intipseleb.com |
Manusia memang makhluk kreatif. Ada
saja hal baru yang dilakukannya. Hal ini terjadi pula di bulan suci Ramadhan
tahun ini. Ada peristiwa baru yang muncul. Netizen menyebutkan dengan istilah
‘war’ takjil. Istilah tersebut mengandung arti berburu takjil. Aktivitas baru
yang melibatkan muslim dan non muslim ini viral di media sosial. Ramai akun
yang berbagi semacam keseruan berlomba berburu takjil oleh muslim dan non
muslim.
Semisal apa yang dibagian oleh akun
Instagram @pecintabiang beberapa waktu lalu. Dia non muslim namun senang
berburu takjil selama Ramadhan. Ada lagi akun youtube @Ditakerang_Official yang
membagikan beberapa video saat ia dan keponakannya berburu takjil.
Aksi membeli takjil oleh nonmuslim tak
sebatas sekedar membeli, tapi di suatu tempat ada yang sampai memborong
dagangan gorengan. Mereka membeli takjil lebih dulu daripada muslim. Sehingga
muslim yang ingin membeli takjil tak kebagian.
"Gara-gara nonis (non islam, Red)
ikut berburu takjil, jam 5 sore gorengan udah pada abis. Disisain bakwan
gundul doang, udah enggak ada tepung
kriuknya," keluh seorang pengguna X (dulu Twitter).
"Mereka keluar waktu kita lagi koma-komanya,"
tulis salah satu konten di TikTok, menggambarkan situasi bahwa kalangan
non-muslim membeli takjil ketika mereka yang berpuasa sedang tidak ada tenaga
untuk mengantre takjil.
Becandanya nonmuslim perihal takjil sampai ke gereja.
Bertebaran sejumlah video yang memperlihatkan beberapa pendeta menyerukan
perang takjil. Pendeta bernama Marcel mengajak jemaatnya berburu takjil pukul
15.00 WIB. Sebab saat itu umat Islam belum keluar membeli takjil. Ada yang
membalas aksi non muslim ini dengan ancaman bernada canda, bahwa nanti saat
perayaan paskah, mereka akan memborong semua telur.
Ya, tak seharusnya sikap non muslim dalam hal ini kita
anggap serius. Hampir semua orang suka makan. Semua orang suka jajan. Melihat
begitu banyak makanan yang dijual di bulan Ramadhan, wajar non muslim pun ikut
menyemarakkan momen Ramadhan. Jika non muslim memborong takjil hingga muslim
tak kebagian, di satu sisi berarti keuntungan bagi penjual takjil dan muslim
bisa buat takjil sendiri. Atau penjual takjil bisa produksi dagangannya lebih
banyak lagi. Kalau suatu saat barang dagangannya berlebih bisa dibagi – bagi
sebagai sedekah yang pahalanya masya allah berlipat ganda di bulan puasa.
Ngomong – ngomong tentang menyemarakkan bulan Ramadhan,
saat ini begitulah model semaraknya, yang menyemarakkan adalah masyarakat itu
sendiri. Sebab saat ini kita hidup di sistem sekuler liberal. Penguasa lebih
bersikap pasif di bulan Ramadhan. Kalaupun ikut menyemarakkan, itu seadanya.,
tidak viral seperti yang diperbuat oleh masyarakat.
Nuansa Ramadhan yang dibangun pun sebatas yang berkaitan
dengan jajanan berbuka puasa, tarawih dan sedikit agenda tausyiah. Bagaimana suasana
Ramadhan ketika umat Islam menerapkan syariat Islam secara total dalam naungan
Khilafah?
Dalam pemerintahan yang berbasis akidah Islam dan
menjalankan syariat Islam secara total, yang utama mewarnai suasana Ramadhan
adalah negara. Sebab negara dalam Islam berfungsi sebagai pengurus dan
pelindung rakyat serta bertugas menyiarkan Islam bagi non muslim. Negara Islam
dalah negara dakwah. Pastilah Ramadhan bersuasanakan ibadah. Kentalnya suasana
ibadah dalam kehidupan Islam menjadi esensi Ramadhan itu sendiri.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, di malam
pertama bulan Ramadhan beliau segera menjalankan salat maghrib di masjid
sebagai imam. Lalu selesai salat khalifah berkhutbah. Lalu khalifah mengirim
surat ke para wali yang isinya meminta mereka agar melaksanakan tarawih di
masjid secara berjamaah.
Khalifah Umar sendiri yang menyediakan makanan untuk
berbuka puasa bagi rakyatnya. Khalifah membangun sebuah rumah untuk melayani
orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan serta orang – orang yang
membutuhkan makan.
Di masa Rasulullah saw suasana Ramadhan lebih heroik
lagi. Ramadhan diisi dengan jidah fi sabilillah. Pada 17 Ramadhan tahun ke 2
Hijriyah, Nabi saw beserta para sahabatnya melakukan perang badar. Pada perang
ini kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke
8 Hijriyah, Rasulullah saw berhasil menaklukkan kota Mekkah tanpa perang,
melalui skenario perjanjian Hudaibiyyah. (Mushannaf ‘Abdir
Razaq, juz 4/264).
Suasana Ramadhan dalam khilafah tak sebatas itu,
lebih dari itu pelaksanaan Islam secara total mencegah terjadinya maksiat.
Tidak ada yang buka aurat, bergaul bebas, terlibat riba, pakai narkoba dan
maksiat lainnya. Jadi Ramadhan riil nuansa takwa. Berbeda dengan hari ini
dimana ibadah Ramadhan jalan, maksiat pun tetap ada berjalan bersamaan.
0 Comments
Post a Comment