Tuesday, March 15, 2022

Cekcok Dengan Tetangga Tak Bisa Bikin Rumah Terasa Surga

https://jateng.inews.id/

Beberapa kasus cekcok antar tetangga sempat viral beberapa waktu lalu. Diantaranya perselisihan Keluarga Ibu Sunarsih dan Ibu Sutikah di Kudus, Jawa Tengah.

Anak lelaki Bu Sunarsih mengaku sejak lama keluarga mereka merasa kurang nyaman dengan prilaku tetangganya itu. Puncaknya, anak lelaki Bu Sunarsih menutup akses jalan rumah bu Sutikah dengan tembok, dimana akses jalan rumah bu Sutikah adalah tanah milik keluarga Bu Sunarsih.

Hal serupa terjadi di Probolinggo, Jawa Timur. Seseorang bernama Sun Riyanti menyekat jalan rumah tetangganya, Mimin Sujiati dengan tembok. Sebab jalan tersebut adalah tanah miliknya.

Hal itu dilakukan Sun karena tersinggung dengan status Mimin di media sosial. Sun Riyanti biasa melakukan kegiatan sosial di rumahnya. Sementara Mimin mengeluh di media sosial bahwa dia terganggu dengan kegiatan itu.

Padahal keduanya masih memiliki hubungan persaudaraan. Namun hubungan itu retak karena ketersinggungan yang sebenarnya masih bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik.

Ilmu Bertetangga Dalam Islam

Dalam berinteraksi, bagaimana agar tidak menjadi orang yang mudah tersinggung dan mudah menyinggung, tentu menjadi bagian dari ilmu yang penting.

Kedua kasus di atas dan banyak kasus lainnya, terjadi karena hal itu. Satu pihak mudah tersinggung dan satu pihak lagi mudah menyinggung. Berteman, bersaudara, berumah tangga atau bertetangga, sama masalahnya.

Jika keduanya bisa bertemu di tengah, tentu hubungan tak akan retak. Bertemu di tengah maksudnya bisa saling memahami. Saling mengerti hak dan kewajiban masing-masing. Disinilah Islam hadir memberi tuntunan dalam bertetangga.

Dalam Islam, urusan bertetangga harus diperhatikan. Hal ini belum lama ku ikuti kajiannya dalam Kitab Riyadus Shalihin bab 39 berjudul: Hak Tetangga & Berwasiat Padanya, yang diasuh oleh Ustaz Yuana Ryan Tresna.

Mewujudkan rumahku surgaku, bukan hanya menjalin hubungan baik dengan sesama anggota penghuni rumah. Tapi juga berhubungan baik dengan tetangga.

Kalau muslim mau tinggal di suatu tempat, bukan hanya harus memperhatikan kondisi rumahnya. Tapi juga harus memperhatikan kebaikan lingkungan, alias tetangga. Karena tetangga mempengaruhi kenyamanan hidup.

Allah swt berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu”. (an-nisa:36)

Kalau direnungi ayat tersebut, sebetulnya muslim diperintahkan Allah swt untuk berbuat baik pada semua orang. Karena dalam hidup manusia pasti berhubungan dengan semua yang disebutkan dalam ayat itu.

Hanya saja, ketika berada dalam kondisi harus memilih, maka ayat tersebut menuntun untuk mendahulukan orangtua, dan seterusnya sesuai urutan yang ada pada ayat itu.

Bentuk-bentuk perbuatan baik pada tetangga dijelaskan pula oleh Rasulullah saw. Seperti disunnahkan memperbanyak kuah ketika memasak, agar bisa berbagi pada tetangga.

Bila hanya bisa berbagi pada satu dua orang tetangga, maka harus dipilih yang paling dekat pintu rumahnya dengan pintu rumah kita. Tidak boleh membiarkan tetangga dalam keadaan kelaparan, sementara kita bisa makan dengan kenyang.

Di hadis nabi pula dikatakan, tidak beriman seseorang yang mengganggu tetangga dengan lisan dan tangannya. Dalam situasi masyarakat yang kurang memahami Islam seperti sekarang, orang yang mengganggu tetangganya dengan lisan dan tangannya banyak ya.

Semisal menghidupkan musik dengan suara keras. Menggosipi tetangganya. Membakar sampah yang asapnya sampai ke rumah tetangga dan lain sebagainya. Hal-hal itu menimbulkan rasa tidak nyaman tetangga kita, dan tentunya mendapat dosa bagi pelakunya.

Kalau saja masing-masing muslim memahami tuntunan Allah swt tentang hidup bertetangga, tentu hidup ktia menjadi indah. Sayangnya lagi-lagi kita harus mengakui lemahnya institusi pendidikan negeri kita yang tak mengajarkan Islam secara kaffah. Hingga banyak yang tak mengerti cara bertetangga sesuai Islam.

Bersyukurlah bagi sesiapa yang memiliki tetangga yang baik dan menjadi tetangga yang baik. Mari terus bersemangat belajar memahami Islam, agar cara hidup kita menjadi benar.

1 Comments:

  1. itulah makanya aku berinetraski dengan tetangga seperlunya saja mencegah keributkan karena gak semua orang bisa bersikap dewasa untuk bisa saling menghormati

    ReplyDelete