Monday, December 20, 2021

Catatan Atas Dialog Isu Perempuan Oleh Najwa Sihab Dan Kawan-Kawan (Bag-1)

 


Bicara isu perempuan dari sudut pandang lelaki, memang menarik untuk disimak. Pada satu kesempatan, ini yang dilakukan oleh Najwa Sihab bersama teman-temannya dari berbagai bidang profesi.

Bersama Nadiem Makarim dari kementrian pendidikan, Tompi yang seorang dokter sekaligus musisi, Reza Rahadian yang seorang aktor dan Arie Kriting sebagai komedian.

Dialog mereka dikemas santai, membahas topik “Susahnya Jadi Perempuan”. Sudah bisa ditebak sih gambaran tentang topik ini. Mengingat permasalahan perempuan terus ada dan sebagian pihak mengaitkannya dengan kesetaraan gender.

Artinya, permasalahan perempuan seperti pelecehan dan kekerasan yang kerap terjadi, dianggap karena cara pandang patriarki pada para lelaki yang masih kuat membudaya di masyarakat kita.

Makanya para lelaki diajak ngomongin hal ini. Agar pikiran mereka mau berubah, tak lagi menilai perempuan dari sudut pandang patriarki. Diharapkan kesetaraan gender tercipta sehingga para perempuan merdeka dari masalah.

***

Tebakanku nggak meleset. Najwa menyebut, susahnya jadi perempuan dimulai dari susahnya membicarakan tentang isu perempuan. Terutama dikalangan laki-laki.

Jadi menurutnya obrolan tentang perempuan dari berbagai sudut pandang harus terus digalakkan. Agar pakem-pakem yang dinilai sudah usang, bisa disepakati bersama untuk dibuang.

Agar para lelaki lebih berempati pada perempuan. Dalam arti, menempatkan kedudukan perempuan setara dengan lelaki. Dengan begini diyakini posisi perempuan tak susah lagi.

Dari mengikuti dialog berdurasi satu jam oleh Najwa Sihab dan teman-temannya ini, aku memiliki sejumlah catatan. Pertama, menjadi ibu adalah karir terbaik bagi perempuan.

Sub topik pertama yang dibahas, tentang pengaruh perempuan dalam keluarga para nara sumber. Rata-rata menjawab kalau mereka memiliki ibu yang hebat, kuat dan berwibawa.

Arie Kriting mendapatkan ajaran dari keluarganya. Laki-laki adalah nakhoda. Tapi yang menyuruh belok kanan dan belok kiri adalah perempuan. Artinya, meski lelaki adalah pemimpin, namun pendapat ibu didengar oleh ayah.

Aku jadi teringat dengan peristiwa di masa Rasulullah saw. Saat Rasulullah saw dan isterinya Ummu Salamah pergi berhaji bersama rombongan dari Madinah, terjadi masalah dengan orang Quraisy Mekkah.

Terhadap  masalah itu Rasulullah saw mengambil satu keputusan yang tak populer di kalangan sahabat. Para sahabatnya merajuk kecuali Abu Bakar. Sahabatnya tak mau mendengar perintahnya untuk mencukur rambut sebagai penutup umrah.

Rasulullah sempat resah dan meminta pendapat isterinya. Lalu Ummu Salamah dengan tenang bilang ke Rasulullah untuk bercukur, dia yakin para sahabat Rasul itu akan mengikuti prilaku Rasul. Nabi saw menuruti isterinya, ternyata isterinya benar.

Arti ibu bagi para nara sumber juga sangat besar. Mereka bisa sukses seperti saat ini tak lain berkat didikan ibu. Ajaran ibu masih melekat hingga mereka dewasa.

Seperti Reza Rahadian, ingat diajarkan oleh ibunya sejak kecil untuk melindungi dan menghormati perempuan. Melindungi perempuan bukan berarti memandang perempuan itu lemah, namun sebagai bentuk penghormatan.

Dari penuturan mereka aku makin mengagumi ajaran Islam yang menempatkan peran utama perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.

Perempuan terasa berharga dan terhormat dihadapan keluarga dan publik karena pengaruh positifnya. Ketika mereka maksimal dengan perannya, maka bahtera rumah tangga bisa kuat mengarungi kehidupan.

Tak salah Islam memerintahkan manusia untuk menghormati ibu tiga kali lebih besar dari ayahnya. Sebab sosok ibu memang luar biasa, dia punya pengaruh paling penting bagi kesuksesan semua manusia.

Jadi tidak ada masalah sebenarnya dengan sturuktur rumah tangga, dengan ayah sebagai pemimpin, ibu manajer dan anak-anak anggotanya. Ayah dan ibu bisa menjadi hebat dengan perannya masing-masing tanpa harus setara. Mereka bisa bekerjasama dan kompak meciptakan keluarga yang harmonis dan bahagia.

to be continued...

Baca Juga: 

Catatan Atas Dialog Isu Perempuan Oleh Najwa Sihab Dan Kawan-Kawan (Bag-2)

Catatan Atas Dialog Isu Perempuan Oleh Najwa Sihab Dan Kawan-Kawan (Bag-3)

Catatan Atas Dialog Isu Perempuan Oleh Najwa Sihab Dan Kawan-Kawan (Bag-4)

1 Comments:

  1. Perempuan selalu berada pada posisi yang lemah, susah untuk melapor..ini itu.
    nasjwa sihab..selalu mengangkat masalah2 yang kritis dalam perbincangannya..

    ReplyDelete