Wednesday, February 07, 2024

Kok Pegawai Negeri Banyak Yang Nganggur?

           

liputan6.com

Pegawai negeri banyak yang nganggur?

Jadi ingat masa – masa aku dulu waktu SMK. Dulu saat kami Praktek Kerja Lapangan (PKL), dengar cerita dari teman – teman yang dapat tugas di kantor pemerintahan ya gitu. Mereka disuruh sama bapak dan ibu di kantor itu untuk fotokopi, buatkan teh dan pekerjaan lainnya yang tidak berhubungan dengan jurusan sekolah kami.

Sementara terlihat oleh teman – temanku, banyak pegawai kantor disana yang pagi – pagi minum kopi, baca koran dan merokok. Mereka tidak melakukan pekerjaan apapun dalam waktu yang cukup lama, beberapa jam. Terkesan nganggur sih memang.

Rupanya masalah semisal dibicarakan oleh menteri. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas, mengatakan manajemen kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di setiap Kementerian/Lembaga harus rutin dicek, agar tidak ada kesenjangan kerja antar ASN. Beliau mengatakan bahwa kadang ada pegawai yang terlihat sibuk sekali, namun ada juga yang nganggur.

Pegawai negeri yang pernah saya lihat tampak sibuk seperti di Bank Perkreditan Rakyat (BRI), Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil), Samsat dan semacamnya.

Menurut Pak Menteri, terjadinya kesenjangan manajemen kerja tersebut terjadi lantaran kewenangannya tidak terbagi dengan baik, sehingga pekerjaan tidak tercapai dengan optimal.

Nah, benar itu. Seharusnya jumlah pegawai memadai diletakkan di tempat – tempat pelayanan publik dimana masyarakat biasanya berkumpul. Sebaliknya, pada kantro – kantor yang tidak membutuhkan pegawai yang banyak, jumlah pegawainya dipangkas. Terlihat ada usaha perbaikan memang, tapi tidak optimal.

Pak Menteri menyoroti soal sistem merit di Kementerian dan Lembaga. Sistem merit adalah proses mempromosikan dan mempekerjakan pegawai pemerintah berdasarkan kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan, bukan pada koneksi politik mereka. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata sistem merit di berbagai Kementerian dan Lembaga memang bermasalah.

Soal manajemen kepegawaian ini memang soal teknis. Sebenarnya mudah diselesaikan. Tapi menurut saya kemauan itu yang kurang. Kepedulian pada tugas sebagai pelayan masyarakat tidak maksimal disadari oleh para pejabat. Sehingga masalah yang mudah diatasi pun bisa menjadi sulit. Begitulah, semua berangkat dari kesadaran.

Disitu mulai berat masalahnya, karena semakin kesini manusia semakin egois. Hal itu yang diajarkan oleh paham kapitalisme sekuler. Saat hidup dijalani hanya untuk mengejar kenikmatan dunia, maka manusia akan cenderung memikirkan kepentingan dirinya, tanpa mengkhawatirkan persoalan akhirat.

Mereka tak berpikir tentang amanah pekerjaan yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Alhasil, bekerja pun selalu tak optimal, mengabaikan kesungguh – sungguhan.

Referensi: liputan6.com

0 Comments

Post a Comment