Tuesday, March 01, 2022

Awas, Anak-Anak Juga Bisa Menjadi Pelaku Pelecehan Seksual

 

https://penerbitbukuanak.id/


Seorang teman bercerita tentang teman main anak balitanya. Bocah lelaki berusia 5 tahun itu membuka pakaian anak perempuannya serta mencoba menyentuh bagian vital gadis kecil itu. Mengerikan sekali ya.

Ibu beranak dua ini mengingat-ingat lagi masa kecilnya sekitar 30 tahun lalu. Dia pun dulu bermain dengan anak laki-laki. Tapi tak terjadi prilaku-prilaku aneh seperti yang sekarang makin marak.

Kini, pelecehan seksual bukan hanya berpotensi dilakukan orang dewasa. Para bocah pun sanggup melakukannya. Orangtua tak bisa lagi merasa aman saat anak-anaknya bermain bersama teman sebaya.

Seperti kata temanku, rasanya harus mengawasi pergaulan anak dengan ketat. Khawatir mental anak hancur jika sedikit saja orangtua lalai melindungi anak-anaknya.

Anak adalah peniru ulung. Ketika anak penasaran dengan hal-hal berbau seks, pasti ada satu pelajaran tertentu yang tanpa sadar didapatkannya. Entah dia melihat orang dewasa di sekitarnya melakukan hal-hal berbau porno.

Atau si anak melihat hal-hal berbau porno dari media baik televisi atau internet. Perkembangan dunia digital dalam kondisi kehidupan serba bebas ini memang mengandung dua sisi efek. Baik dan buruk.

Salah satu efek buruk kemajuan dunia digital, informasi berbau porno dan kekerasan mudah menjangkau anak-anak. Banyak kan ya, games mesum beredar di tengah-tengah para penggemar games yang kebanyakan anak-anak.

Berdasarkan hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), selama pandemi ada sekitar 22% anak yang masih melihat tayangan tidak sopan dan bernuansa pornografi. (tps://nasional.kompas.com/16/08/2020)

Jadi teringat sama temanku yang lainnya. Ibu ini termasuk cukup awas terhadap anaknya. Dia mengutamakan pengurusan anaknya ketimbang urusan lain. Dia selalu membawa anaknya kemanapun dia berkegiatan.

Saat mengisi kajian Islam atau saat menghadiri majelis ilmu, anaknya kerap ikut serta. Disitu anak-anaknya bersosialisasi dengan anak-anak dari teman-teman pengajiannya. Anak-anak itu bermain tanpa gadget. Alhamdulillah di tempat kajian selalu tersedia suasana kondusif bagi anak untuk bermain lari-larian.

Suatu saat di hari lebaran, keluarga si ibu berkumpul bersama keluarga besarnya di rumah orangtua. Anak-anak si ibu bermain bersama sepupu-sepupunya. Waktu ingin ke toilet, si ibu melihat anak-anak itu berkerumun di bagian belakang rumah.

Ketika didatangi, ternyata mereka sedang menonton tayangan panas di satu ponsel. Hal ini terjadi beberapa tahun lalu. Ya Allah sakitnya hati si ibu menyaksikan hal itu. Mudahnya anak terpapar tontonan rusak. Rasa penasaran mereka yang tinggi harus dikotori dengan tayangan merusak.

Dari situ kita bisa kembali menyadari, ada dua hal yang secara langsung mempengaruhi kesehatan tumbuh kembang anak, baik mental maupun fisik. Yakni sistem informasi dan pengasuhan orangtua.

Kedua hal itu berkaitan secara tidak langsung oleh baik buruknya pengurusan negara terhadap rakyatnya. Lemahnya pengasuhan orangtua terhadap anak berkaitan dengan aspek pendidikan dan ekonomi.

Disinilah negara terlihat gagal, ketika sistem pendidikan tak mampu membentuk para orangtua ideal. Banyak orangtua tak sadar bahaya gadget. Sehingga membiarkan anak memiliki gadget tanpa pengawasan.

Pengelolaan ekonomi secara kapitalistik oleh negara pun semakin mempersulit hidup rakyat, yang akhirnya memaksa para orangtua untuk lebih fokus mencari biaya hidup keluarga ketimbang maksimal merawat dan mendidik anak-anaknya.

Sistem informasi negeri ini juga sama lemahnya, tak mampu mensterilkan dunia digital dari konten-konten perusak mental anak. Kebijakan menutup situs-situs porno menjadi tampak setengah hati, tak serius membasmi pornografi secara tuntas.

Ya, tentu hal itu sulit sekali. Karena para pemilik gadget dengan mudahnya bisa langsung memproduksi tontonan porno, lalu menyebarnya ke dunia maya. Hal seperti itu sudah berkali-kali terjadi.

Artinya, harus ada perbaikan besar-besaran padaa cara berpikir kita, baik individu, masyarakat dan negara. Sadarlah bahwa selama ini kita telah mengadopsi kehidupan sekuler produk barat ke negeri kita yang mayoritas muslim ini.

Bila kita membutuhkan aturan hidup yang mengajarkan moral, itu adalah agama. Agama yang sempurna sebagai aturan hidup kita adalah Islam. Sebab Islam memiliki seperangkat aturan hidup mulai akidah, ibadah hingga muamalah.

Islam memiliki sistem ekonomi, pendidikan, pergaulan, sanksi dan politik. Semuanya menjadi jawaban atas keresahan kita terhadap bahaya kerusakan moral yang menyasar anak-anak kita. Mari pelajari sistem Islam untuk mengetahui kebaikannya.

 

 

 

 

 

 

 

0 Comments

Post a Comment