Tontonan drama bertema perselingkuhan
selalu mengundang banyak perhatian perempuan. Benci aksinya, tapi suka
nontonnya. Nonton sambil gregetan. Entahlah.
Sebelum drama Layangan Putus, ada drama korea
The World Of Married yang meledak dipasaran. Padahal tontonan semacam itu
diwarnai aura negatif semisal adegan panas, amarah, benci, ketakutan dan
kesedihan.
Alhasil benar saja, efeknya gamaphobia. Pemilik akun twitter dengan nama Dewi Leba ngetweet, “Dampak dari #layangan putus yang belum nikah jadi takut menikah dan negatif thinking aku sama pasangan”.
Sampai-sampai Anya Geraldin sebagai
pemeran dalam drama tersebut ikutan mengaku takut nikah, karena takut punya
suami kayak Aris.
"Amit-amit sih
kalau punya suami kayak Mas Aris. Makin tua jadi makin takut nikah,"
kata Anya dalam salah satu cuitan di akun Twitter @anyaselalubenar.
Gamaphobia adalah istilah untuk
menyebutkan ketakutan akan pernikahan. Cirinya, seseorang akan berkeringat,
jantung berdebar bahkan pusing hanya dengan memikirkan komitmen atau
pernikahan.
***
Terlalu ekstrim memang, kalau menyebut
Serial Layangan Putus sebagai penyebab gamaphobia pada penontonnya. Barangkali
tontonan tersebut memang tidak secara langsung ataupun satu-satunya alasan
seseorang mengalami gamaphobia.
Namun ada trauma yang muncul dari seringnya
menyaksikan satu peristiwa tertentu. Dalam situs alodokter.com dijelaskan,
kalau fobia nikah muncul karena kegagalan hubungan masa lalu atau pengalaman
masa kecil.
Barangkali seseorang melihat orangtua
yang buruk atau perceraian. Jadi tontonan dengan tema serupa membangkitkan
memori kelam itu, hingga menambah rasa takut akan komitmen pernikahan.
***
Alodokter.com juga menjelaskan cara
mengatasi gamaphobia pada seseorang, ketika dia memang ingin keluar dari trauma
tersebut. Tapi solusi yang ditawarkan tidak menyentuh aspek spiritual.
Kalau menurut pengalamanku sendiri, aku
lebih memilih solusi religi untuk mengatasi masalah batin tersebut. Mungkin
tidak sampai tingkat gamaphobia sih. Tapi sebelum rutin belajar Islam, aku juga
pernah pesimis pada sebuah hubungan.
Dulu aku sempat berpikir, akan sangat
sulit menemukan lelaki yang baik. Karena yang aku lihat, ada sosok lelaki
kasar. Ada yang mudah saja pergi meninggalkan isterinya dan menikah lagi dengan
orang lain. Ada yang cuek sama anak isterinya, malah dekat dengan perempuan
lain dan sebagainya.
Ketika bertemu dengan teman-teman yang
mengajakku hijrah, perlahan pandanganku berubah. Aku mulai mengerti
masalahnya secara lebih mendasar. Para lelaki tak berakhlak ini muncul
karena lemahnya peran pendidikan dalam membentuk karakter dirinya.
Dalam keluarga, pendidikan tak terarah
dan tak maksimal. Sementara pendidikan formal cenderung bersifat teoritis,
minus dorongan pengamalan. Lengkap deh.
Aku juga jadi paham, perselingkuhan
banyak terjadi bukan karena niat awal seseorang, melainkan karena ada
kesempatan. Yakni adanya pergaulan yang tak terbatas antara laki-laki dan
perempuan.
Banyak perselingkuhan berawal dari
pertemanan intens, yang lama-lama menimbulkan kenyamanan. Nabi tak salah ketika mengatakan bahwa
pandangan itu bak anak panah beracun yang menghancurkan anak Adam. Semua
berawal dari mata, hingga turun ke hati.
Hal ini masih ditambah karakter
masyarakat kita, yang tak lagi ketimuran, melainkan sudah kebarat-baratan. Terutama di kota-kota besar. Semisal di
kantoran, melihat ada potensi selingkuh, orang-orang sekitar cuek. Prinsipnya,
selama kita tak merasa terganggu biarin aja, itu urusan dia, nggak usah
ngurusin urusan orang lain.
Pemahaman agama yang minim, ditambah ada
peluang berselingkuh, hilang deh rasa malu. Akalnya tak lagi sehat, namun nafsunya justru
berusaha mencari pembenaran. Kayak kata-kata Aris di Layangan Putus, “Nggak ada
yang salah dengan kita, karena kita saling cinta”.
Satu lagi, yang membuat lelaki seenaknya
nyakitin perempuan atau adanya praktek perselingkuhan, karena semua itu tak
diberi sanksi tegas oleh negara. Kalau suami tidak KDRT, hanya ninggalin isteri begitu saja, ada
nggak sanksinya? Tidak.
Kalau ada perselingkuhan dan isteri si
lelaki tak melaporkan ke polisi, ada nggak sanksinya? Tidak.
Kalau isteri melapor tapi tidak memiliki
dana, tuntas dengan adil dan memuaskan nggak kasus itu biasanya? Tidak.
Kalau dalam Islam, segala bentuk
pelanggaran pada aturan Allah swt adalah tindak kriminal yang ada hukumannya.
Suami yang abai pada perannya, isteri yang selingkuh misalnya, semua akan
diberi sanksi secara tegas. Tegas artinya memberi efek jera. Enak ya hidup
pakai aturan Islam yang menjamin keadilan.
***
Dalam proses perbaikan pemikiranku, aku tak
hanya mengkaji ilmu-ilmu Islam, aku juga mengarahkan pandanganku pada keluarga
teman-teman pengajianku. Disitu hatiku makin membaik.
Kulihat ada suami yang menjemur pakaian
anak isterinya. Ada suami siaga yang siap antar jemput isterinya mengaji. Ada
suami yang menjaga anak-anaknya, sementara isterinya memberi ceramah pengajian.
Ada suami yang mengajarkan anaknya
membaca al Quran. Ada suami yang membawakan tas isterinya, sementara isterinya
menggendong anak. Banyak dari mereka tetap terlihat mesra, meski usia
pernikahan sudah lama dan bahkan belum memiliki anak.
Dalam pengajian, kami diajarkan cara
menjaga keutuhan rumah tangga. Resepnya 5. Pertama, tingkatkan terus iman dan
takwa. Caranya dengan
ngaji rutin. Hal ini diantaranya untuk menjaga rasa syukur atas pernikahan yang
terjadi.
Kedua, jaga relasi dengan lawan jenis. Sejak ngaji, aku tak pernah lagi punya
teman akrab laki-laki. Interaksi dengan lelaki sekedarnya saja, saat ada
kepentingan tertentu yang mendesak.
Ketiga, menjauhkan diri dari campur baur
(ikhtilat) dan berdua-duaan (khalwat). Ini juga sejak ngaji selalu berusaha ku hindari. Dengan ditambah
menggunakan hijab syar’i, alhamdulillah hingga sekarang bisa terhindari dari
pelecehan.
Keempat, memilih pasangan yang sehaluan
dan bisa diajak kompak untuk selalu menghidupkan suasana pernikahan. Aku berusaha dan berdoa agar mendapat
pasangan ideal. Tata cara mencari suami sesuai Islam berusaha ku ikuti.
Alhamdulillah, Allah swt mengabulkan harapanku. Meski tak sempurna, karena memang tak ada manusia yang sempurna, aku mendapatkan suami yang menyenangkan. Hingga kini kami masih terus sama sama merawat pernikahan ini agar tetap hidup. Semoga seterusnya demikian. Aamiin.
0 Comments
Post a Comment