Alhamdulillah kali ini berkesempatan mengikuti Talk Show tentang ilmu parenting yang diadakan oleh Sekolah Tahfizh Plus (STP) SD Khairu Ummah Medan. Saya sudah lama mengenal sekolah ini. Sudah pernah juga membahasnya disini.
Tapi kali ini saya mendapat pengetahuan lebih dalam dari sekolah ini. Tema yang dibahas pada talk show ini ialah “Membentuk Syakhsiyah
Islam Sejak Dini”.
Syakhsiyah adalah istilah bahasa arab yang artinya kepribadian. Syakhsiyah Islam seseorang bisa diukur dari pola pikir dan pola sikapnya. Pola pikir merupakan cara seseorang menilai benar atau salah pada segala sesuatu.
Kalau pola sikap ialah cara seseorang berprilaku dalam menjalani kesehariannya. Seseorang dikatakan memiliki syakhsiyah Islam, jika pola pikirnya dalam menilai benar atau salah berstandarkan Islam dan pola sikapnya dalam menjalani keseharian sesuai halal haram menurut Islam.
Hari ini, muslim yang memiliki syakhsiyah
Islam jumlahnya sedikit. Apalagi pada anak muda. Derasnya arus informasi karena
kemajuan teknologi digital, membawa gaya hidup bebas ala barat dan timur
menyentuh anak-anak muslim, dekat hingga ke genggaman mereka. Yup, melalui
sarana gadget.
Banyak anak-anak muslim mengidolakan
blackpink. Justru sahabat Rasulullah saw seperti Mushab bin Umair misalnya, tak
mereka kenal. Karena media yang berorientasi bisnis lebih suka menyajikan
tontonan laris, yakni hiburan.
Alhasil, mendidik anak di zaman ini bagi
orangtua merupakan tantangan yang berat. Butuh ekstra perhatian. Pada talk
show kali ini, tim STP SD Khairu Ummah Medan menjelaskan keunggulan dari
sekolah tersebut dalam membentuk kepribadian Islam anak.
Pemateri sekaligus kepala sekolah dari
STP SD Khairu Ummah Medan, Ustazah Sri Cahyo Wahyuni menjelaskan, bahwa membentuk
pola sikap anak jauh lebih sulit dari pembentukan pola pikir.
Mengajarkan anak pemahaman Islam, cukup
di kelas. Tapi belum tentu pengetahuan itu dijalankan. Sebagai contoh, anak
paham bahwa mencontek itu haram dalam Islam. Namun saat ujian, mereka justru
berusaha mencontek.
Jadi sebagai sarana membentuk kebiasaan
anak, program unggulan sekolah ini adalah keberadaan KHS (Kegiatan Harian
Siswa). Kurikulum di sekolah ini, termasuk KHS disusun oleh founder sekolah
yakni Ustazah Ummu Khair, bersumber dari kehidupan Rasulullah saw dan para
sahabat.
KHS dirinci sedemikian rupa, mencakup
ibadah, kebersihan, kesehatan dan lain sebagainya. Disini anak dilatih untuk
mandiri, disiplin dan konsisten menjalankan KHS. Jadi orangtua yang memandu
anak untuk menjalankan KHS di rumah, dari bangun tidur hingga tidur lagi.
Bagi anak yang berhasil menjalankan aktivitas
sesuai KHS, akan diberi penilaian berupa tanda bintang di catatan hariannya.
Tanda bintang ini nantinya yang menjadi bahan evaluasi bagi perkembangan
pendidikan anak.
contoh KHS |
***
Mungkin ada yang memandang, program
semacam KHS ini merepotkan orangtua. Karena masih banyak orangtua yang
memandang kalau memasukkan anak ke sekolah berarti tanggungjawab pendidikan
sebagian besar dilakukan oleh sekolah.
Disinilah Ustazah Sri Cahyo Wahyuni
menjelaskan bahwa kehadiran STP SD Khairu Ummah bermaksud mendudukkan kembali peran
orangtua sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak.
Allah swt memang menjadikan orangtua
sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap perawatan dan pendidikan
anak. Sekolah hanya sebagai pendamping. Bukan sebaliknya.
Maka disini kehadiran KHS justru
memudahkan orangtua untuk menjalankan peran pendidikan pada anak. Bagi orangtua
murid sekolah ini, disediakan pula kajian rutin tentang mendidik anak. Ada
forum diskusi juga bagi orangtua dan guru-guru untuk konsultasi tentang masalah
yang dihadapi ketika menjalankan KHS.
Seperti dikatakan di awal, membentuk
prilaku anak tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh kesabaran orangtua
untuk terus mengulang-ulang aktivitas dalam KHS setiap harinya.
Disamping itu, dalam menjalankan
program KHS pada anak, hal-hal berikut ini harus diperhatikan oleh orangtua:
1. Pendidikan terbaik adalah teladan
Anak adalah peniru ulung, terutama pada orangtuanya. Disinilah
orangtua tidak boleh lupa. Jika ingin punya anak yang baik, mereka dahulu yang
harus baik.
Jika ingin anak suka belajar, orangtua juga mesti menunjukkan
semangat belajar. Jika ingin anak salih, maka orangtua dahulu yang harus
mensalihkan diri.
Jika orangtua bisanya hanya menyuruh-nyuruh, anak akan sangat sulit
untuk melakukan kebiasaan baik seperti yang diharapkan.
2. Dunia anak dunia bermain
Meskipun target program KHS adalah membentuk keteraturan pada anak, bukan berarti harus dilakukan secara kaku, seperti mendisiplinkan tentara.
Anak bukan robot, bukan juga tentara. Anak-anak adalah makhluk kecil yang belum matang akalnya. Mereka suka dunia bermain. Terutama anak usia 0 sampai 6 tahun.
Maka cara belajar yang cocok bagi mereka adalah belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar. Dalam hal tahfizh misalnya, jangan harapkan anak bisa duduk manis dalam menghafal quran, ya dia bakal kesana kemari.
Makanya ketika ada peserta talk show yang bertanya, kenapa anak balitanya tak mau menuruti setiap arahan ibu, semisal untuk solat. Padahal sebelumnya anaknya nurut.
Ustazah Yuni bilang, itu berarti anak bosan, karena pelajaran yang diberikan tidak bernuansa bermain. Orangtua tidak boleh kaku. Diawal sampaikan pada anak kalau KHS itu sesuatu yang bagus.
Lalu perpindahan satu aktivitas ke aktivitas yang lain, dilakukan
secara alami, dengan bahasa motivasi serta pujian bila anak berhasil
melakukannya. Bukan berbentuk perintah apalagi disertai ancaman, tidak boleh.
3. Orangtua Harus Harmonis
Orangtua harus kompak. Harus bekerja sama. Karena anak juga butuh lingkungan kondusif untuk menjalankan KHS. Selain itu kerjasama juga dibutuhkan agar aktivitas orangtua lainnya seperti bekerja dan berdakwah, bisa dijalankan dengan baik.
Misalnya saat ibu di pagi hari repot menyiapkan sarapan, ayah harus bersedia menemani anak mengulang hafalan al qurannya. Ibu menemani anak berwudhu, ayah yang mengajak anak ke masjid.
4. Jangan lupa doakan
anak
Yang satu ini juga sangat penting. Allah swt yang menggenggam hati setiap hambaNya. Allah swt akan menolong hamba yang dikehendakinya. Maka orangtua tak boleh bosan mendoakan agar anak mudah dalam menjalani proses pendidikannya.
***
Pada sesi lainnya dalam talk show ini,
seorang ibu dari murid sekolah ini berbagi pengalamannya. Awalnya dia kaget
dengan adanya KHS ini. Karena dirinya sekalipun, hidupnya tak seteratur itu.
Terbayang beratnya menjalankan KHS ini.
Tapi dia teringat kembali harapan pada
anak. Dia ingin anak yang solih dan soliha. Agar perhitungan dihadapan Allah swt
kelak bisa ringan. Akhirnya dia bertekad untuk memasukkan anaknya ke Khairu
Ummah.
Pada perjalanannya, memang tidak mudah. Terkadang
ada juga rasa lelah. Suami yang mengingatkan, agar bersabar. Setelah anak sudah
kelas 5, dia menyadari betapa bagusnya program seperti KHS ini. Anaknya sudah
mulai terbiasa hidup sesuai KHS, meski tak seratus persen. Tapi terbilang sudah
cukup baik.
Menurutnya, KHS sangat membantu membentuk
pola hidup yang baik, bukan hanya bagi anak tapi juga bagi orangtua. Karena
orangtua yang sebelumnya tidak melakukan kegiatan seperti KHS ini, bisa ikut
menjalankannya saat mendampingi anak.
Pada talk show ini, Ustazah Sri Cahyo Wahyuni memang menekankan untuk masalah pembentukan pola sikap anak.
Pesan pentingnya, proses terpanjang pendidikan anak adalah pada membangun pola sikap. Ini harus disadari orangtua. Maka orangtua harus melakukannya sedini mungkin. Jangan sampai telat. Makin besar anak, makin sulit membentuknya. Kalau pembentukan sikap anak sudah telat, orangtua bisa nangis. Semisal, sulitnya mengajak anak menutup aurat.
0 Comments
Post a Comment