Allah swt tak
pernah ingkar janji. Jaminan rizki dariNya itu benar. Kuncinya dua. Yakin dan
usaha. Satu pengalaman tentang datangnya rizki dari arah tak terduga terjadi
pada kami. Di usia pertama pernikahan kami, kondisi keuangan keluarga belum
stabil seperti sekarang. Suamiku bisnis bimbingan belajar kecil - kecilan. Hanya
itu. Belum ada usaha tambahan. Waktu itu penghasilannya hanya cukup untuk
kebutuhan sehari – hari dan menabung untuk sewa rumah.
Akhir semester
genap adalah libur terpanjang bagi usaha suamiku. Sebab murid – murid bimbel
kebanyakan adalah siswa kelas akhir, yang tengah persiapan UN. Sekitar bulan April
UN dilaksanakan. UN berlangsung, jumlah murid bimbel pun menurun drastis.
Tersisa sedikit murid dari kelas lain. Sebulan kemudian mereka pun ujian dan
libur les pula. Bulan tujuh awal sekolah baru dimulai lagi.
Artinya, bisa
dikatakan selama dua bulan lebih hampir – hampir tak ada penghasilan yang kami
dapatkan. Hingga keuangan kami mulai seret. Tambah seret. Makin seret.
Masa liburan masih tersisa
sebulan lebih waktu itu, uang di tangan tinggal dua puluh ribu. Ada beberapa
pilihan bagi kami. Pertama, menghemat uang tersebut hingga masa libur usai.
Makan nasi pakai garam misalnya. Karena beras masih ada. Tinggal beli garam.
Kedua, berhutang. Tapi pilihan ini tidak disukai suamiku. Ketiga, menjadikan
uang dua puluh ribu itu sebagai modal buka pintu rezeki.
Suamiku memilih
alternatif ketiga. Dengan keyakinan bahwa setiap yang hidup pasti ada rezekinya.
Siapa yang berusaha, Allah swt pasti menghargai usaha tersebut. Allah maha
penyayang, akan memberi rezeki pada siapa yang kehendakiNya. Kami yakin Allah
swt tidak akan meninggalkan kami.
Saat itu keahlian
suamiku hanya mengajar. Maka suamiku memutuskan mencoba mencari murid privat.
Padahal kalau ditimbang pakai akal, siapa sih yang mau les masa libur begitu?
Ada sih satu dua orangtua yang memilih mengkursuskan anaknya di masa libur.
Daripada main terus, ntar lupa dengan pelajaran, mending liburan diisi kursus. Kata
mereka. Tapi orang – orang seperti itu langka.
Ya, tapi kalau
nggak dicoba nggak bakal tahu hasilnya. Akhirnya suamiku nekat saja. Uang yang
hanya dua puluh ribu di tangan itu dibuat cetak brosur cari anak les privat.
Brosur difotocopy secukup uang tersebut. Di masa remedial menuju hari bagi
raport, kami membagi brosur tersebut ke sekolah – sekolah swasta ternama di
sekitar tempat tinggal kami.
Hari pertama
selesai bagi brosur. Di rumah kami menunggu panggilan dari telepon. Ternyata
belum ada yang menghubungi. Hari kedua membagi brosur lagi. Sore harinya ada
dua telepon yang masuk menanyakan lebih lanjut tentang les. Salah satu dari
telepon itu tertarik bertemu langsung dengan suamiku. Kami diundang ke rumahnya
untuk pembicaraan lebih lanjut.
Di rumah besar itu
suamiku bernegosiasi tentang les. Bapak tersebut punya anak kelas 5 SD dan
ingin dileskan sebagai kegiatan liburan. Suamiku pasang tarif lima puluh ribu
per pertemuan. Seminggu tiga kali pertemuan.
Alhamdulillah saat
itu kami senang. Negosiasi berjalan lancar. Anak itu jadi les. Namun kami
tercengang. Karena si bapak masuk sebentar ke dalam lalu kembali dengan amplop
berisi uang. Diserahkan amplop itu ke suamiku dengan ucapan, “Om untuk lima
pertemuan dulu ya.”
Dimana – mana, yang
namanya les privat, guru dibayar belakangan. Sebab guru yang datang ke rumah
murid. Lah kalau uang les dikasih di depan, bisa saja guru tak datang lagi.
Penipu hari gini kan banyak.
Tapi itulah namanya
rezeki. Allah swt maha membolak balik hati. Si bapak percaya dengan suamiku.
Tsumma alhamdulillah. Kami pun tak jadi makan nasi pakai garam. Dan tak sempat
berutang.
Dari ceritaku, ku berpesan padamu kawan. Yakinlah akan janji rezeki
dari Allah. Berusahalah dengan jalan yang halal untuk membuka pintu – pintu rezeki.
Insya allah rezeki Allah akan datang dari pintu yang dikehendakiNya
Barakallahu lakuma
ReplyDeleteaamiin ya Allah... wa barakallahu
Delete