![]() |
Tribunnews.com |
Umumnya, pramuniaga sebuah toko bakal
beramah tamah atau minimal bermuka cerah pada pengunjung toko yang datang.
Harapannya, dengan begitu pengunjung lebih berminat untuk membeli. Sebab,
selain faktor benda yang dijual, pelayanan juga cukup menentukan terjadinya
jual beli. Tapi beberapa kali berkunjung ke toko sekitar rumah saya,
penampakannya tak demikian.
Saat berkunjung ke toko assesoris hp, sang
pramuniaga yang berwajah ketat membuntuti saya. Saya paham, bahwa ia memang
ditugaskan demikian, berada di sisi pengunjung toko agar bisa memberi bantuan.
Tapi dengan wajah tak ramah, ditambah satu sikap lagi yang cukup bikin tak
nyaman (dia buru-buru merapikan barang yang baru saja saya pegang, dihadapan
saya), saya pikir itu kurang etis.
Di Ramadhan ini, hal serupa terjadi lagi.
Kemarin saya menemani suami membeli baju koko ke sebuah toko. Kami datang ke
toko itu memang awal sekali. Toko itu belum sempurna dibuka, kami sudah
memilih-milih baju. Masih ada yang menyapu dan mengeluarkan baju-baju untuk
dipajang dibagian depan toko.
Saat sedang memilih-milih baju, seorang
pramuniaga menghampiri kami, dengan wajah datar. Saat itu keadaan masih normal.
Hingga saat kami minta size lain dari baju pilihan kami kepadanya. Tanpa
berusaha mencari lebih maksimal, diapun bilang size yang kami minta tidak ada.
Masih dengan wajah cemberut bahkan kelihatan
lebih buruk lagi ekspresinya. Kalau boleh saya simpulkan menurut penglihatan
saya, dia tidak suka kami mintakan bantuan. “Cari saja dari apa yang dilihat”,
seolah begitu kata wajahnya.