari belajar dari hewan di sekitar kita. Tak selayaknya aktivitas kehidupan kita sebagai manusia sama seperti mereka. “Terima kasih kucingku yang baik, atas pelajarannya.”
Jika akal digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, lalu menggunakannya untuk mengatur kehidupan, saat itulah mereka menjadi mulia. Saat mereka memenuhi naluri menyukai lawan jenis dengan aturan kehidupan dari Allah Swt, saat itulah ia pantas menduduki derajat lebih tinggi dari hewan dan makhluk Allah yang lainnya.
Kalau kucing berhubungan dengan lawan jenisnya tanpa aturan, itukan wajar. Dia tidak punya akal. Namun sebaliknya, jika manusia yang berbuat demikian, namanya apa? Mari belajar dari hewan di sekitar kita. Tak selayaknya aktivitas kehidupan kita sebagai manusia sama seperti mereka. “Terima kasih kucingku yang baik, atas pelajarannya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar