Perdagangan anak marak terjadi di sekitar
kita. Baru – baru ini peristiwa semacam itu terungkap di daerah Namorambe,
Kabupaten Deli Serdang, Sumut. Masih satu kabupaten denganku.
Infonya bersumber dari
Tribun-Medan.com, awalnya tiga orang
siswi dengan inisial FK (14), WA (16) dan A (15) kabur dari rumah. Entah karena
masalah apa, tidak disebutkan disitu.
Salah satu dari mereka yakni FK kenal dengan seorang gadis berinisial SL (17). FK ditawari pekerjaan sebagai pembuat kopi di satu kafe daerah Namorambe oleh SL. Karena ketiga gadis itu kabur tanpa memegang uang, mereka menerima tawaran SL.
Diluar dugaan, ternyata mereka
dipekerjakan di kafe penjual tuak dan minuman keras. Ketiganya disuruh mempercantik
penampilan untuk melayani pria hidung belang yang menjadi pengunjung disana.
Menyadari pekerjaan tersebut tak baik, FK
dan kawan – kawan mencoba melobi SL, minta dicarikan pekerjaan lain. Tapi SL
justru menawarkan pekerjaan sejenis yang berada di daerah Binjai.
Untung FK dan kawan – kawan masih berpikir
jernih. Masih ingat orangtua. Masih ingat masa depan. Masih ingin menjaga
kehormatannya. Mereka pun menolak tawaran itu. Mereka ingin pulang. SL terus
berusaha membujuk agar mereka mau mematuhinya.
Namun ketiga gadis ini tak mau dan FK
menelepon abangnya minta dijemput. Akhirnya ketiganya berhasil bertemu abangnya
FK dan bisa pulang. Selanjutnya mereka bertiga didampingi keluarga melapor ke
Polrestabes Medan.
Ternyata ibu salah seorang dari tiga gadis
itu sebelumnya telah mencari tahu keberadaan anaknya. Kepada wartawan
Tribun-Medan.com ia bercerita, kafe remang – remang tempat anaknya dipekerjakan
itu bernama Kafe Neraka.
Tempatnya terisolir, jauh dari
perkampungan. "Ngeri tempatnya, hutan, sungai, susah untuk menuju ke
sana. Jadi jika anak sudah berada di sana, susah untuk pulang," sebut
ibu itu.
Katanya lagi disitu banyak anak di bawah
umur yang dipekerjakan sebagai pelayan. Sejauh apa bentuk pelayanan anak – anak
ini pada pengunjung tempat maksiat ini, tak disampaikan lebih lanjut.
Namun membayangkannya cukup mengerikan
bagiku. Karena tontonan drama di televisi ada yang menggambarkan suasan semacam
itu.
***
Prihatin ya mendengar hal – hal seperti
ini. Bersamaan dengan pelecehan seksual di kampus UNJ yang beritanya juga baru muncul.
Belum lama juga waktunya, dari kasus bunuh diri mahasiswi Brawijaya yang
depresi setelah dipaksa pacarnya aborsi dua kali. Paling baru, seorang pria bejat pakai baju ustaz pemilik pesantren, memperkosa belasan santrinya hingga hamil.
Pelecehan seksual, seks bebas, perdagangan
manusia, minuman keras, tempat hiburan malam, semua saling berkaitan, menyatu
atas nama kenikmatan dunia yang hanya bisa dinikmati oleh para pemuja
kebebasan.
Para pebisnis prostitusi dan perdagangan
anak serta tempat hiburan malam, menikmati pekerjaannya yang menghasilkan
banyak uang. Sembari bisa jadi dia ikut menikmati seks bebas dan miras disana.
Para pekerja seks, menjalani pekerjaan
itu karena dua hal, uang atau demi kepuasan seksual. Dua sejoli yang mengaku
saling cinta, merasa berhak untuk melakukan seks bebas.
Tak ketinggalan intelektual kampus, tak
mampu kendalikan hasrat lalu mengganggu mahasiswinya demi melampiaskan nafsu. Apa
kalian tidak merasa kehidupan kita saat ini begitu rusak?
***
Sementara penguasa, yang memiliki segala
perangkat kekuasaan untuk memaksa rakyatnya mematuhi perintahnya untuk bayar
pajak, bayar listrik dan lain sebagainya, namun tak bisa memaksa rakyatnya
untuk menghentikan produksi minuman keras, menghentikan bisnis prostitusi,
menghentikan seks bebas serta menutup tempat hiburan malam.
Kenapa?
Ya, karena asas kehidupan kita saat ini
sekulerisme. Kehidupan yang dipisahkan dari aturan agama. Berjamurlah
liberalisme, hedonisme, materialisme dan isme – isme lain sebagai turunan dari
sekulerisme. Jamur itu menjangkiti semua lapisan masyarakat, dari pejabat
hingga rakyat jelata.
Jelas buktinya. Korupsi, seks bebas, bisnis
prostitusi, bisnis perdagangan orang, minuman keras, tempat hiburan malam, pornografi
dan pornoaksi dilarang agama, tapi tetap ada dan terkesan dibiarkan oleh
penguasa.
Dalam alam sekuler liberal hari ini,
prinsip yang dipakai, kamu bebas menjalani kehidupanmu seperti apapun yang kamu
mau. Mau jadi orang baik atau jahat, terserah.
Kau bebas melakukan apapun, selama tak
ada orang yang merasa rugi atas perbuatanmu. Nyatanya, kebebasan lebih
memudahkan munculnya orang-orang jahat ketimbang orang yang memilih menjadi
baik.
Muncul-lah secara tersirat opini seperti
ini, selama aksi jahatmu bisa kau sembunyikan dari pandangan publik, kau bebas.
Selama sebagai penjahat kau mampu membungkam mulut banyak orang, hingga
kejahatanmu tak diributkan banyak orang, kau bebas.
Aku pikir kehidupan macam ini tak
menghadirkan kedamaian dan ketenangan sosial. Sekulerisme liberal harus
dicampakkan ke tong sampah peradaban.
Aku merindukan kehidupan yang steril dari
bisnis maksiat seperti tempat hiburan malam, prostitusi, minuman keras dan
sejenisnya. Aku merindukan kehidupan penuh ketaatan pada Allah swt, dimana
lelaki dan perempuan saling menghormati, tak ada keinginan sama sekali
melakukan pelecehan seksual.
Aku merindukan pelaksanaan syariah Islam secara sempurna, dimana kehormatan perempuan akan terjaga serta terlindungi dengan sistem politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan sistem sanksi Islam.
Baca Juga: Kerusakan Moral Sistemik, Para Suami Ini Tega Jual Isteri
Kamu Berubah Karena Pikiran Terbuka Atau Hati Yang Terluka
Ragam Pendapat Tentang Eks Terpidana Kasus Pelecehan Seksual
Badki, Perempuan Yang Terpaksa Jatuh Ke Lembah Prostitusi....
Tren Poliandri Diungkap Pak Menteri
Info Menarik:
Raja Baclink Tawarkan Backlink Berkualitas, Agar Website Jadi Teratas
0 Comments
Post a Comment