Thursday, January 06, 2022

Serial Layangan Putus Bikin Jomblo Takut Nikah?

 


Tontonan drama bertema perselingkuhan selalu mengundang banyak perhatian perempuan. Benci aksinya, tapi suka nontonnya. Nonton sambil gregetan. Entahlah.

Sebelum drama Layangan Putus, ada drama korea The World Of Married yang meledak dipasaran. Padahal tontonan semacam itu diwarnai aura negatif semisal adegan panas, amarah, benci, ketakutan dan kesedihan.

Alhasil benar saja, efeknya gamaphobia. Pemilik akun twitter dengan nama Dewi Leba ngetweet, “Dampak dari #layangan putus yang belum nikah jadi takut menikah dan negatif thinking aku sama pasangan”.

Sampai-sampai Anya Geraldin sebagai pemeran dalam drama tersebut ikutan mengaku takut nikah, karena takut punya suami kayak Aris.

"Amit-amit sih kalau punya suami kayak Mas Aris. Makin tua jadi makin takut nikah," kata Anya dalam salah satu cuitan di akun Twitter @anyaselalubenar.

Gamaphobia adalah istilah untuk menyebutkan ketakutan akan pernikahan. Cirinya, seseorang akan berkeringat, jantung berdebar bahkan pusing hanya dengan memikirkan komitmen atau pernikahan.

***

Terlalu ekstrim memang, kalau menyebut Serial Layangan Putus sebagai penyebab gamaphobia pada penontonnya. Barangkali tontonan tersebut memang tidak secara langsung ataupun satu-satunya alasan seseorang mengalami gamaphobia.

Namun ada trauma yang muncul dari seringnya menyaksikan satu peristiwa tertentu. Dalam situs alodokter.com dijelaskan, kalau fobia nikah muncul karena kegagalan hubungan masa lalu atau pengalaman masa kecil.

Barangkali seseorang melihat orangtua yang buruk atau perceraian. Jadi tontonan dengan tema serupa membangkitkan memori kelam itu, hingga menambah rasa takut akan komitmen pernikahan.

***

Alodokter.com juga menjelaskan cara mengatasi gamaphobia pada seseorang, ketika dia memang ingin keluar dari trauma tersebut. Tapi solusi yang ditawarkan tidak menyentuh aspek spiritual.

Kalau menurut pengalamanku sendiri, aku lebih memilih solusi religi untuk mengatasi masalah batin tersebut. Mungkin tidak sampai tingkat gamaphobia sih. Tapi sebelum rutin belajar Islam, aku juga pernah pesimis pada sebuah hubungan.

Dulu aku sempat berpikir, akan sangat sulit menemukan lelaki yang baik. Karena yang aku lihat, ada sosok lelaki kasar. Ada yang mudah saja pergi meninggalkan isterinya dan menikah lagi dengan orang lain. Ada yang cuek sama anak isterinya, malah dekat dengan perempuan lain dan sebagainya.

Ketika bertemu dengan teman-teman yang mengajakku hijrah, perlahan pandanganku berubah. Aku mulai mengerti masalahnya secara lebih mendasar. Para lelaki tak berakhlak ini muncul karena lemahnya peran pendidikan dalam membentuk karakter dirinya.

Dalam keluarga, pendidikan tak terarah dan tak maksimal. Sementara pendidikan formal cenderung bersifat teoritis, minus dorongan pengamalan. Lengkap deh.

Aku juga jadi paham, perselingkuhan banyak terjadi bukan karena niat awal seseorang, melainkan karena ada kesempatan. Yakni adanya pergaulan yang tak terbatas antara laki-laki dan perempuan.

Banyak perselingkuhan berawal dari pertemanan intens, yang lama-lama menimbulkan kenyamanan. Nabi tak salah ketika mengatakan bahwa pandangan itu bak anak panah beracun yang menghancurkan anak Adam. Semua berawal dari mata, hingga turun ke hati.

Hal ini masih ditambah karakter masyarakat kita, yang tak lagi ketimuran, melainkan sudah kebarat-baratan. Terutama di kota-kota besar. Semisal di kantoran, melihat ada potensi selingkuh, orang-orang sekitar cuek. Prinsipnya, selama kita tak merasa terganggu biarin aja, itu urusan dia, nggak usah ngurusin urusan orang lain.

Pemahaman agama yang minim, ditambah ada peluang berselingkuh, hilang deh rasa malu. Akalnya tak lagi sehat, namun nafsunya justru berusaha mencari pembenaran. Kayak kata-kata Aris di Layangan Putus, “Nggak ada yang salah dengan kita, karena kita saling cinta”.

Satu lagi, yang membuat lelaki seenaknya nyakitin perempuan atau adanya praktek perselingkuhan, karena semua itu tak diberi sanksi tegas oleh negara. Kalau suami tidak KDRT, hanya ninggalin isteri begitu saja, ada nggak sanksinya? Tidak.

Kalau ada perselingkuhan dan isteri si lelaki tak melaporkan ke polisi, ada nggak sanksinya? Tidak.

Kalau isteri melapor tapi tidak memiliki dana, tuntas dengan adil dan memuaskan nggak kasus itu biasanya? Tidak.

Kalau dalam Islam, segala bentuk pelanggaran pada aturan Allah swt adalah tindak kriminal yang ada hukumannya. Suami yang abai pada perannya, isteri yang selingkuh misalnya, semua akan diberi sanksi secara tegas. Tegas artinya memberi efek jera. Enak ya hidup pakai aturan Islam yang menjamin keadilan.

***

Dalam proses perbaikan pemikiranku, aku tak hanya mengkaji ilmu-ilmu Islam, aku juga mengarahkan pandanganku pada keluarga teman-teman pengajianku. Disitu hatiku makin membaik.

Kulihat ada suami yang menjemur pakaian anak isterinya. Ada suami siaga yang siap antar jemput isterinya mengaji. Ada suami yang menjaga anak-anaknya, sementara isterinya memberi ceramah pengajian.

Ada suami yang mengajarkan anaknya membaca al Quran. Ada suami yang membawakan tas isterinya, sementara isterinya menggendong anak. Banyak dari mereka tetap terlihat mesra, meski usia pernikahan sudah lama dan bahkan belum memiliki anak.

Dalam pengajian, kami diajarkan cara menjaga keutuhan rumah tangga. Resepnya 5. Pertama, tingkatkan terus iman dan takwa. Caranya dengan ngaji rutin. Hal ini diantaranya untuk menjaga rasa syukur atas pernikahan yang terjadi.

Kedua, jaga relasi dengan lawan jenis. Sejak ngaji, aku tak pernah lagi punya teman akrab laki-laki. Interaksi dengan lelaki sekedarnya saja, saat ada kepentingan tertentu yang mendesak.

Ketiga, menjauhkan diri dari campur baur (ikhtilat) dan berdua-duaan (khalwat). Ini juga sejak ngaji selalu berusaha ku hindari. Dengan ditambah menggunakan hijab syar’i, alhamdulillah hingga sekarang bisa terhindari dari pelecehan.

Keempat, memilih pasangan yang sehaluan dan bisa diajak kompak untuk selalu menghidupkan suasana pernikahan. Aku berusaha dan berdoa agar mendapat pasangan ideal. Tata cara mencari suami sesuai Islam berusaha ku ikuti.

Alhamdulillah, Allah swt mengabulkan harapanku. Meski tak sempurna, karena memang tak ada manusia yang sempurna, aku mendapatkan suami yang menyenangkan. Hingga kini kami masih terus sama sama merawat pernikahan ini agar tetap hidup. Semoga seterusnya demikian. Aamiin.

0 Comments

Post a Comment