Thursday, November 04, 2021

Malang Nasib Nek Trimah, Lumpuh Dan Ditelantarkan Anak

Kisah Nenek Trimah lagi viral. Ia dititipkan tiga anak kandungnya di panti jompo. Surat pernyataan anak-anak lelaki Nek Trimah pada panti jompo inilah yang tersebar ke publik via medsos. Pihak Yayasan Griya Lansia tempat Nek Trimah dititipkan memang sengaja mempublish surat pernyataan itu.

Saat wawancara dengan Metro TV, pihak panti menyatakan bahwa sebenarnya panti itu diperuntukkan bagi lansia yang telantar tanpa diketahui siapa keluarganya.

Jadi seharusnya Nenek Trimah tidak bisa diterima di panti. Hanya saja keputusan anak-anak Nek Trimah yang menyerahkan pengurusan ibu mereka ke panti, hingga andai ibunya wafat nanti pun minta panti yang urus, akhirnya dianggap bahwa Nek Trimah sama saja dengan telantar.

Selain itu pihak panti mengaku kasus Nek Trimah adalah kasus ketiga. Sebelumnya sudah ada dua keluarga yang masing-masing menitipkan ibunya di panti itu.

Pihak panti merasa prihatin dengan keputusan anak yang enggan merawat ibunya karena alasan sibuk. Pihak panti berharap dengan tersebarnya kabar penelantaran orangtua oleh anaknya ini, tak ada lagi anak yang berbuat hal sama.

***

Kasus ini mengingatkan kita, kalau tujuan memiliki anak agar kelak di masa tua ada yang merawat tidak tepat ya. Terbukti, banyak orang yang memiliki anak tapi tak menjamin dirinya dirawat dengan baik oleh anaknya di masa tua.

Pandanglah anak sebagai amanah dari Allah swt. Tugas orang tua mengenalkan anak pada Allah swt dan menjadikan Rasulullah saw sebagai idola bagi anak.

Orang tua harus bekerja keras membentuk anak-anaknya menguasai ilmu dunia dan akhirat. Semua itu dilakukan dengan berharap pahala dari Allah swt. Kalau akhirnya anak benar-benar jadi solih soliha lalu berbakti pada orang tua, ya alhamdulillah.

Jika ternyata anak melupakan jasa orangtua, anggaplah itu sebagai ujian dari Allah swt. Hal yang paling penting, orangtua sudah menjalankan tugas dengan baik. Karena bila berharap pada manusia, bisa kecewa. Sebaliknya, Allah swt takkan pernah mengecewakan hambaNya.

***

Di sisi lain, ketika kecaman bertubi-tubi diberikan banyak netizen pada anak yang menelantarkan ibunya itu, ada juga yang membela si anak loh. Pro kontra memang selalu ada ya.

Katanya, seharusnya tak boleh langsung menjudge si anak yang tak mau merawat ibunya. Bisa jadi si anak bekerja menjadi asisten rumah tangga, tinggal di rumah majikan yang memang tidak mengizinkan membawa orangtua.

Anak ke 2 Nek Trimah diwawancara oleh TV One. Dia bilang terpaksa melakukan hal itu karena kondisi ekonominya tak memungkinkan untuk merawat sang ibu yang lumpuh. Ketiga anak Nek Trimah bekerja sebagai tukang ojek online.

Hemm, apakah alasan mereka bisa diterima?

Aku jadi teringat dengan teman di lingkunganku. Dia memiliki ibu yang lumpuh. Suaminya bekerja sebagai tukang bersih-bersih di pasar. Dia sendiri membantu suaminya nambah uang belanja dengan cara dagang kecil-kecilan.

Di rumah mereka, tinggal temanku itu, suaminya, ibunya dan bapaknya. Sehari-hari bapak yang masih sehat bersama temanku ini bergantian merawat ibu. Memandikan, menyuapi makan, menyisirkan rambut, menemani ngobrol dan lain-lain. Aku menyaksikan sendiri tulusnya si bapak dan teman ku ini merawat si ibuk.

Jadi, sebenarnya kalau memang mau, meski ekonomi terbatas, tetap bisa kok merawat orangtua yang sudah tak bisa apa-apa lagi. Artinya, alasan ketiga anak Nek Trimah yang melepaskan tanggungjawab mereka merawat Nek Trimah karena alasan ekonomi, tak dapat diterima ya.

Dalam pandangan Islam, lelaki adalah pencari nafkah. Lelaki wajib menafkahi serta mengurus sesiapa yang berada dalam tanggungjawabnya. Suami wajib menafkahi isteri dan anaknya. Jika lelaki itu seorang anak dari orang tua yang sudah lemah, maka ia pun berkewajiban menafkahi serta merawat orang tua.

Bakti anak amat sangat dibutuhkan saat orangtua sudah tak berdaya sebagaimana si anak dulu kecil. Anak harus berbakti pada orang tua, bukan sekedar untuk membalas jasa orang tua yang telah membesarkan mereka. Lebih dari itu, berbakti pada orangtua adalah kewajiban dari Allah swt.

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)”. (QS. Al Ahqaf: 15)

Maka berdosa bagi anak yang menelantarkan ibu bapaknya dimasa tua, saat orangtuanya itu tak mampu menghidupi serta merawat diri mereka. Sang anak telah kehilangan pintu surganya.

***

            Cinta dan kasih sayang merupakan rasa yang kemunculannya berasal dari rangsangan luar. Seseorang yang diperlakukan dengan baik orang lain, hatinya lama-lama akan terikat dengan orang baik itu. Ada rasa ingin membalas kebaikan yang sama baginya. Itulah cinta. Itulah kasih sayang.

Jadi sebenarnya merasakan cinta pada orang tua itu mudah. Bisa terjadi secara alamiah seiring kebersamaan anak dengan orangtua. Hanya saja kita akui memang, masalah ekonomi dan kurangnya ilmu parenting pada orang tua, bisa memisahkan hati anak dan orangtua.

Maksud orangtua, ingin berjuang memenuhi kebutuhan anak dengan bekerja keras. Sehinga ayah dan ibu sibuk bekerja. Tapi anak justru menangkapnya sebagai pengabaian. Mungkin perlakuan orangtua kasar pada anak, dengan maksud mendidik misalnya. Tapi anak menangkapnya sebagai kebencian.

Ditambah lagi jika anak pun tumbuh tanpa mendapatkan ilmu yang cukup. Baik ilmu agama maupun keterampilan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Alhasil, terjadilah seperti kasus Nek Trimah.

***

            Sebagai bagian dari masyarakat, pihak Yayasan Griya Lansia merasa punya peran membantu sesama. Mereka mengumpulkan donasi dari para donatur untuk menampung serta merawat lansia yang terlantar.

Para netizen yang geram hingga mengkritik perbuatan anak-anak Nek Trimah pun sebenarnya sedang menunjukkan kepedulian. Hati siapa yang tak tersenyuh menyaksikan kejadian seperti yang dialami Nek Trimah.

Sampai-sampai ada Crazy Rich asal Malang yang terpanggil hatinya membantu Nek Trimah. Ia menyenangkan hati Nek Trimah dengan menjengung dan mengajak Nek Trimah jalan-jalan.

***

Bagaimana dengan pemerintah?

Ingat pemerintah, ingat kemiskinan masal. Ingat pula kapitalisme, sistem ekonomi saat ini yang menyebabkan kemiskinan massal. Orang tua telantar di sekitar kita pun banyak. Di jalanan mereka mengemis, mengais sampah dan tidur di jalanan. Kita yang melihat pun hanya bisa membantu seadanya.

Seharusnya negara pun mengambil perannya. Negara harus menghentikan kasus seperti yang dialami Nek Trimah. Secara perdata, termuat aturan tentang hal ini. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 321 dikatakan, “Setiap anak wajib memberi nafkah orang tua dan keluarga sedarahnya dalam garis ke atas, bila mereka ini dalam keadaan miskin.

Tapi peraturan tersebut tak bergigi ya. Tak mengikat. Karena bersifat perdata. Tak ada sanksi yang dijelaskan jika terjadi pelanggaran. Kalau pada kasus Nek Trimah, anak yang menelantarkan pun dalam keadaan miskin. Gimana coba?

Sementara negara kita sendiri banyak utang dan sedang gelagapan mengatasi dampak pandemi. Uang negara sedikit, di tengah kekayaan alamnya yang dikelola dan dinikmati asing. Gimana negara mau maksimal mengurus rakyat, ‘dirinya sendiri’ saja dalam keadaan sekarat, akibat mencontoh tata kelola negara dari barat.

***

Amanah sebagai penguasa memang berat. Ia bertanggungjawab menjamin kesejahteraan rakyatnya. Ia wajib menjamin seluruh rakyatnya bisa makan, punya pakaian dan ada tempat tinggal.

Penguasa pun wajib memastikan seluruh rakyatnya bisa sekolah sejak dasar hingga perguruan tinggi, mudah mengakses pelayanan kesehatan gratis dan berkualitas serta aman dari segala gangguan kriminalitas.

Hal ini yang dijelaskan dalam Kitab Ajhizatul Ad Daulah karya Syekh Taqiyuddin an Nabhani.

Rasulullah saw bersabda: “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)

Ketika negara sudah menjalankan kewajibannya secara maksimal, memberi sanksi bagi anak durhaka yang abai merawat orang tua pun menjadi wajar. Terlebih sanksi Islam yang tegas bisa menimbulkan efek jera. Kalau begitu, akhirnya anak dan orang tua kan sama – sama enak hidupnya.

***

Yaah, berhubung kapitalis sekuler masih berjaya, saat ini kita hanya bisa berharap kesadaran pribadi bagi tiap orang untuk berbuat baik pada ayah ibunya, sesulit apapun hidup mereka. Kalau bisa, tak ada lagi kasus yang dialami Nenek Trimah.

Sesama kita hanya bisa saling menasihati dan tolong menolong semampunya. Sambil mengupayakan terwujudnya kebangkitan Islam.

Baca Juga: Badki, Perempuan Yang Terpaksa Jatuh Ke Lembah Prostitusi 

                    Peran Ibu Mengakhiri Penjajahan (Resensi Buku)

                    5 Rubrik Favorit DI Channel Youtube MMC

                    Kasus Asusila Artis, Picu Bahasan Open Marriage

                    Kala Perempuan  Cerdas Dan Ambisius Bercita - Cita


Info Menarik: Raja Baclink Tawarkan Backlink Berkualitas, Agar Website Jadi Teratas

0 Comments

Post a Comment