Predator artinya pemangsa. Isitlah ini digunakan untuk sejenis hewan yang memburu, menangkap, dan memakan hewan lain. Kalau istilah predator dipakai untuk hal lain, diambil saja makna intinya, pemangsa. Sebuah judul video di youtube membuat saya tertarik karena disitu ada tertulis ‘predator buku’. Judul lengkapnya “Mengenal Sang Predator Buku Dan 7 Resep Agar Betah Baca”, linknya disini https://www.youtube.com/watch?v=uZLOZZrXeYg.
Video tersebut berisi wawancara dengan seseorang yang sangat akrab dengan buku. Biasanya orang yang hobi baca buku disebut kutu buku. Baru kali ini saya mengenal istilah predator buku.
Dia adalah Ustaz Salman Iskandar. Beliau
mantan managing editoring sejumlah penerbit buku. Salah satu penerbit ternama
tempatnya bekerja adalah Mizan. 5 tahun beliau bekerja di Mizan. Dalam
pekerjaannya, beliau bertugas membaca naskah buku yang dikirim penulis, guna
menyeleksi mana yang layak terbit.
Karena tugasnya itu, beliau mau tidak mau
membaca setidaknya 10 naskah buku per hari atau 200 naskah buku dalam sebulan.
Tugas itu dilakukan setiap hari, kecuali hari libur kerja. Selama bertahun –
tahun bekerja, bayangkan saja sudah berapa ratus buku yang dibaca Ustaz Salman.
Baca Juga: Parade Buku Demokrasi
Kebiasaan membaca buku pun terbentuk
dengan sendirinya. Hal inilah kenapa beliau berani memberi predikat pada diri
beliau sebagai predator buku. Karena ‘ganasnya’ beliau ‘melahap’ buku – buku.
Setelah wawancara lebih lanjut,
terbongkar bahwa ternyata Ustaz Salman sudah suka membaca sejak kecil. Rupanya
orangtua beliau-lah yang berjasa menanamkan kecintaan pada buku bagi Ustaz
Salman dan saudara – saudaranya.
Orangtua beliau adalah guru sekaligus
kepala sekolah. Sejak kecil Ustaz Salman bersaudara disediakan perpustakaan
keluarga berisi buku – buku dan majalah anak – anak. Hobinya membaca membuatnya
mampu menulis. Sejak SMP beliau sudah menghasilkan tulisan yang dikirim ke
media.
Saat kuliah beliau membiayai kuliahnya
dengan uang dari hasil menulis. Beliau pun kuliah mengambil jurusan yang tak
jauh – jauh dari dunia buku, yakni Filologi, ilmu tentang buku – buku klasik.
Lengkaplah sudah, alhasil membaca buku menjadi bagian dari diri beliau. Saat ditanya
tentang buku yang menginspirasinya, Ustaz Salman menjawab Buku Sirah Nabawiyah.
Baca Juga: Tips Menjaga Buku Dari Peminjam Nakal
***
Dari sekilas kisah hidup Ustaz Salman,
saya dapat menangkap poin penting agar betah baca buku, yakni menciptakan
kondisi yang mengharuskan untuk membaca. Kemauan untuk menciptakan kondisi
tersebut tentu harus didasari pada kecintaan akan buku.
Darimana datangnya kecintaan itu, disini
peran orangtua sangat penting. Kita akan lebih mudah betah baca buku kalau
sejak kecil sudah diperkenalkan dengan aktivitas membaca buku oleh orangtua.
Jika kita terlahir dan dididik dari
orangtua yang tidak memiliki kesadaran tersebut, bukan berarti kita tak bisa
betah baca buku. Ustaz Salman pun memberi sejumlah tips yang dapat
membangkitkan minat baca seseorang.
Intinya kita harus menghadirkan motivasi
yang kuat agar ketertarikan pada buku itu muncul. Motivasi terbaik seorang
muslim harusnya datang dari agamanya. Sadarilah bahwa ayat pertama yang turun
adalah tentang iqra’ (membaca). Hal ini mengisyaratkan pentingnya membaca.
Baca Juga: Baca Buku Apa? #HariBukuSedunia
Selain itu kita juga harus menyadari
bahwa pada dasarnya muslim itu adalah para penyeru (da’i). Ustaz Salman
mengutip perkataan Imam Hasan, “Kita semua adalah para pengemban dakwah”.
Hal ini bersesuaian dengan sejumlah ayat
al Quran tentang dakwah, bahwa muslim wajib saling mengingatkan serta menyeru
semua manusia untuk menyembah hanya pada Allah swt yang Esa. Dalam berdakwah
tentu butuh ilmu. Maka selayaknya kita membaca buku. Karena buku merupakan
salah satu sumber ilmu.
Ketika kita ingin mengenal pribadi
Rasulullah saw sebagai tauladan terbaik kita, salah satu caranya bisa membaca
Buku Sirah Nabawiyah. Inilah pentingnya membaca, terutama tentang Sirah
nabawiyah. Karena kita ingin mengenal dan meneladani Rasulullah saw.
Ditambah lagi, hari ini umat Islam
menghadapi tantangan serta hinaan dari musuh – musuh Islam. Kaum muslim
terbilang tertinggal dalam hal kemajuan ilmu pengetahuan.
Ustaz Salam mengutip ucapan seorang
perwira intelejen Yahudi yang berkata bahwa diantara kelemahan kaum muslim hingga
tak bisa mengalahkan mereka adalah karena malas baca buku, terutama membaca
buku tentang sejarah peradaban Islam.
Tantangan serta hinaan itu harusnya
menjadi motivasi kuat bagi kaum muslimin untuk membuktikan diri bahwa mereka
bisa bangkit dari kemalasan.
Baca Juga: Berharap Dapat Inspirasi Dari Biografi Haji Anif
***
Namun
Ustaz Salam berpesan sesuatu tentang membaca buku. Jangan sembarangan membaca
buku secara otodidak tanpa bimbingan guru untuk tema yang belum kita ketahui
sama sekali.
Hal itu berbahaya. Saya menangkap
maksudnya adalah agar kita tak mengalami sesat pikir, karena menyimpulkan satu
bacaan tanpa ada penjelasan lengkap dari guru. Tepatnya, buku itu sebagai
tambahan ilmu, memperluas wawasan, bukan sumber utama dan pertama dalam
memahami satu ilmu. Apalagi tentang Islam, kita harus ngaji dibimbing guru.
Baca Juga: Buku Berkualitas, Mencerahkan
aku suka mebaca, sekarang gak lagi karena dengan usia saya terlalu lama membaca membuat mataku perih.
ReplyDeleteberarti sekarang lebih enak mendengarkan informasi ya buk.. sama sama menambah ilmu ya kan buk..
Delete