RRI.co.id |
Hari
ini tanggal 27 Rajab 1445 Hijriyah, umat Islam memperingati Isra’ Mi’raj Nabi
Saw. Di hari ini pada seribu empat ratus tahun yang lalu Nabi kita tercinta Muhammad
saw diperjalankan oleh Allah swt dalam satu malam, dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsho hingga sampai ke Sidratul Muntaha.
Hal
ini dikabarkan oleh Allah swt dalam al Quran: “Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kamu perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
(QS. Al Isra: 01)
Sering
sekali, ketika datang peringatan Isra’ Mi’raj, kita diberi pengetahuan oleh
para penceramah di lingkungan kita, bahwa perjalanan Rasulullah saw tersebut
membawa misi untuk menerima perintah solat 5 waktu.
Namun
pencerahan yang lebih dari itu bisa kita dapatkan dari kajian – kajian lainnya
di luar lingkungan kita. Di satu kajian saya mendapatkan wawasan, bahwa saat
Rasulullah saw sedang berada di Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsho, Rasulullah
Muhammad saw mengimami salatnya para nabi yang lain. Dari situ tersirat makna
politik bagi umat Islam, yakni keberadaan Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin bagi
umatnya.
Pasca
Isra’ Mi’raj, Rasulullah saw bertemu dengan orang – orang Madinah, yang
kemudian membaiat Rasulullah saw untuk beriman serta memberi kepemimpinan
wilayah mereka pada Rasulullah saw. Orang – orang Madinah yang kemudian disebut
sebagai kaum Anshar ini juga berjanji akan melindungi Rasulullah saw
sebagaimana mereka melindungi keluarga mereka sendiri.
Sejak
Rasulullah saw tiba di Madinah, berdirilah kepemimpinan Islam. Rasulullah saw
bertindak sebagai kepala negara disana, yang mengurus urusan masyarakat Madinah
dengan wahyu yang diturunkan Allah swt. Bersama Rasulullah saw ikut serta
sebagian besar muslim Mekkah. Sehingga masyarakat Madinah saat itu terdiri dari
3 kelompok, yakni sebagian besar muslim (muhajirin dan anshor), yahudi dan
sebagian kecil musyrik.
Masyarakat
Madinah diikat dengan aturan Islam dalam bentuk piagam Madinah. Sejak itu, perlahan
tapi pasti, cahaya Islam semakin menerangi bumi. Sejak itu, Islam masif
menyebar luas ke berbagai penjuru dunia. Manusia hidup aman dan sejahtera dalam
naungan kepemimpinan Islam atau kekhilafahan setelah wafatnya Rasullah saw.
Kini
cahaya Islam sedang redup. Kepemimpinan Islam telah runtuh. Umat Islam berada
dalam kondisi terpuruk. Salah satu kondisi umat Islam yang menyayat hati adalah
apa yang saat ini terjadi di Palestina. Puluhan ribu muslim kehilangan nyawa.
Tanah mereka di rampas oleh Zionis Yahudi laknatullah ‘alaih.
Makanya
tema yang tepat diangkat pada Rajab ini, sebagaimana agenda peringatan Isra’ Mi’raj
yang diadakan oleh Ma’had Syaraful Haramain, yang juga ditayangkan melalui
channel youtube lembaga tersebut, yakni “Menapaki Jalan Nabi, Seruan Untuk
Membela Bumi Yang Diberkahi”.
Al
Aqsho merupakan tanah yang diberkahi Allah swt. Ustadz Felix Siauw dalam agenda
tersebut menyebutkan bahwa selama 14 tahun hidup Rasulullah saw sebagai Nabi,
tepatnya 13 tahun di Mekkah dan 17 bulan di Madinah, al Aqsho menjadi kiblat
salat. Maka erat sekali kaitan al Aqsho dengan Nabi kita tercinta Muhammad saw.
Negeri
para anbiya itu sedang berada dalam kekuasaan penjajah dan tanah suci tersebut
hanya bisa dibebaskan ketika umat Islam bersatu dalam naungan khilafah seperti
dulu. Saat muslim bercerai – berai seperti sekarang, tersekat – sekat ke dalam
ikatan kebangsaan, saat itulah umat Islam lemah dan mudah dijajah.
Saat umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan Khilafah Islamiyah, sat itulah tanah suci Palestina bisa dibebaskan. Cahaya Islam pun akan kembali menerangi kehidupan manusia dan dunia. Di momen seratus tahun keruntuhan khilafah ini, semoga inilah saatnya. Aamiin ya Allah.
Mari menapaki jalan kebangkitan Nabi Saw.
0 Comments
Post a Comment