Thursday, December 09, 2021

Kasus Perdagangan Anak Muncul Lagi

 

Perdagangan anak marak terjadi di sekitar kita. Baru – baru ini peristiwa semacam itu terungkap di daerah Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, Sumut. Masih satu kabupaten denganku.

Infonya bersumber dari Tribun-Medan.com,  awalnya tiga orang siswi dengan inisial FK (14), WA (16) dan A (15) kabur dari rumah. Entah karena masalah apa, tidak disebutkan disitu.

Salah satu dari mereka yakni FK kenal dengan seorang gadis berinisial SL (17). FK ditawari pekerjaan sebagai pembuat kopi di satu kafe daerah Namorambe oleh SL. Karena ketiga gadis itu kabur tanpa memegang uang, mereka menerima tawaran SL.

Diluar dugaan, ternyata mereka dipekerjakan di kafe penjual tuak dan minuman keras. Ketiganya disuruh mempercantik penampilan untuk melayani pria hidung belang yang menjadi pengunjung disana.

Menyadari pekerjaan tersebut tak baik, FK dan kawan – kawan mencoba melobi SL, minta dicarikan pekerjaan lain. Tapi SL justru menawarkan pekerjaan sejenis yang berada di daerah Binjai.

Untung FK dan kawan – kawan masih berpikir jernih. Masih ingat orangtua. Masih ingat masa depan. Masih ingin menjaga kehormatannya. Mereka pun menolak tawaran itu. Mereka ingin pulang. SL terus berusaha membujuk agar mereka mau mematuhinya.

Namun ketiga gadis ini tak mau dan FK menelepon abangnya minta dijemput. Akhirnya ketiganya berhasil bertemu abangnya FK dan bisa pulang. Selanjutnya mereka bertiga didampingi keluarga melapor ke Polrestabes Medan.

Ternyata ibu salah seorang dari tiga gadis itu sebelumnya telah mencari tahu keberadaan anaknya. Kepada wartawan Tribun-Medan.com ia bercerita, kafe remang – remang tempat anaknya dipekerjakan itu bernama Kafe Neraka.

Tempatnya terisolir, jauh dari perkampungan. "Ngeri tempatnya, hutan, sungai, susah untuk menuju ke sana. Jadi jika anak sudah berada di sana, susah untuk pulang," sebut ibu itu.

Katanya lagi disitu banyak anak di bawah umur yang dipekerjakan sebagai pelayan. Sejauh apa bentuk pelayanan anak – anak ini pada pengunjung tempat maksiat ini, tak disampaikan lebih lanjut.

Namun membayangkannya cukup mengerikan bagiku. Karena tontonan drama di televisi ada yang menggambarkan suasan semacam itu.

***

Prihatin ya mendengar hal – hal seperti ini. Bersamaan dengan pelecehan seksual di kampus UNJ yang beritanya juga baru muncul. Belum lama juga waktunya, dari kasus bunuh diri mahasiswi Brawijaya yang depresi setelah dipaksa pacarnya aborsi dua kali. Paling baru, seorang pria bejat pakai baju ustaz pemilik pesantren, memperkosa belasan santrinya hingga hamil.

Pelecehan seksual, seks bebas, perdagangan manusia, minuman keras, tempat hiburan malam, semua saling berkaitan, menyatu atas nama kenikmatan dunia yang hanya bisa dinikmati oleh para pemuja kebebasan.

Para pebisnis prostitusi dan perdagangan anak serta tempat hiburan malam, menikmati pekerjaannya yang menghasilkan banyak uang. Sembari bisa jadi dia ikut menikmati seks bebas dan miras disana.

Para pekerja seks, menjalani pekerjaan itu karena dua hal, uang atau demi kepuasan seksual. Dua sejoli yang mengaku saling cinta, merasa berhak untuk melakukan seks bebas.

Tak ketinggalan intelektual kampus, tak mampu kendalikan hasrat lalu mengganggu mahasiswinya demi melampiaskan nafsu. Apa kalian tidak merasa kehidupan kita saat ini begitu rusak?

***

Sementara penguasa, yang memiliki segala perangkat kekuasaan untuk memaksa rakyatnya mematuhi perintahnya untuk bayar pajak, bayar listrik dan lain sebagainya, namun tak bisa memaksa rakyatnya untuk menghentikan produksi minuman keras, menghentikan bisnis prostitusi, menghentikan seks bebas serta menutup tempat hiburan malam.

Kenapa?

Ya, karena asas kehidupan kita saat ini sekulerisme. Kehidupan yang dipisahkan dari aturan agama. Berjamurlah liberalisme, hedonisme, materialisme dan isme – isme lain sebagai turunan dari sekulerisme. Jamur itu menjangkiti semua lapisan masyarakat, dari pejabat hingga rakyat jelata.

Jelas buktinya. Korupsi, seks bebas, bisnis prostitusi, bisnis perdagangan orang, minuman keras, tempat hiburan malam, pornografi dan pornoaksi dilarang agama, tapi tetap ada dan terkesan dibiarkan oleh penguasa.  

Dalam alam sekuler liberal hari ini, prinsip yang dipakai, kamu bebas menjalani kehidupanmu seperti apapun yang kamu mau. Mau jadi orang baik atau jahat, terserah.

Kau bebas melakukan apapun, selama tak ada orang yang merasa rugi atas perbuatanmu. Nyatanya, kebebasan lebih memudahkan munculnya orang-orang jahat ketimbang orang yang memilih menjadi baik.

Muncul-lah secara tersirat opini seperti ini, selama aksi jahatmu bisa kau sembunyikan dari pandangan publik, kau bebas. Selama sebagai penjahat kau mampu membungkam mulut banyak orang, hingga kejahatanmu tak diributkan banyak orang, kau bebas.

Aku pikir kehidupan macam ini tak menghadirkan kedamaian dan ketenangan sosial. Sekulerisme liberal harus dicampakkan ke tong sampah peradaban.

Aku merindukan kehidupan yang steril dari bisnis maksiat seperti tempat hiburan malam, prostitusi, minuman keras dan sejenisnya. Aku merindukan kehidupan penuh ketaatan pada Allah swt, dimana lelaki dan perempuan saling menghormati, tak ada keinginan sama sekali melakukan pelecehan seksual.

Aku merindukan pelaksanaan syariah Islam secara sempurna, dimana kehormatan perempuan akan terjaga serta terlindungi dengan sistem politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan sistem sanksi Islam.

Baca Juga: Kerusakan Moral Sistemik, Para Suami Ini Tega Jual Isteri

                    Kamu Berubah Karena Pikiran Terbuka Atau Hati Yang Terluka

                    Ragam Pendapat Tentang Eks Terpidana Kasus Pelecehan Seksual

                    Badki, Perempuan Yang Terpaksa Jatuh Ke Lembah Prostitusi....

                    Tren Poliandri Diungkap Pak Menteri

Info Menarik: 

Raja Baclink Tawarkan Backlink Berkualitas, Agar Website Jadi Teratas

0 Comments

Post a Comment