https://snews.pro/ |
“Mak, ntah apa maksud si Nuri. Masak tiba
– tiba dia diamin Putra. Ngeram dia di kamar nggak keluar – keluar. Muak kali
Putra nengok dia. Baru lagi nikah udah kayak gitu dia.”
Begitu cara Putra melampiaskan
kebingungannya dengan sikap isterinya. Dia curhat sama emaknya tentang
kelakukan isterinya. Sambil mondar mandir dihadapan emaknya, dia ngomel.
Lain waktu Putra ke rumah emaknya. Dia uring
– uringan. Emaknya bertanya, “Ada apa Put?”
“Itu si Nuri mak. Merepet aja dia. Panas
kupingku dengarnya.”
Pernah juga mereka ribut agak parah. Tiba
– tiba Putra ke rumah emaknya membawa tas berisi pakaian. Emak yang keheranan
bertanya, “Loh, kenapa Put?”
“Diusir si Nuri aku mak.”
Isteri Putra berani mengusir, karena
mereka berdua tinggal di rumah warisan orangtuanya. Putra dimatanya adalah suami
pemalas dan selalu bikin kesal. Jadi saat merasa amarahnya memuncak, Putra pun
disuruh pergi dari rumah itu.
Beberapa hari kemudian, datanglah isteri
Putra menjemputnya. Dengan gagah berani isteri Putra datang ke rumah mertua,
menghadapi mertua dan ipar – iparnya.
Disitu jumawa si Putra. Merasa banyak
yang membela. Isterinya dipojokkannya. Disebut – sebutnya semua kesalahan
isterinya. Sementara kesalahannya sendiri disembunyikannya.
Isteri Putra yang sedang disidang diam
saja. Dia meminta maaf pada semua yang ada disana. Putra merasa hari itu
menjadi hari kemenangannya. Lalu mereka pun kembali bersama.
***
Putra
adalah sosok fiksi, tapi terinspirasi kisah nyata. Bagaimana kira – kira kalian
menilai Putra wahai pembaca?
Bagi saya, dialah yang disebut pria yang
sedang terkena sindrom peter pan.
Peter pan itu tokoh dalam cerita anak –
anak karya sastrawan asal Skotlandia, JM Barrie. Peter Pan digambarkan sebagai
bocah laki – laki berkarakter nakal, bisa terbang dan menolak menjadi dewasa.
Pada perkembangannya, watak tokoh peter
pan yang sangat kekanakan itu dijadikan sebagai nama gangguan psikologis oleh
Dan Kiley pada 1983, dengan sebutan sindrom peter pan.
Sindrom ini dilekatkan pada orang yang
secara usia sudah dewasa, namun secara pemikiran dan tingkah laku tidak
menunjukkan kematangan sebagai orang dewasa.
Ciri-ciri orang yang mengalami sindrom
peter pan, yakni:
Ø Suka membantah
Ø Manja
Ø Pemarah, suka mengamuk ketika
keinginannya tidak terpenuhi.
Ø Malas, tidak suka bekerja keras.
Ø Tidak bertanggung jawab.
Ø Selalu bergantung pada orang lain, bahkan
dalam hal-hal kecil.
Ø Tidak bisa menerima kritikan.
Ø Tidak berani mengambil keputusan dan
menanggung risiko.
Meski terkait dengan masalah psikologis,
ternyata sindrom peter pan bukan termasuk gangguan mental sejenis depresi,
bipolar, atau gangguan obsesif kompulsif (OC).
Berbagai sumber menyebutkan, penyebab
paling utama seorang lelaki dewasa terkena sindrom peter pan karena pola asuh yang
salah sejak masa kanak – kanak.
Ekspresi kasih sayang dari orangtua yang
kurang ilmu, akan membahayakan pembentukan pemikiran dan tingkah laku anak.
Mungkin anak sering dibanggakan secara berlebihan, selalu dituruti kemauannya,
selalu dibela, hingga sifat – sifat kekanakan terus melekat pada dirinya meski
ia sudah dewasa.
***
Sayangnya, saat ini banyak profil lelaki
dengan ciri-ciri sindrom peter pan. Dengan usia mereka yang sudah dewasa, meski
dengan mental yang buruk, mereka tetap harus meneruskan hidup mereka. Mereka
tak menyadari kesalahan mereka. Jadi mereka tak berusaha berubah.
Seperti tokoh fiksi Putra di atas, ia menikah,
menjadi suami dan ayah. Alhasil, lelaki seperti Putra pun menyebabkan derita
bagi anak dan isterinya. Mereka yang diharapkan giat bekerja, justru bermalas –
malasan.
Mereka yang disangka bisa jadi teman
diskusi isteri, justru selalu menunjukkan keraguan dalam berpendapat. Tak
berani mengambil keputusan. Malah memilih menghindari isteri, lantas asyik main
di luar bersama teman – temannya atau curhat dengan emaknya.
Mereka yang diminta kepeduliannya untuk
bersama – sama menanggung beratnya beban rumahtangga, justru cuek dan sibuk
dengan urusannya sendiri. Tak peka menolong isteri yang kesusahan mengurus bayi
dan rumah.
Anak yang berharap ayah bisa bersikap
bijaksana dan hangat, justru pemarah, dingin dan kaku pada mereka. Alhasil
keluarga jadi berantakan.
Isteri yang sebenarnya tulang rusuk,
harus berubah menjadi tulang punggung menggantikan suami pengidap sindrom peter
pan. Anak – anak pun jadi hidup lebih keras melebihi usianya.
***
Dalam Islam dikenal adanya pendidikan
masa mumayiz. Mumayiz berasal dari kata mayyaza, artinya membedakan sesuatu
dari yang lain.
Prof. Dr. Rawwas Qal’ahji dalam bukunya
Mu’jam Lughah Lil Fuqaha, menjelaskan tentang mumayiz, yakni anak yang belum
baligh, yang bisa membedakan antara bahaya dan manfaat.
Mengenai berapa usia anak dikatakan telah
mumayiz, para ulama berbeda pendapat. Imam Nawawi dalam kitabnya Tahrir Alfadz at-Tanbih,
dalam bab Haji mengatakan bahwa anak yang mumayiz adalah yang telah memahami
khitab (seruan hukum Islam).
Artinya, kapan anak memasuki masa
mumayiz, itu bisa dikenali sejak anak sudah mulai mampu diajak membedakan
berbagai hal.
Di masa itulah anak diajarkan tentang
seperti apa iman yang kokoh dan produktif. Anak diajak memahami hakikat tujuan
hidup sebagai hamba Allah. Dipahamkan kewajibannya sebagai muslim. Disampaikan
apa saja tanggungjawab yang harus dipikulnya.
Kalau dia anak laki – laki, maka dia
diajarkan seperti apa tugas, hak dan kewajiban laki – laki dalam Islam. Apa
saja tanggung jawabnya sebagai laki – laki. Islam mengatur bahwa laki – laki adalah
seorang pemimpin dan pencari nafkah.
Maka dia harus dilatih menyelesaikan
masalah pribadinya sendiri. Dilatih untuk berperan dalam keluarga dan
masyarakat. Hal yang sama diajarkan kepada anak perempuan. Agar masing – masing
anak kelak disaat dewasanya bisa menjalankan peran dalam hidup dengan baik.
Hal itu dari sisi pendidikan oleh
orangtua. Lebih dari itu, sebagai aturan hidup yang sempurna, Islam juga melibatkan
masyarakat dan negara dalam membentuk generasi yang dewasa dan islami.
Masyarakat sebagai lingkungan tempat
tumbuh kembang anak – anak, akan diatur oleh Islam agar menciptakan suasana
kebaikan di dalam interaksi mereka. Sementara negara diwajibkan oleh Islam
menjalankan sistem pendidikan Islam.
Sistem pendidikan Islam wajib berasaskan
akidah Islam. Kurikulumnya juga dirancang untuk membentuk kepribadian Islam
yang utuh pada anak, meliputi akidah, tsaqofah dan penguasaan iptek.
Negara wajib menyediakan pendidikan
tersebut sepaket dengan seluruh fasilitas lengkap yang dibutuhkan, dan semuanya
gratis disediakan untuk seluruh warga negara, muslim dan non muslim, kaya dan
miskin, sama.
Mengenai masalah pendanaan pendidikan ini
diatur oleh sistem ekonomi Islam, yang misi utamanya memang untuk pemerataan
kesejahteraan. Maka, tentu saja hal ini berkaitan dengan penerapan sistem
politik Islam.
***
Dengan kata lain, dalam kondisi dimana
saat ini kita masih diatur oleh sistem kapitalis sekuler, maka ajaran Islam
yang bisa diamalkan terkait pendidikan anak mumayiz, hanya bisa sampai level orangtua.
Nanti ketika peradaban Islam yang
dijanjikan oleh Allah swt telah kembali, maka ajaran Islam secara utuh bisa
dijalankan, termasuk di dalamnya mewujudkan aturan bermasyarakat yang islami
dan bernegara sesuai Islam.
Saat ini, untuk mengatasi para lelaki
dewasa yang sudah terlanjur berperangai layaknya tokoh peter pan, maka orang –
orang di sekitarnya harus mendukungnya memperbaiki diri.
Orang – orang terdekat harus terus memotivasinya untuk menjadi dewasa. Bisa ditambah dengan bantuan psikolog. Bisa pula mengajaknya ikut pengajian yang merangsangnya berpikir dengan benar. Meski sangat sulit, namun upaya tetap harus dilakukan.
Referensi:
https://www.halodoc.com/artikel/kenali-sindrom-peter-pan-vs-sindrom-cinderella-complex-pada-anak
https://www.youtube.com/watch?v=pZ_wQI878yM
Info Menarik:
Raja Baclink Tawarkan Backlink Berkualitas, Agar Website Jadi Teratas
0 Comments
Post a Comment