https://penerbitbukuanak.id/ |
Seorang teman bercerita tentang teman
main anak balitanya. Bocah lelaki berusia 5 tahun itu membuka pakaian anak
perempuannya serta mencoba menyentuh bagian vital gadis kecil itu. Mengerikan
sekali ya.
Ibu beranak dua ini mengingat-ingat lagi masa
kecilnya sekitar 30 tahun lalu. Dia pun dulu bermain dengan anak laki-laki.
Tapi tak terjadi prilaku-prilaku aneh seperti yang sekarang makin marak.
Kini, pelecehan seksual bukan hanya berpotensi dilakukan orang dewasa. Para bocah pun sanggup melakukannya. Orangtua tak bisa lagi merasa aman saat anak-anaknya bermain bersama teman sebaya.
Seperti kata temanku, rasanya harus
mengawasi pergaulan anak dengan ketat. Khawatir mental anak hancur jika sedikit
saja orangtua lalai melindungi anak-anaknya.
Anak adalah peniru ulung. Ketika anak
penasaran dengan hal-hal berbau seks, pasti ada satu pelajaran tertentu yang
tanpa sadar didapatkannya. Entah dia melihat orang dewasa di sekitarnya
melakukan hal-hal berbau porno.
Atau si anak melihat hal-hal berbau porno
dari media baik televisi atau internet. Perkembangan dunia digital dalam
kondisi kehidupan serba bebas ini memang mengandung dua sisi efek. Baik dan
buruk.
Salah satu efek buruk kemajuan dunia
digital, informasi berbau porno dan kekerasan mudah menjangkau anak-anak.
Banyak kan ya, games mesum beredar di tengah-tengah para penggemar games yang
kebanyakan anak-anak.
Berdasarkan hasil survei Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), selama pandemi ada sekitar 22% anak yang
masih melihat tayangan tidak sopan dan bernuansa pornografi. (tps://nasional.kompas.com/16/08/2020)
Jadi teringat sama temanku yang lainnya.
Ibu ini termasuk cukup awas terhadap anaknya. Dia mengutamakan pengurusan
anaknya ketimbang urusan lain. Dia selalu membawa anaknya kemanapun dia
berkegiatan.
Saat mengisi kajian Islam atau saat
menghadiri majelis ilmu, anaknya kerap ikut serta. Disitu anak-anaknya
bersosialisasi dengan anak-anak dari teman-teman pengajiannya. Anak-anak itu
bermain tanpa gadget. Alhamdulillah di tempat kajian selalu tersedia suasana
kondusif bagi anak untuk bermain lari-larian.
Suatu saat di hari lebaran, keluarga si
ibu berkumpul bersama keluarga besarnya di rumah orangtua. Anak-anak si ibu
bermain bersama sepupu-sepupunya. Waktu ingin ke toilet, si ibu melihat
anak-anak itu berkerumun di bagian belakang rumah.
Ketika didatangi, ternyata mereka sedang
menonton tayangan panas di satu ponsel. Hal ini terjadi beberapa tahun lalu. Ya
Allah sakitnya hati si ibu menyaksikan hal itu. Mudahnya anak terpapar tontonan
rusak. Rasa penasaran mereka yang tinggi harus dikotori dengan tayangan
merusak.
Dari situ kita bisa kembali menyadari,
ada dua hal yang secara langsung mempengaruhi kesehatan tumbuh kembang anak,
baik mental maupun fisik. Yakni sistem informasi dan pengasuhan orangtua.
Kedua hal itu berkaitan secara tidak
langsung oleh baik buruknya pengurusan negara terhadap rakyatnya. Lemahnya
pengasuhan orangtua terhadap anak berkaitan dengan aspek pendidikan dan ekonomi.
Disinilah negara terlihat gagal, ketika
sistem pendidikan tak mampu membentuk para orangtua ideal. Banyak orangtua tak
sadar bahaya gadget. Sehingga membiarkan anak memiliki gadget tanpa pengawasan.
Pengelolaan ekonomi secara kapitalistik
oleh negara pun semakin mempersulit hidup rakyat, yang akhirnya memaksa para
orangtua untuk lebih fokus mencari biaya hidup keluarga ketimbang maksimal
merawat dan mendidik anak-anaknya.
Sistem informasi negeri ini juga sama
lemahnya, tak mampu mensterilkan dunia digital dari konten-konten perusak
mental anak. Kebijakan menutup situs-situs porno menjadi tampak setengah hati,
tak serius membasmi pornografi secara tuntas.
Ya, tentu hal itu sulit sekali. Karena
para pemilik gadget dengan mudahnya bisa langsung memproduksi tontonan porno,
lalu menyebarnya ke dunia maya. Hal seperti itu sudah berkali-kali terjadi.
Artinya, harus ada perbaikan
besar-besaran padaa cara berpikir kita, baik individu, masyarakat dan negara.
Sadarlah bahwa selama ini kita telah mengadopsi kehidupan sekuler produk barat
ke negeri kita yang mayoritas muslim ini.
Bila kita membutuhkan aturan hidup yang mengajarkan
moral, itu adalah agama. Agama yang sempurna sebagai aturan hidup kita adalah
Islam. Sebab Islam memiliki seperangkat aturan hidup mulai akidah, ibadah
hingga muamalah.
Islam memiliki sistem ekonomi,
pendidikan, pergaulan, sanksi dan politik. Semuanya menjadi jawaban atas
keresahan kita terhadap bahaya kerusakan moral yang menyasar anak-anak kita. Mari
pelajari sistem Islam untuk mengetahui kebaikannya.
0 Comments
Post a Comment