Tuesday, February 06, 2024

Tekanan Hidup Menjadikanku Lebih Berkembang

dok. pribadi

Dalam satu ceramah Ustadz Felix Siauw berkata bahwa kedewasaan seseorang ditentukan oleh tekanan dan tujuan hidup. Ucapan itu kembali membuatku merenungi hidupku. Apa yang beliau katakan benar adanya.

Tekanan hidup bisa menjadikan seseorang lebih berkembang, namun bisa pula menjadikannya semakin terpuruk. Tergantung bagaimana seseorang merespon tekanan tersebut. Ustadz Felix mencontohkan dirinya, saat pertama kali kuliah. Saat itu adalah pertama kalinya beliau mengurus dirinya sendiri.

Beliau hanya dibekali sejumlah uang untuk kehidpan sehari – hari. Awalnya beliau galau, karena tak tahu harus berbuat apa. Bagaimana cara membeli makanan, bagaimana cara ini dan itu beliau tak tahu. Hal itu merupakan sebuah tekanan hidup bagi beliau. Pada akhirnya tekanan itu membuatnya belajar bagaimana mengatur keuangannya dan menjalani kehidupan sehari – hari sebagai mahasiswa secara mandiri.

Kembali ke dalam diriku. Aku merasakan hal yang sama. Beberapa tahun belakangan aku berada di zona nyaman. Ku rasakan hidupku datar, menjalani hidup dengan lancar. Aku sempat terlena dengan keadaan. Harusnya aku lebih banyak menulis dan membaca. Harusnya aku lebih banyak berkarya. Namun justru aku lebih suka nonton film dan ubek – ubek media sosial.

Setiap kali aku menyadari kalau aku perlu upgrade ilmu, yang itu kusadari dari motivasi temanku, setiap kali pula itu ku lakukan dengan setengah hati. Kurang konsisten. Kurang maksimal.

Sampai aku mengalami musibah yang aku rasakan dahsyat dalam hidupku. Aku memilih tak mendetailkannya disini. Yang pasti musibah itu merupakan sebuah tekanan terbesar sepanjang hidupku. Menguras air mata dan pikiran. Belum pernah tidurku terganggu seperti saat itu. Belum pernah kurasakan sakitnya hati sesakit itu. Sekitar setahun setengah hal itu berlangsung.

Kini aku bersyukur telah melewati satu setengah tahun tanpa kondisi lebih terpuruk dari sebelumnya. Malah saat ini kudapati diriku melakukan hal – hal yang sebelumnya ku tunda – tunda. Aku telah serius mempelajari tahsin quran. Hingga kini aku menjadi pengajar tahsin quran dan pengurus sebuah rumah Quran. Aku mulai membiasakan diri lagi untuk membaca buku. Kini aku memberanikan diri membuka kelas online untuk berbagi isi buku yang aku baca.

Aku mulai lagi mengulangi hafalan quran yang dulu pernah ku hapal tetapi lama tidak muraja’ah. Bahkan ku tambah hafalanku. Aku menjaga konsistensi hapalan dengan mengikuti kelas tahfizh online. Ada guru tahfizh yang mengontrol hafalanku, tempatku setoran dan mengulang hapalan.

Aku juga ingin kembali serius mengelola akun tik tok ku. Aku ingin secara kontinyu mengisinya dengan konten – konten islami serta ada jadwal live juga. Yang lebih penting dari itu, aku berani mengambil keputusan berdasarkan pemikiran yang jernih.

Hal yang sebelumnya tak berani ku lakukan. Sebelumnya aku merasa terikat dengan satu kondisi buruk yang kuharapkan dapat kembali membaik. Kini aku berani menyimpulkan dan berhenti berhadap perubahan dari seseorang yang tak komitmen pada perbaikan.

Aku berhasil berpikir akan menata kembali hidupku dengan lebih baik. Meminimalkan aktivitas sia – sia dan menggantinya dengan aktivitas berkualitas. Membaca, menulis, ngonten, menyebarkan Islam secara online maupun offline, berolahraga dan makan makanan sehat.

Apapun yang terjadi, harus disadari sebagai takdir terbaik dari Allah swt. Cara terbaik menyikapi takdir adalah ridho dan mengambil hikmah serta melakukan yang terbaik yang kita bisa, sesuai tuntunan al Quran dan as Sunnah. Terkadang masih sedih, tapi bahagia pasti datang. Karena suka duka alamiahnya akan selalu datang bergantian dalam hidup kita. Welcome hidup baruku. Ku menanti kejutan – kejutan indah dari Rabbku. In sya allah

0 Comments

Post a Comment