Friday, March 22, 2024

War Takjil Semarakkan Ramadhan


intipseleb.com

Manusia memang makhluk kreatif. Ada saja hal baru yang dilakukannya. Hal ini terjadi pula di bulan suci Ramadhan tahun ini. Ada peristiwa baru yang muncul. Netizen menyebutkan dengan istilah ‘war’ takjil. Istilah tersebut mengandung arti berburu takjil. Aktivitas baru yang melibatkan muslim dan non muslim ini viral di media sosial. Ramai akun yang berbagi semacam keseruan berlomba berburu takjil oleh muslim dan non muslim.

Semisal apa yang dibagian oleh akun Instagram @pecintabiang beberapa waktu lalu. Dia non muslim namun senang berburu takjil selama Ramadhan. Ada lagi akun youtube @Ditakerang_Official yang membagikan beberapa video saat ia dan keponakannya berburu takjil.

Aksi membeli takjil oleh nonmuslim tak sebatas sekedar membeli, tapi di suatu tempat ada yang sampai memborong dagangan gorengan. Mereka membeli takjil lebih dulu daripada muslim. Sehingga muslim yang ingin membeli takjil tak kebagian.

"Gara-gara nonis (non islam, Red) ikut berburu takjil, jam 5 sore gorengan udah pada abisDisisain bakwan gundul doang, udah enggak ada tepung kriuknya," keluh seorang pengguna X (dulu Twitter).

"Mereka keluar waktu kita lagi koma-komanya," tulis salah satu konten di TikTok, menggambarkan situasi bahwa kalangan non-muslim membeli takjil ketika mereka yang berpuasa sedang tidak ada tenaga untuk mengantre takjil.

Becandanya nonmuslim perihal takjil sampai ke gereja. Bertebaran sejumlah video yang memperlihatkan beberapa pendeta menyerukan perang takjil. Pendeta bernama Marcel mengajak jemaatnya berburu takjil pukul 15.00 WIB. Sebab saat itu umat Islam belum keluar membeli takjil. Ada yang membalas aksi non muslim ini dengan ancaman bernada canda, bahwa nanti saat perayaan paskah, mereka akan memborong semua telur.

Ya, tak seharusnya sikap non muslim dalam hal ini kita anggap serius. Hampir semua orang suka makan. Semua orang suka jajan. Melihat begitu banyak makanan yang dijual di bulan Ramadhan, wajar non muslim pun ikut menyemarakkan momen Ramadhan. Jika non muslim memborong takjil hingga muslim tak kebagian, di satu sisi berarti keuntungan bagi penjual takjil dan muslim bisa buat takjil sendiri. Atau penjual takjil bisa produksi dagangannya lebih banyak lagi. Kalau suatu saat barang dagangannya berlebih bisa dibagi – bagi sebagai sedekah yang pahalanya masya allah berlipat ganda di bulan puasa.

Ngomong – ngomong tentang menyemarakkan bulan Ramadhan, saat ini begitulah model semaraknya, yang menyemarakkan adalah masyarakat itu sendiri. Sebab saat ini kita hidup di sistem sekuler liberal. Penguasa lebih bersikap pasif di bulan Ramadhan. Kalaupun ikut menyemarakkan, itu seadanya., tidak viral seperti yang diperbuat oleh masyarakat.

Nuansa Ramadhan yang dibangun pun sebatas yang berkaitan dengan jajanan berbuka puasa, tarawih dan sedikit agenda tausyiah. Bagaimana suasana Ramadhan ketika umat Islam menerapkan syariat Islam secara total dalam naungan Khilafah?

Dalam pemerintahan yang berbasis akidah Islam dan menjalankan syariat Islam secara total, yang utama mewarnai suasana Ramadhan adalah negara. Sebab negara dalam Islam berfungsi sebagai pengurus dan pelindung rakyat serta bertugas menyiarkan Islam bagi non muslim. Negara Islam dalah negara dakwah. Pastilah Ramadhan bersuasanakan ibadah. Kentalnya suasana ibadah dalam kehidupan Islam menjadi esensi Ramadhan itu sendiri.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, di malam pertama bulan Ramadhan beliau segera menjalankan salat maghrib di masjid sebagai imam. Lalu selesai salat khalifah berkhutbah. Lalu khalifah mengirim surat ke para wali yang isinya meminta mereka agar melaksanakan tarawih di masjid secara berjamaah.

Khalifah Umar sendiri yang menyediakan makanan untuk berbuka puasa bagi rakyatnya. Khalifah membangun sebuah rumah untuk melayani orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan serta orang – orang yang membutuhkan makan.

Di masa  Rasulullah saw suasana Ramadhan lebih heroik lagi. Ramadhan diisi dengan jidah fi sabilillah. Pada 17 Ramadhan tahun ke 2 Hijriyah, Nabi saw beserta para sahabatnya melakukan perang badar. Pada perang ini kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke 8 Hijriyah, Rasulullah saw berhasil menaklukkan kota Mekkah tanpa perang, melalui skenario perjanjian Hudaibiyyah. (Mushannaf ‘Abdir Razaq, juz 4/264).

Suasana Ramadhan dalam khilafah tak sebatas itu, lebih dari itu pelaksanaan Islam secara total mencegah terjadinya maksiat. Tidak ada yang buka aurat, bergaul bebas, terlibat riba, pakai narkoba dan maksiat lainnya. Jadi Ramadhan riil nuansa takwa. Berbeda dengan hari ini dimana ibadah Ramadhan jalan, maksiat pun tetap ada berjalan bersamaan.

0 Comments

Post a Comment