https://insight.kontan.co.id/ |
Akhir-akhir ini pemberitaan tentang
covid-19 semakin tak mengenakkan ya. Lonjakan kasus covid-19 meningkat cukup
mengkhawatirkan. Puluhan ribu kasus baru perharinya. Ratusan pasien isolasi
mandiri covid-19 telah meninggal dunia.
Kemarin-kemarin angka positif covid-19 memang bertambah. Tapi terasa cukup jauh dari sekitarku. Melihatnya dari kabar di media saja. Namun makin hari covid-19 terasa makin dekat. Satu persatu kenalanku terkena covid-19. Dari yang mengalami gejala ringan, kritis hingga ada yang meninggal dunia.
Berduka hati ini saat beberapa hari lalu
mendapat kabar tentang Bu Bekti, guru magang di SMK-ku dulu. Beliau meninggal
dunia setelah dua hari kejang-kejang. Kabarnya karena covid-19. Padahal
foto-foto di fb beliau terakhir kali menunjukkan lagi jalan-jalan di Jogya
bersama teman-temannya. Semoga beliau husnul khatimah. Aamiin.
Berharap pemerintah bisa mengatasi
covid-19 ini secepatnya rasanya hampir tidak mungkin. Upaya menanggulangi
covid-19 tampak masih setengah hati. Bisa dilihat dari rancunya peraturan yang
ada. Kepada masyarakat diberlakukan PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat) Darurat. Tetapi di saat yang sama TKA China ramai masuk lagi ke
Indonesia. Dengan berbagai alasan pemerintah membenarkan hal itu.
Pemberian vaksin yang dianggap solusi
juga tak banyak membantu. Berbagai masalah baru terjadi di lapangan, efek
pemberian vaksin pada masyarakat. Sehingga pandangan masyarakat tentang vaksin
pun beragam. Ada yang percaya diri di vaksin. Tak sedikit yang ragu. Ibu-ibu
perwiridan di lingkunganku masih belum memutuskan mau di vaksin atau tidak.
Masih bingung. Takut. Hemm.
Jadi menurut-ku kita yang harus bijak
dalam menyikapi wabah ini. Jangan panik, namun tidak juga meremehkan. Waspada
tapi tetap tenang. Sebagai muslim kita sudah punya Islam sebagai tuntunan.
Sebenarnya kalau kita semua termasuk pemerintah mematuhinya, in sya allah sudah
lama kita selesai dengan covid-19. Tapi sepertinya pemerintah belum mau ikut
arahan Islam. Ya udah kita dulu deh.
***
Kata Khadim Syaraful Haramain, Ustadz
Hafidz Abdurahman beberapa hal harus dipahami untuk membentuk mindset yang
benar tentang covid-19. Berikut aku cantumkan saja tulisan beliau yang dikutip
dari channel telegram beliau. Covid-19 adalah virus. Virus ini, sebagaimana
virus yang lain, adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan memiliki khasiat
tertentu. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh melalui dua lubang, hidung dan
mulut, kemudian masuk dan bersarang di paru.
Serangan virus ini bisa menyebabkan
pengentalan bahkan darah beku, yang mengakibatkan penderita kekurangan oksigen.
Meski masing-masing penderita kondisi daya tahan tubuhnya bisa berbeda-beda.
Karena itu, ada yang bisa sembuh, dan tidak jarang yang berakhir dengan
kematian.
Baca Juga: Cara Keluarga Ini Menghadapi Badai Keuangan
Bagaimana kita mendudukkan masalah ini?
Pertama, dalam konteks qadha’ dan qadar,
kita harus meyakini, bahwa qadha’ dan qadar, baik dan buruknya, dua-duanya
berasal dari Allah. Qadha’ adalah perbuatan yang menimpa kita, yang tidak bisa kita
elakkan. Sedangkan qadar adalah khasiat yang diciptakan oleh Allah pada benda,
termasuk mikroba. Covid-19 dengan khasiatnya adalah bagian dari qadar yang
Allah ciptakan.
Kita juga tahu, bagaimana dia masuk ke
dalam tubuh kita? Melalui dua lubang hidung dan mulut. Karena itu, untuk menangkal
atau menghindari masuknya virus ini di dalam tubuh kita, cara pertama adalah
disiplin memakai masker, tidak banyak bicara, dan sedikit interaksi dengan
orang asing. Ketika bicara tidak membuka masker.
Kedua, termasuk disiplin mencuci tangan,
agar kuman yang menempel di tangan, ketika digunakan untuk mengusap mata,
hidung atau mulut tidak menjadi alat penghantar masuknya virus. Begitu juga dengan pakaian dan badan,
setelah terpapar bakteri dari luar segera mandi dan dibersihkan.
Ketiga, sebelum terkena virus, dilakukan
penguatan fisik, dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi ini untuk memberikan proteksi
dari dalam, agar virus yang menyerang bisa ditangkal oleh daya tahan tubuh yang
telah divaksin. Selain vaksinasi, juga bisa dilakukan penguatan fisik,
dengan mengkonsumsi makanan sehat dan vitamin. Menghindari gula, atau
konsumsi karbohidrat yang berlebihan, supaya daya tahan tubuh kita kuat.
Ketiga, berolahraga secara rutin, demi
menjaga kesehatan tubuh.
Keempat, selain ikhtiar secara fisik,
juga harus dilakukan ikhtiar secara non-fisik, baik secara psikis maupun
spiritual. Dalam
situasi yang serba amburadul, bahkan nyaris tidak ada yang bisa diharapkan,
mindset yang benar ini penting. Ketika tidak bisa berharap kepada sistem yang
ada, maka kita harus berikhtiar secara personal, agar tetap sehat dan kuat.
Karena, ini dibutuhkan untuk dakwah dan mengemban risalah. Karena itu, niatkan
menjaga kesehatan dan tetap hidup sehat sebagai bagian dari misi mengemban
dakwah. Karena dakwah ini harus diemban oleh orang-orang yang sehat.
Ingat, betapapun hebat ilmu dan kemampuan
seseorang, jika sakit, maka semuanya tidak ada artinya. Karena tidak bisa
mengemban amanah. Tidak bisa menyampaikan ilmunya. Tidak bisa berdakwah. Jadi,
hidup sehat itu penting. Menjaga kesehatan itu juga penting.
Dengan akal dan cara berpikir yang benar,
kita bisa berikhtiar maksimal agar tetap bisa hidup sehat, dan menjaga
kesehatan. Dengan akal dan cara berpikir yang benar, ketika kita sakit, maka
ingat, ada tugas dakwah yang menanti, maka kita harus bangkit, dan sehat.
Berobat dan berikhtiar agar sembuh dari sakit. Niatkan, semuanya untuk
menunaikan risalah, mengemban dakwah.
Karena itu, selain ikhtiar fisik, terus
menerus kita harus menguatkan hubungan dan perlindungan dari Allah. Dengan
melanggengkan dzikir, selesai shalat Rawatib, dzikir pagi dan petang, dan dalam
kondisi-kondisi lapang dan susah. Menjaga qiyamul lail, shalat Dhuha, membaca
al-Qur’an, dan terus-menerus mengokohkan iman adalah modal utama kita. Terutama
iman kepada qadha’ dan qadar, tawakal, rizki, dan ajal. Selalu husnudhan kepada
Allah.
***
Sebagai ikhtiar secara fisik, aku paling
ingat untuk menerapkan apa kata Pak Tung Desem Waringin dalam sebuah video yang
saya lihat beberapa hari lalu. Intinya sederhana, cegah covid-19 dengan minum
air hangat. Karena air secara ilmiah terbukti baik untuk kesehatan kita. Minum
air hangat sedikit demi sedikit. Lalu penuhi kebutuhan air tubuh kita, dengan
perhitungan 30 cc air dikali jumlah berat barat.
Tak lama setelah menonton video itu, sempat
aku merasa tenggorokan gatal di pagi hari ketika bangun tidur. Aku pun segera
minum air hangat tiga gelas besar. Salah satunya dicampur air perasan jeruk
nipis. Hasilnya, aku sering buang air kecil dan tiga kali buang air besar dalam
sehari itu. Hehehe. Lalu gatal di tenggorakan perlahan hilang. Alhamdulillah.
Baca Juga: Kapitalisme Hancurkan Asa Anak Negeri
***
Terakhir, aku mau menyertakan status
teman fb ku yang rasanya cukup bagus untuk menghadapi covid-19. Mbak satu ini
cukup terpercaya. Beliau bilang infonya dari Dinas Kesehatan, mengenai tanggap
terhadap gejala covid-19. Ini catatan buatku juga kalau sewaktu waktu
diperlukan.
JANGAN TUNGGU HARI KE 7
Waspada covid19, jangan tunggu timbulnya demam tinggi
dan banyak batuk, baru berpikir ! Terlambat sudah !
Kenali lebih awal mulai hari ke 1 masuknya virus ke
dalam tubuh, agar parahnya sakit bisa dicegah. Gejala demam tinggi baru muncul
di hari ke 8, dimana virus sudah berhasil berkembang, merusak dan merasuk luas
di dalam tubuh. Tingkatkan daya tahan tubuh sebelum virus berhasil
menghancurkan kita.
Perhatikan keadaan diri kita sejak kemungkinan mulai
terpapar, yaitu sebagai berikut:
Hari ke 1- 3 :
• Hanya seperti masuk angin ringan.
• Makan minum masih normal.
• Tenggorokan hanya sedikit sakit.
Hari ke 4 :
• Sakit kepala ringan.
• Badan sedikit anget, sekitar 36.5°C.
• Sakit tenggorokan ringan.
• Suara mulai serak.
• Selera makan mulai terganggu.
• Indera Perasa/Pengecap "hilang"
• Indera penciuman juga menghilang.
• Sedikit diare ringan.
Hari ke 5 :
• Sakit tenggorokan.
• Suara serak.
• Badan mulai terasa meriang.
• Temperatur sekitar 36.5 - 36.7 °C.
• Badan terasa lelah, cape, sakit.
• Jari² dan persendian terasa sakit.
Hari ke 6 :
• Mulai demam ringan sekitar 37°C.
• Batuk kering atau sedikit berlendir.
• Sesekali terasa susah bernapas.
• Sakit Tenggorokan ketika bicara.
• Sakit waktu makan dan menelan.
• Mual dan mungkin muntah.
• Ada diare.
Hari ke 7 :
• Demam agak tinggi 37.4 - 37.8 °C.
• Batuk lebih banyak dan berdahak.
• Napas pendek² dan tetap.
• Kepala sakit kepala dan berat.
• Nyeri² seluruh tubuh.
• Diare bertambah.
Hari ke 8 :
• Demam tinggi 38°C atau lebih.
• Sulit bernapas, dada terasa berat.
• Sakit kepala, punggung dan sendi².
• Batuk terus menerus.
• Sulit berbicara, seperti bisu.
Hari ke 9 :
• Semua gejala tidak berubah.
• Batuk bertambah parah.
• Demam tak menentu, tak teratur.
• Napas bertambah Sulit.
• Pencegahan sudah tak mungkin.
• Harus segera ditolong intensif.
Bila waspada di hari ke 1-3 tingkatkan daya tahan
tubuh, minum vitamin² C, D, E serta sedia panadol (parasetamol), mungkin
penyakit ini dapat dihalau untuk berakhir sebelum parah dan kesembuhan boleh
didapatkan.
Gejala hari ke 1-3 sangat² ringan dan sering
terabaikan tak terdeteksi.
Mungkin hari ke 4 baru mulai curiga. Cepat isolasi
mandiri, banyak minum air hangat atau jamu²an juga boleh. Berjemur diri, banyak
cuci tangan, cuci muka, ganti baju. Makan makanan yg bergizi dan minum
vitamin².
Selamat bersikap dan waspada. Tetap tenang namun
bijak. Hindari kemungkinan terpapar sebisa mungkin. Semoga berhasil “berperang”
melawan covid dan semoga kita tetap sehat.
*Harap Perhatikan Perbedaannya !!!* (Supaya tidak
berprasangka buruk)
1. Batuk kering + Bersin = Polusi udara.
2. Batuk + Lendir + Bersin + Pilek = Pilek biasa.
3. Batuk + Lendir + Bersin + Pilek + Sakit tubuh +
Kelemahan + Demam ringan = Flu.
4. Batuk kering + Bersin + Nyeri tubuh + Kelemahan +
Demam tinggi + Kesulitan bernapas + Hilangnya indra pengecap dan perasa =
Corona virus.
Departemen patologi AIIMS,
Din. Kes.
(Sumber status facebook: https://www.facebook.com/asri.supatmiati)
Baca Juga: Kapitalisme Sumber Penyebab Kemiskinan
0 Comments
Post a Comment