Monday, December 20, 2021

Catatan Atas Dialog Isu Perempuan Oleh Najwa Sihab Dan Kawan-Kawan (Bag-3)



Dari mengikuti dialog berdurasi satu jam oleh Najwa Sihab dan teman-temannya ini, aku memiliki sejumlah catatan.

Keempat, keperawanan tanda kesucian.

Dalam memandang masalah keperawanan, para nara sumber mengembalikannya pada cara pandang liberal yang individualistik. Menurut mereka tak layak keperawanan dipersoalkan dalam urusan kerja. Sementara dalam sebuah hubungan pribadi, menjadi hak masing-masing orang seperti apa memandang keperawanan.

Dalam Islam, keperawanan sama dengan kesucian. Kesucian itu hanya boleh diserahkan pada suami. Namun akan jadi persoalan, kalau keperawanan hilang oleh prilaku perzinahan.

Sebenarnya keperawanan tak hanya bisa hilang dengan hubungan seksual. Keperawanan atau selaput darah yang tipis dibagian miss v perempuan bisa koyak karena aktivitas fisik seperti bersepeda, latihan peregangan yang berat atau kecelakaan.

Jadi perawan tidak perawan bukan inti masalah. Namun jelas dalam Islam, kesucian perempuan menjadi tolak ukur akhlaknya. Ini lain soal kalau hilangnya kesucian karena perkosaan ya. Tentu dalam hal itu Islam tak menyalahkan perempuan. Bahkan akan menghukum berat pelakunya.

Islam menempatkan laki-laki dan perempuan sama dimata hukum Islam. Laki-laki dan perempuan yang berzina, sama-sama mendapat hukuman dan sama-sama tercela dihadapan Allah swt.

Kelima, kekerasan seksual terjadi karena kurangnya pemahaman agama.

Kekerasan dan pelecehan seksual barangkali menjadi masalah utama bagi perempuan. Hal ini paling membuat perempuan tak nyaman. Di dunia kerja dan pendidikan jadi tempat paling beresiko bagi perempuan mendapat pelecehan.

Kalau Nadiem bilang, sekitar 40 persen tindak pelecehan seksual adanya di kampus. Hal ini menyadarkanku, kalau hubungan antara pendidikan sekuler saat ini dengan moral yang baik itu tipis.

Hal yang masih menjadi perdebatan berbagai pihak dalam masalah ini adalah tentang siapa yang patut disalahkan. Korban pelecehan sepakat seratus persen, kalau pelakulah yang seratus persen salah.

Sementara yang sering terjadi, justru perempuan yang jadi korban pelecehan disalahkan. Disalahkan pakaiannya, atau prilakunya yang dituduh menggoda lelaki.

Biasanya yang menuduh ini adalah pihak-pihak yang bisa dirugikan dari kasus pelecehan ini. Semisal pihak kampus yang takut nama kampus tercemar karena kasus amoral itu.

Ini yang juga jadi bahan obrolan Najwa dan kawan-kawan. Mereka semua sepakat jika pelaku pelecehan itu salah apapun ceritanya. Namun tanpa bermaksud menyalahkan korban, Tompi mengakui kalau secara biologis, perempuan yang berpakaian seksi itu menggoda.

Namun seharusnya lelaki bermoral mampu mengendalikan dirinya jika tergoda. Lain cerita jika seseorang itu seorang predator seks, mau perempuan itu berpakaian terbuka atau tertutup, tetap saja pelecehan dilakukannya.

Nadiem berusaha mengarahkan diskusi pada soal consent (persetujuan). Baginya yang paling penting adalah consent. Jika mau berbuat sesuatu pada perempuan, baik memuji, merayu atau berbuat hal tertentu pada perempuan, harus dengan persetujuan perempuan.

Makanya Kemendikbud akhirnya menelurkan permendikbud nomor 31 tahun 2021 yang mengatur soal consent di ranah kampus. Optimisme Nadiem bahwa permen ini bisa menekan tindak pelecehan seksual di kampus tampaknya masih angan-angan.

Tak lama permen kontroversial itu diluncurkan, kasus serupa masih bermunculan. Aku pun berpikir, ketika ada mahasiswi yang setuju memiliki hubungan intim dengan dosennya, apakah lantas hal itu bukan persoalan? Berpikir liberal itu ngeri ya.

***

Obrolan soal pelecehan masuk ke ranah pernikahan. Najwa minta pendapat nara sumber tentang hilangnya consent dalam pernikahan. Dianggap setelah menikah, suami berhak minta jatah pada isterinya kapan pun ia mau.

Hal ini dibantah oleh Tompi. Menurutnya itu fakta sosial. Ajaran agamanya tidak begitu. Pelakunya itu kurang agama. Agama tidak mengajarkan kekerasan. Aku setuju dengan Tompi, masalah sebenarnya adalah kurangnya pemahaman agama.

Baca Juga: 

Catatan Atas Dialog Isu Perempuan Oleh Najwa Sihab Dan Kawan-Kawan (Bag-1)

Catatan Atas Dialog Isu Perempuan Oleh Najwa Sihab Dan Kawan-Kawan (Bag-2)

Catatan Atas Dialog Isu Perempuan Oleh Najwa Sihab Dan Kawan-Kawan (Bag-4)

0 Comments

Post a Comment