Thursday, June 04, 2015

Keluargaku Bentengku

egiitubeda.blogspot.com
Dia pelajar berseragam putih merah.Tapi, 6 bulan lagi ia akan berganti seragam, putih biru. Baru saja dia kedatangan tamu bulanan alias menstruasi. Fungsi organ tubuhnya sudah menuju kesempurnaan sebagaimana orang dewasa. Dia lagi puber, sedang beranjak remaja.

Ternyata tak selugu umurnya, dia banyak tahu. Televisi mengajarkannya makna kebahagiaan. “Bahagia ialah kalo kamu punya hp keluaran terbaru, baju bermerk, makan di restoran, dan semua kamu dapatkan dari pacarmu”.

Games mendidiknya untuk senang menghabiskan waktu sia-sia. Internet membuka wawasannya tentang hal-hal baru. Sayangnya, sesuai dengan paham hidup yang berkembang saat ini, dia lebih banyak menyerap wawasan busuk. Just fun for your life, lakukan apapun yang menyenangkan bagimu.Kalo ajaran kebaikan dari rumah, mungkin ada.

Dan sudah seharusnya seseorang dapat pendidikan di rumah.Namun, sepertinya kurang berpengaruh.

Jadi nggak pakek rasa risih, ketika dia menjalin hubungan dengan orang yang lebih pantas jadi bapaknya. Dia pacaran dengan wakil kepala sekolahnya.

Karena cinta? Aduh jangan alasan itu lagi deh. Basi. Punya pacar lelaki berduit bisa mewujudkan kebahagiaan sebagaimana ajaran di TV. Bumbu syahwat bisa jadi juga menyertai. Kan dia belajar tentang itu juga dari dunia maya.

Mau bilang apa ya, hemm miris banget. Anak ingusan yang seharusnya getol bergelut dengan pelajaran, tapi malah pacaran.

Dan dia menjadi selingkuhan gurunya sendiri. Ya Allah, sudah sedemikian rusakkah pemuda saat ini.Prilaku si guru lebih layak lagi disesali. Pendidik kok nggak mendidik.
Pada kisah ini, saya ingin bahas pentingnya keluarga. Benteng pertama dan utama bagi seseorang adalah keluarga, terutama ibu.

Sedemikian rusaknya lingkungan, ketika keluarga sekuat tenaga membentengi anak dengan pendidikan Ilahiyah, insya allah kebaikan yang ada. Berharap terbentukanak sekualitas Fatimah Az Zahra, atau faqih sekelas Imam syafi’i saat ini memang sulit.

Tapi, setidaknya anak yang dididik dengan baik di rumah pasti enggan melakukan dosa pacaran, apalagi pacarannya sama orang seumuran bapaknya.

Kalau kamu ibu muda, atau mungkin pengantin baru yang mendambakan keturunan, pembahasan berikut semoga bisa menambah khasanah keilmuan kamu tentang mendidik anak. Kalo kamu belum menikah atau masih duduk dibangku kuliah dan sekolah, pembahasan berikut ini juga baik untuk kamu.

Karena meski status kalian saat ini adalah seorang anak, kalian adalah calon ibu. Harapan kita, generasi setelah kita nantinya akan terbentuk sebagai generasi muslim yang sholeh dan sholeha.

Di awal, seseorang harus sadar bahwa anak itu bukan milik orangtua. Tapi, anak adalah titipan Allah Swt. Yang memiliki manusia dan makhluk lainnya adalah Allah Swt.

Kalau kamu sudah berpikir demikian, maka jika kamu menjadi orangtua, kamu akan didik anakmu untuk mencintai Tuhannya, Rasulnya dan agamanya.

Jangan takut orangtua akan kehilangan cinta si anak kalo diajarkan mencintai Penciptanya. Yang ada, malah anak akan sangat mencintai dan amat menghormati ibu bapaknya dengan indah. Iya. Karena Allah yang memerintahkan demikian.

Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Lukman ayat 13 sd 19 : “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

(Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Jelas bahwa ajaran utama pada anak ialah cinta kepada Allah, lalu cinta pada orangtua baru kemudian melaksanakan hukum-hukum Islam lainnya. Jadikan keluarga kita sebagai benteng utama untuk menghadapi kerusakan sistem hidup sekuleristik saat ini.

0 Comments

Post a Comment