Kisah Nenek Trimah lagi viral. Ia
dititipkan tiga anak kandungnya di panti jompo. Surat pernyataan anak-anak
lelaki Nek Trimah pada panti jompo inilah yang tersebar ke publik via medsos.
Pihak Yayasan Griya Lansia tempat Nek Trimah dititipkan memang sengaja
mempublish surat pernyataan itu.
Saat wawancara dengan Metro TV, pihak
panti menyatakan bahwa sebenarnya panti itu diperuntukkan bagi lansia yang telantar
tanpa diketahui siapa keluarganya.
Jadi seharusnya Nenek Trimah tidak bisa diterima di panti. Hanya saja keputusan anak-anak Nek Trimah yang menyerahkan pengurusan ibu mereka ke panti, hingga andai ibunya wafat nanti pun minta panti yang urus, akhirnya dianggap bahwa Nek Trimah sama saja dengan telantar.
Selain itu pihak panti mengaku kasus Nek Trimah
adalah kasus ketiga. Sebelumnya sudah ada dua keluarga yang masing-masing
menitipkan ibunya di panti itu.
Pihak panti merasa prihatin dengan
keputusan anak yang enggan merawat ibunya karena alasan sibuk. Pihak panti
berharap dengan tersebarnya kabar penelantaran orangtua oleh anaknya ini, tak
ada lagi anak yang berbuat hal sama.
***
Kasus ini mengingatkan kita, kalau tujuan
memiliki anak agar kelak di masa tua ada yang merawat tidak tepat ya. Terbukti,
banyak orang yang memiliki anak tapi tak menjamin dirinya dirawat dengan baik
oleh anaknya di masa tua.
Pandanglah anak sebagai amanah dari Allah
swt. Tugas orang tua mengenalkan anak pada Allah swt dan menjadikan Rasulullah
saw sebagai idola bagi anak.
Orang tua harus bekerja keras membentuk
anak-anaknya menguasai ilmu dunia dan akhirat. Semua itu dilakukan dengan
berharap pahala dari Allah swt. Kalau akhirnya anak benar-benar jadi solih
soliha lalu berbakti pada orang tua, ya alhamdulillah.
Jika ternyata anak melupakan jasa
orangtua, anggaplah itu sebagai ujian dari Allah swt. Hal yang paling penting,
orangtua sudah menjalankan tugas dengan baik. Karena bila berharap pada
manusia, bisa kecewa. Sebaliknya, Allah swt takkan pernah mengecewakan
hambaNya.
***
Di sisi lain, ketika kecaman bertubi-tubi
diberikan banyak netizen pada anak yang menelantarkan ibunya itu, ada juga yang
membela si anak loh. Pro kontra memang selalu ada ya.
Katanya, seharusnya tak boleh langsung
menjudge si anak yang tak mau merawat ibunya. Bisa jadi si anak bekerja menjadi
asisten rumah tangga, tinggal di rumah majikan yang memang tidak mengizinkan
membawa orangtua.
Anak ke 2 Nek Trimah diwawancara oleh TV
One. Dia bilang terpaksa melakukan hal itu karena kondisi ekonominya tak
memungkinkan untuk merawat sang ibu yang lumpuh. Ketiga anak Nek Trimah bekerja
sebagai tukang ojek online.
Hemm, apakah alasan mereka bisa diterima?
Aku jadi teringat dengan teman di
lingkunganku. Dia memiliki ibu yang lumpuh. Suaminya bekerja sebagai tukang
bersih-bersih di pasar. Dia sendiri membantu suaminya nambah uang belanja
dengan cara dagang kecil-kecilan.
Di rumah mereka, tinggal temanku itu,
suaminya, ibunya dan bapaknya. Sehari-hari bapak yang masih sehat bersama
temanku ini bergantian merawat ibu. Memandikan, menyuapi makan, menyisirkan
rambut, menemani ngobrol dan lain-lain. Aku menyaksikan sendiri tulusnya si
bapak dan teman ku ini merawat si ibuk.
Jadi, sebenarnya kalau memang mau, meski
ekonomi terbatas, tetap bisa kok merawat orangtua yang sudah tak bisa apa-apa
lagi. Artinya, alasan ketiga anak Nek Trimah yang melepaskan tanggungjawab
mereka merawat Nek Trimah karena alasan ekonomi, tak dapat diterima ya.
Dalam pandangan Islam, lelaki adalah
pencari nafkah. Lelaki wajib menafkahi serta mengurus sesiapa yang berada dalam
tanggungjawabnya. Suami wajib menafkahi isteri dan anaknya. Jika lelaki itu
seorang anak dari orang tua yang sudah lemah, maka ia pun berkewajiban
menafkahi serta merawat orang tua.
Bakti anak amat sangat dibutuhkan saat
orangtua sudah tak berdaya sebagaimana si anak dulu kecil. Anak harus berbakti
pada orang tua, bukan sekedar untuk membalas jasa orang tua yang telah
membesarkan mereka. Lebih dari itu, berbakti pada orangtua adalah kewajiban
dari Allah swt.
“Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah
payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)”. (QS. Al Ahqaf: 15)
Maka berdosa bagi anak yang menelantarkan
ibu bapaknya dimasa tua, saat orangtuanya itu tak mampu menghidupi serta
merawat diri mereka. Sang anak telah kehilangan pintu surganya.
***
Cinta
dan kasih sayang merupakan rasa yang kemunculannya berasal dari rangsangan
luar. Seseorang yang diperlakukan dengan baik orang lain, hatinya lama-lama akan
terikat dengan orang baik itu. Ada rasa ingin membalas kebaikan yang sama
baginya. Itulah cinta. Itulah kasih sayang.
Jadi sebenarnya merasakan cinta pada
orang tua itu mudah. Bisa terjadi secara alamiah seiring kebersamaan anak
dengan orangtua. Hanya saja kita akui memang, masalah ekonomi dan kurangnya
ilmu parenting pada orang tua, bisa memisahkan hati anak dan orangtua.
Maksud orangtua, ingin berjuang memenuhi
kebutuhan anak dengan bekerja keras. Sehinga ayah dan ibu sibuk bekerja. Tapi
anak justru menangkapnya sebagai pengabaian. Mungkin perlakuan orangtua kasar
pada anak, dengan maksud mendidik misalnya. Tapi anak menangkapnya sebagai
kebencian.
Ditambah lagi jika anak pun tumbuh tanpa
mendapatkan ilmu yang cukup. Baik ilmu agama maupun keterampilan yang
dibutuhkan untuk bertahan hidup. Alhasil, terjadilah seperti kasus Nek Trimah.
***
Sebagai
bagian dari masyarakat, pihak Yayasan Griya Lansia merasa punya peran membantu
sesama. Mereka mengumpulkan donasi dari para donatur untuk menampung serta
merawat lansia yang terlantar.
Para netizen yang geram hingga mengkritik
perbuatan anak-anak Nek Trimah pun sebenarnya sedang menunjukkan kepedulian.
Hati siapa yang tak tersenyuh menyaksikan kejadian seperti yang dialami Nek
Trimah.
Sampai-sampai ada Crazy Rich asal Malang
yang terpanggil hatinya membantu Nek Trimah. Ia menyenangkan hati Nek Trimah
dengan menjengung dan mengajak Nek Trimah jalan-jalan.
***
Bagaimana dengan pemerintah?
Ingat pemerintah, ingat kemiskinan masal.
Ingat pula kapitalisme, sistem ekonomi saat ini yang menyebabkan kemiskinan
massal. Orang tua telantar di sekitar kita pun banyak. Di jalanan mereka
mengemis, mengais sampah dan tidur di jalanan. Kita yang melihat pun hanya bisa
membantu seadanya.
Seharusnya negara pun mengambil perannya.
Negara harus menghentikan kasus seperti yang dialami Nek Trimah. Secara
perdata, termuat aturan tentang hal ini. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata pasal 321 dikatakan, “Setiap anak wajib memberi nafkah orang tua dan
keluarga sedarahnya dalam garis ke atas, bila mereka ini dalam keadaan miskin.
Tapi peraturan tersebut tak bergigi ya.
Tak mengikat. Karena bersifat perdata. Tak ada sanksi yang dijelaskan jika
terjadi pelanggaran. Kalau pada kasus Nek Trimah, anak yang menelantarkan pun
dalam keadaan miskin. Gimana coba?
Sementara negara kita sendiri banyak
utang dan sedang gelagapan mengatasi dampak pandemi. Uang negara sedikit, di
tengah kekayaan alamnya yang dikelola dan dinikmati asing. Gimana negara mau
maksimal mengurus rakyat, ‘dirinya sendiri’ saja dalam keadaan sekarat, akibat
mencontoh tata kelola negara dari barat.
***
Amanah sebagai penguasa memang berat. Ia
bertanggungjawab menjamin kesejahteraan rakyatnya. Ia wajib menjamin seluruh
rakyatnya bisa makan, punya pakaian dan ada tempat tinggal.
Penguasa pun wajib memastikan seluruh
rakyatnya bisa sekolah sejak dasar hingga perguruan tinggi, mudah mengakses
pelayanan kesehatan gratis dan berkualitas serta aman dari segala gangguan
kriminalitas.
Hal ini yang dijelaskan dalam Kitab
Ajhizatul Ad Daulah karya Syekh Taqiyuddin an Nabhani.
Rasulullah saw bersabda: “Imam
(Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas
pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)
Ketika negara sudah menjalankan kewajibannya
secara maksimal, memberi sanksi bagi anak durhaka yang abai merawat orang tua
pun menjadi wajar. Terlebih sanksi Islam yang tegas bisa menimbulkan efek jera.
Kalau begitu, akhirnya anak dan orang tua kan sama – sama enak hidupnya.
***
Yaah, berhubung kapitalis sekuler masih berjaya,
saat ini kita hanya bisa berharap kesadaran pribadi bagi tiap orang untuk
berbuat baik pada ayah ibunya, sesulit apapun hidup mereka. Kalau bisa, tak ada
lagi kasus yang dialami Nenek Trimah.
Sesama kita hanya bisa saling menasihati dan tolong menolong semampunya. Sambil mengupayakan terwujudnya kebangkitan Islam.
Baca Juga: Badki, Perempuan Yang Terpaksa Jatuh Ke Lembah Prostitusi
Peran Ibu Mengakhiri Penjajahan (Resensi Buku)
5 Rubrik Favorit DI Channel Youtube MMC
Kasus Asusila Artis, Picu Bahasan Open Marriage
Kala Perempuan Cerdas Dan Ambisius Bercita - Cita
Info Menarik: Raja Baclink Tawarkan Backlink Berkualitas, Agar Website Jadi Teratas
0 Comments
Post a Comment