Mencintai
benda milik kita wajar ya. Asalkan tidak melebihi cinta pada Allah dan Rasul.
Saya mencintai buku milik saya. Dipinjam boleh. Asal dipulangkan. Sayangnya
banyak kenalan bisa minjam tapi sulit memulangkan. Selama komitmen rutin baca buku sejak
sembilan tahun lalu, setidaknya lebih dari dua puluh buku saya yang dipinjam
nggak balik.
Saya
pernah ke rumah seorang teman. Saat itu ada buku di sekitarnya. Dia berucap,
"Ini buku siapa ya? Aku lupa siapa yang punya buku ini, sangking lamanya
ku pinjam."
Saya
jadi mengaitkan peristiwa teman itu dengan masalah saya. Bisa jadi teman teman
yang pinjam buku saya ada yang ingin mengembalikannya. Tapi dia lupa siapa
pemilik buku tersebut. Karena sudah lama meminjam. Apalagi memang tak semua
buku saya tertulis identitas diri. Itu prasangka baiknya ya. Selebihnya,
wallahu a'lam bishawab.
Yang
lalu biarlah berlalu. Direlakan aja buku yang lenyap itu. Semoga buku itu
dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh orang tersebut. Jadi nggak sia sia buku
itu ada ditangannya.
Nah,
biar hal ini nggak terjadi lagi. Saya dan suami melakukan beberapa hal untuk
meminimalisir kehilangan buku yang dipinjam.
Pertama, menetapkan aturan baca di tempat.
Bagi kenalan biasa.
Bagi
kenalan umum yang belum cukup diketahui sikap amanah pada dirinya, maka bentuk
kewaspadaan kami adalah mempersilahkan mereka untuk baca di tempat. Rumah kami
didesain untuk belajar bagi anak anak yang belajar dibimbingan belajar kami.
Jadi
ada ruang diskusi yang disediakan. Diruang tersebut aktivitas membaca pun cukup
nyaman. Makanya kami menetapkan aturan begini.
Resiko
mempersilahkan orang mengambil dan meletakkan sendiri buku-buku kami adalah,
berantakan. Hemm, persis seperti kondisi diperpustakaan. Saya pikir kerja yang
paling berat dan menyita waktu bagi pustakawan adalah membereskan buku buku
pasca sentuhan pengunjung. Saya cukup kesal dengan kebiasaan orang yang tak
bisa meletakkan buku dengan benar seperti sebelum ia mengambilnya.
Makanya
saya cukup cerewet mengingatkan mereka yang sedang pilih-pilih buku hendak
dibaca, “Mohon diletakkan lagi sebagaimana keadaan semula.”
Kedua, menetapkan jangka waktu peminjaman.
Yaitu maksimal dua minggu.
Bagi
kenalan dekat yang ingin baca buku kami, boleh membawa pulang. Tapi untuk
menghindari penundaan dalam membaca dan memulangkan buku, maka baiknya memang
ada jangka waktu peminjaman. Sehingga memang peminjam serius menyelesaikan membaca
buku tersebut.
Soalnya
ada kejadian, peminjam buku cuma selera mata saja. Buku hendak dipinjam karena
tertarik dengan judulnya, nama penulisnya, desain cover atau warna covernya.
Setelah dipinjam sampai rumah buku diletak dan lama nggak dibaca.
Sampai
berlama lama nggak dibaca, buku itu tertimpa dengan buku lainnya hingga
tenggelam. Karena nggak kelihatan dipermukaan, buku jadi lupa dibaca dan
dikembalikan. Maka menetapkan jangka waktu peminjaman kami anggap sebagai cara
efektif mengatasi masalah satu ini.
Ketiga, meminta peminjam buku menceritakan
isi buku.
Berkaitan
dengan poin keempat, untuk memastikan buku benar – benar dibaca, maka kami
ingin mendengar kesan peminjam buku terhadap buku tersebut. Melalui cara ini
saya dan peminjam jadi bisa berdiskusi tentang buku tersebut. Alhasil, ilmu
yang ada di buku tersebut lebih melekat dalam ingatan kami.
Keempat, membuat daftar peminjaman dan
rajin mengingatkan tentang pengembalian buku.
Sekedar
menetapkan jangka waktu peminjaman kami pikir belum efektif jika tidak ada
kontrol. Maka untuk meminimalisir potensi terlambatnya pengembalian buku, harus
dibuat daftar peminjaman berisi nama peminjam, judul buku, tanggal peminjaman
dan pengembalian. Sehingga bila waktu pengembalian tiba buku belum kembali,
akan diingatkan.
Kelima, menganjurkan untuk foto kopy.
Hal
ini sebenarnya jarang kami lakukan. Atau bahkan belum pernah. Tapi biasanya
teman yang tertarik membaca buku kami ada yang justru menawarkan sendiri buat
foto kopy. Katanya biar membaca dengan santai. Nggak enak kalau membaca sambil
diuber – uber. Hehe.
Tapi
andainya teman yang hendak meminjam rumahnya jauh, bakal jarang ketemu, dia
super sibuk, punya cukup uang, maka kami akan anjurkan ia untuk membeli saja
buku tersebut atau foto kopy. Kami memandang hal itu sebagai cara terbaik.
Semoga
tips yang saya bagikan bermanfaat bagi teman-teman
Sama buku yang dipinjemin jangan lupa di kasi nama dan no hp. Buat mencegah orang yg minjem lupa diri dia abis minjem dr siapa. Hehehee..
ReplyDeleteBtw salam kenal ya mba 😊
iya bener tu mbak hehe... salam kenal juga mbak
DeleteSaya juga heran, kok ada orang yang minjem buku, tapi lupa itu buku siapa. Dari sini jelas bahwa buku itu tidak dibacanya!
ReplyDelete