Bencana meletusnya Gunung Semeru jadi salah satu bencana besar di Indonesia, yang menyisakan kesedihan mendalam terutama bagi para korban. Perhatian berbagai kalangan tertuju kesana dengan berbagai bentuknya.
Hal itu juga mendorong para pemerhati
publik untuk mengadakan kajian-kajian, guna memahami apa yang sedang terjadi.
Mencoba memetik hikmah dari persoalan yang ada.
Salah satu kajian tentang Semeru diadakan oleh Channel Youtube Ngaji Subuh. Dibahas oleh seorang ilmuwan bernama Prof. Ing. Fahmi Amhar, dengan judul pembahasan “Ilmu Langit Dan Ilmu Dunia (Belajar dari Semeru)”
Profesor Fahmi menjelaskan bahwa
sebenarnya para ahli masih memperdebatkan bencana Semeru, mengapa seolah olah
tidak ada peringatan dini. Ada yang menduga alat-alat sensor di kawah gunung
semeru sudah rusak.
Atau barangkali alat sensornya kotor.
Karena sudah sekian lama alat – alat itu terkena debu dan tidak dibersihkan.
Sehingga meski alat sensor itu masih berfungsi, namun tak mampu lagi
mengirimkan data.
Kalau dari Pusat Fulkanologi Dan Mitigasi
Bencana Geologi mengatakan, status Gunung Semeru sebelum meletus, baru level 2.
Gunung berstatus level 2 artinya waspada. Kalau di level 3 artinya siaga.
Gunung dengan status level 4, artinya
awas. Di level 4 itulah harusnya gunung meletus. Hal ini juga menimbulkan tanya
banyak pihak. Sebagian ada yang berpendapat bahwa saat itu bencana bukan
disebabkan gunungnya ‘batuk’, tapi karena guguran lava. Kabarnya, ahli terkait
masih terus menyelidiki hal ini.
Prof. Fahmi Amhar sempat mengucapkan
kalimat yang menggelitik terkait info penyebab bencana semeru. Katanya, “Mudah-mudahan
dalam waktu dekat tidak ada rahasia lagi diantara kita.”
***
Menurut pandangan Profesor Fahmi sendiri,
dalam menghadapi fenomena bencana yang ada di Indonesia, harus dipahami dari
dua kaki, yakni ilmu langit dan ilmu dunia.
Ilmu langit berarti dimensi teologis
yakni keimanan dan ketakwaan pada Allah swt. Dalam al Quran surat al Mulk
ayat 2 dijelaskan bahwa Allah swt akan senantiasa menguji manusia untuk
mengetahui siapa yang paling baik amalnya.
Maka dari sisi keimanan, sebagai muslim
kita meyakini bahwa bencana adalah ujian dari Allah swt bagi orang-orang
beriman. Bencana sebagai pengingat, agar yang merasakannya kembali taat pada
Allah swt bila sebelumnya mereka bermaksiat.
Bagi muslim yang tidak terkena bencana,
melihat ada daerah lain yang menghadapi bencana, mereka harus bersyukur serta
menolong saudaranya yang tertimpa musibah itu.
Tidak boleh orang yang melihat orang lain
terkena musibah justru menghujat dengan memandang korban bencana adalah ahli
maksiat. Sebab tak selamanya bencana ditimpakan Allah swt pada ahli maksiat.
Profesor Fahmi bercerita tentang Palu.
Saat gempa di Palu, banyak korban yang merasakan gempa saat mereka sedang
salat. Akibatnya, lebih dari 50 masjid rusak berat. Bagi mereka yang taat,
bencana dimaksudkan Allah swt untuk melatih mereka bersabar dan tawakkal.
Kita juga melihat banyak daerah lainnya
yang tidak kena bencana, padahal maksiat banyak disana. Seperti pesugihan yang
ada di sekitar solo. Namun disana tidak terjadi bencana. Bagi umat Muhammad
saw, ada adzab yang ditunda hingga hari kiamat.
Namun, ada juga kondisi dimana orang
menjadi korban bencana dan dia mati dalam keadaan maksiat. Hal seperti inilah
yang dikatakan seseorang yang mendapat adzab. Karena hidupnya berakhir saat
bencana dan dia belum bertobat.
Satu hal yang pasti, seperti yang Allah
swt sampaikan dalam al Quran surat al Baqarah ayat 214 bahwa semua manusia akan
diberi ujian, baik dalam bentuk kesusahan ataupun kenikmatan.
Dengan memahami ilmu langit ini, muslim
akan siap menghadapi berbagai ujian dalam hidup. Ketika diberi kesenangan dia akan
bersyukur dan tidak terlena serta tetap taat. Ketika dia diberi kesusahan dia
bersabar dan tetap taat pada Allah swt.
***
Sementara bicara tentang ilmu dunia
berarti tentang dimensi teknologis dan sosiologis. Menurut Profesor Fahmi,
bencana apapun harusnya membuat manusia makin cerdas mempelajari sifat sifat
bencana.
Harus disadari, Indonesia berada tepat di
batas-batas lempeng Eurasi, Hindia, Australia dan Pasifik. Kita punya 129
gunung api aktif. Semua berpotensi gempa, longsor, tsunami dan erupsi yang
mampu menghancurkan.
Kita juga berada dipersimpangan angin dan
arus laut antara Asia – Australia dan antara Hindia – Pasifik. Maka ancaman
banjir, abrasi gelombang pasang, puting beliung, kekeringan hingga kebakaran
hutan juga akan dihadapi. Hal ini masih ditambah dengan bencana akibat ulah
manusia sendiri.
Rasul saw bersabda: Tiadalah Allah
turunkan penyakit, kecuali Allah turunkan pula obatnya (HR. Bukhari)
“Setiap penyakit pasti memiliki obat.
Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin
Allah swt (HR. Muslim)
Maka untuk setiap bencana pasti ada cara
menanggulanginya. Inilah yang harus dipelajari secara sungguh-sungguh oleh
manusia.
Continue......
Baca Juga: Catatan Dari Kelas Online 'Find Out Rasulullah's Habbits (Part 1)
Prof. Fahmi Amhar: “Hadapi Bencana Dengan Dua Kaki” (Part 2)
0 Comments
Post a Comment