Judul
Buku :
Kumpulan Cerpen Islam: Trio Mujahid
Penulis : Dian Auliya
Penerbit :
Leutikaprio
Tahun
Terbit : 2012
Jumlah
halaman : 202
Cetakan : Pertama
ISBN :
978-602-225-318-1

“Alihkan perhatianmu pada hal-hal yang bermanfaat. Perbanyak
aktivitas hingga membuatmu melupakannya,” begitu katanya waktu itu.
“Naluri
cinta itu tak seperti orang lapar, Dek. Lapar itu muncul dari dalam diri
manusia, dan harus segera dipenuhi. Tapi rasa cinta, dia hadir akibat pengaruh
fakta dan pemikiran dari luar. Karenanya harus pinter-pinter mengalihkannya dan
tidak fokus padanya jika memang belum siap untuk melaksanakan pernikahan.” (hal.
15-16)
Kesabaran Hesty mengikuti lika-liku
hidupnya dengan tetap berpegang teguh pada ajaran agama, akhirnya dihadiahi
Allah Swt sesuatu yang membuatnya benar-benar merasa bahagia
Ada tema tentang keteladanan seorang guru seperti
judul cerpen “Jam Pertama”, bercerita tentang empat sekawan bernama Ridho,
Iqbal, Bayu, dan Dedi. Ke empat pelajar SMA ini terkenal badung, selalu membuat
jengkel teman-teman dan guru-guru mereka. Guru-guru mereka sampai angkat tangan
dan berpendapat agar mereka berempat dikelurkan saja dari sekolah. Namun ada
satu guru yang istimewa bagi mereka, Pak Hadi. Tidak seperti guru-guru lainnya,
Pak Hadi masih memberi kesempatan bagi Ridho, Iqbal, Bayu dan Dedi untuk
berubah jadi anak yang baik.
“Pak
Hadi adalah salah seorang guru terbaik yang kami miliki. Beliau dengan
nasihatnya yang meski terlalu tajam, namun selalu menggugah dan menyadarkan.
Beliau selalu menghargai pekerjaan kami tanpa pernah menghina dan meremehkan
hasil jerih payah pemikiran kami. Dengan tulus, beliau meluruskan kesalahan
kami.” (hal. 35)
Ending yang mengharukan, saat Pak Hadi
mengalami kecelakaan dan meninggal dunia.
Kini,
beliau telah pergi. Rasanya masih bagai mimpi. Nyaris belum bisa kupercaya
kalau semua ini nyata. Tapi...., gundukan tanah yang kian basah, wajah-wajah
yang biasa riang kini berselimut duka, semua menyadarkanku bahwa esok, tak akan
ada lagi Pak Hadi. Tak akan kutemui sosok berwibawa itu. Tak akan ku dengar
lagi segala nasihatnya”.
Kini,
bersama duka bak awan hitam pekat menyelimuti langit, hanya ada harapan yang
tersisa untuk Pak Hadi, semoga Allah memberi tempat terbaik di sisi-Nya,
sebagaimana beliau selalu berharap kami bisa menjadi yang terbaik. Nasihatnya
akan senantiasa terpatri di jiwa-jiwa kami. Seluruh motivasi yang diberinya
akan mengiringi langkah kami mengarungi kehidupan dan menyongsong masa depan.
(Hal. 36)
Ada pula tema perjuangan Islam seperti
judul cerpen “Trio Mujahid”. Cerpen ini merupakan cerita andalan di buku ini,
sekaligus dijadikan sebagai judul dari buku ini. Terinspirasi dari perjuangan
para mujahid di bumi Palestina, cerpen ini menceritakan tiga bersaudara bernama
Azzam, Yasin, dan Ayyasy. Ammah Fathimah ingin mereka menjadi para mujahid.
Baca Juga: Dia Menghargaiku Bukan Dengan Pesta
“Mujahid
itu adalah pejuang. Pejuang kebenaran. Pembela agama Allah. Pembela kehormatan
Islam dan kaum muslim”. (hal. 193)
Sejak
kecil ketiganya diperkenalkan oleh Ammah Fathimah dengan kondisi umat Islam yang
dijajah bangsa kafir. Mereka selalu diajak melihat gambar-gambar
saudara-saudara muslim yang dibantai kaum kafir. Seperti muslim Palestina yang
dibantai Israel laknatullah.
Layar
laptop masih menyala. Di depannya, tiga pasang mata mungil nan bundar tak
berkedip memandang slide show gambar yang bergantian menghiasi layar.
Gambar-gambar yang sungguh membuat air mata meleleh. Mengacak-acak naluri dan
rasa kemanusiaan Bahkan pada anak-anak kecil enam hingga sepuluh tahunan itu
sekalipun.
“Itu
adik bayi. Ada lubang dan darah di dadanya. Kasihan ya......dia mati sebelum
sempat besar kayak kita. Kenapa dia dibunuh, Ammah? Ammah bilang, anak kecil
kan nggak berdosa. Kalo nggak berdosa kenapa dibunuh? Berarti yang membunuh
itu, orang jahat, kan, Ammah?” dengan penuh simpati Azzam mengungkap
perasaannya yang begitu polos. (hal. 188-189).
Apakah harapan Ammah Fathimah kepada
Azzam, Yasin, dan Ayyasy terwujud? Silahkan baca sendiri bukunya ya.
Secara umum, semua cerpen di buku ini menarik
untuk dibaca. Menambah kecintaan pada Islam dan menambah wawasan keIslaman.
Hanya ada beberapa catatan dari saya. Seperti ketidakjelasan pada cerita pada
cerpen “Trio Mujahid”. Tidak jelas siapa sebenarnya Ammah Fathimah, apakah ibu
ketiga tokoh yang diceritakan ataukah pengasuh mereka. Kalau ibu mereka, kenapa
ada kalimat yang menunjukkan bahwa mereka punya ibu dan itu bukan Ammah
Fathimah.
“Masya Allah, Ammah. Itu kan seperti Ummi
dan Ammah Fathimah”(Hal. 189)
Kalau
Ammah Fathimah itu pengasuh, kenapa berperan sangat besar mendidik ketiganya.
Kalau orangtua ketiganya sudah meninggal dan mereka diasuh Ammah Fathimah,
itupun tidak ada petunjuk dalam cerita ini.
Selain itu, umumnya karya fiksi kaya
dengan kalimat-kalimat sastra yang puitis. Tapi di buku ini minim nuansa
sastra. Banyak pula kalimat panjang yang cukup melelahkan membacanya. Di luar itu
semua, sebagai karya pertama, buku ini bagus dan layak dibaca. Semoga karya ini
bisa menambah berat timbangan pahala Dian Auliya di akhirat kelak, amin.
Islamic Reading Challenge 2015
Baca Juga: Berani Membuka Pintu Rezeki
Penasaran sama kisah Azzam, Yasiin, Ayyasi.
ReplyDeletePalestina, banyak kisah menyentuh dan menguras air mata di sana
monggo dibeli bukunya mbak :)
Delete