Judul buku : Sarvatraesa Sang Petualang
Penulis :
Dian Nafi
Penerbit :
Diandra Pustaka Indonesia
Tahun terbit : Cetakan pertama , 2013
Ketebalan :
158 hal
ISBN :
978-602-1612-04-0
Sarvatraesa, seorang lelaki tampan dan
cerdas yang sukses berkarir sebagai dokter tentara. Ia memiliki istri yang setia
dan dua orang buah hati, disenangi banyak teman dan adik-adik senior dalam
bidang profesinya. Rasanya hidup Sarva sudah sempurna. Tak perlu memiliki
masalah yang berarti dalam hidupnya.
Sayang, ia mencapai semuanya karena rasa
dendam. Ia ingin membuktikan diri dihadapan Mayana, gadis yang dimasa SMA
membuatnya jatuh cinta. Mayana berhasil membuat Sarva penasaran setengah mati
karena sikap ‘jual mahal’ yang ia tunjukkan. Mayana dan Sarva sempat menjadi
sepasang kekasih karena suatu insiden. Namun hubungan itu berakhir menyakitkan.
Sarva tak pernah bisa memenangkan hati Mayana.
Dalam memuluskan jalannya mencapai
kesuksesan di kampus, Sarva mendekati anak salah satu profesornya yang bernama
Davina. Kebetulan Davina memang cinta berat pada Sarva. Meski Sarva terus
terang tentang hatinya yang tertambat hanya pada Mayana, namun Davina tetap
bersedia menikah dengan Sarva.
Davina menjadi istri super sabar
menghadapi suaminya yang menjadi petualang cinta, memacari wanita di setiap
daerah tempat suaminya bertugas. Sikap mertua yang merendahkan harga diri
Sarva, memperkeruh hubungan Sarva dengan Davina . Sarva menjadi manusia
bermasalah sepanjang hidupnya. Membawa-bawa beban berat sakit hati , hingga
tega menyakiti banyak hati.
Tetapi sebagai makhluk yang memiliki awal
dan akhir, petualangan Sarva juga ada akhirnya. Saat ia lelah dengan beban
kerasnya hati, ia pun memilih mengikuti satu persen kebaikan yang tersisa dalam
dirinya. Hal tersebut tak terlepas dari jasa istri dan guru spiritualnya yang
setia mendampingi masa-masa sulitnya.
“Kini dia mulai paham dan mengerti. Di
balik sebuah hati yang selalu belajar ikhlas, pelan-pelan akan muncul hati yang
lembut. Keterburu-buruan berbalut ambisi dan dendam yang dia kira positif pada
mulanya telah membawanya menjadi keras hati dan bebal (hal. 142)
“Di depannya kini sudah terlihat
bentangan surga yang jelas dan indah. Jangan sia-siakan dengan mereguk
kenikmatan surga di tempat lain yang bukan menjadi hakmu, seru Sarva pada
dirinya sendiri dalam hati. (hal.146)
Saya benar-benar tidak suka dengan
karakter ketiga tokoh sentral dalam novel ini. Sarva yang mem PHP banyak wanita,
tega mengorbankan banyak hati hanya karena seorang wanita yang menolaknya. Lagian
itu kan di masa SMA. Lebay amat mesti terus di bawa-bawa hingga usia makin
dewasa.
Mayana yang tidak bersikap tegas pada
Sarva. Kalau menolak ya bilang dengan jelas dan secara baik-baik dong biar orangnya
mengerti. Sampai akhir cerita Mayana tetap misterius, tidak jelas jalan
hidupnya.
Sementara Davina, bayangkan, sudah
jelas-jelas cintanya bertepuk sebelah tangan kok mau-maunya dinikahi. Bagaimana
ia bisa bertahan lama-lama hidup dengan lelaki buaya.
Betapa tak enak hidup seperti
Sarvatraesa, yang senantiasa membawa beban berat dendam di hatinya. Betapa tak
enak menjadi Davina, yang merendahkan harga dirinya. Memilih lelaki dengan
standar cinta buta, jauh dari kriteria pasangan yang dianjurkan untuk dipilih menurut
Islam. Dan janganlah bersikap seperti Mayana, yang lemah dalam menunjukkan
sikap sesungguhnya.
Sepanjang cerita saya memang diliputi
rasa kesal dengan sosok lelaki bernama
Sarvatraesa. Selain itu, tak banyak kalimat inspiratif yang bisa didapati dalam
novel ini, kecuali di beberapa halaman terakhir saja. Namun tetap saja, setiap
karya patut diapresiasi. Berharap karya-karya mbak Nafi selanjutnya semakin
bagus. Sukses terus ya mbak.
Terima kasih atas review-nya ya. Aamiin aamiin ya rabbal alamiin. Terima kasih atas doa dan harapannya juga. Sukses terus buat Eva:)
ReplyDeleteamin..iya mbak makasih kembali :)
Delete