Tuesday, November 02, 2021

Perjalananku Turunkan Berat Badan Dari 68 kg Menjadi 55 Kg

 

Di agenda training waris kemarin, aku bertemu teman yang sudah lama tak jumpa. Satu kata pujian darinya untukku, “Eva makin cantik sekarang ya.”

“Payah kali ngurusin badan ya. Ajarin la kakak.”

Oh, baru ku mengerti, aku dibilang makin cantik karena lebih langsing ketimbang aku yang dulu. Sementara dia sudah bertambah berat badan.

Well, berat badan bagi sebagian besar perempuan memang penting. Pada umumnya hal itu terkait dengan masalah penampilan. Tapi bagi muslim tak sekedar urusan penampilan dong. Berat badan berkaitan pula dengan urusan ibadah.

Saat kita kelebihan berat badan, masalah kesehatan biasanya ikut muncul. Seperti yang pernah dikatakan temanku lainnya yang overwigth, dia sudah tak bisa menyilangkan kaki lagi saat duduk. Sesak napas juga.

Teman lainnya dengan kondisi sama bilang, bangkit dari sujud saat solat payah. Lebih cepat lelah. Yang lainnya bilang, tengkuknya pegal setiap habis makan gulai. Serta sejumlah keluhan lainnya yang berkaitan dengan kegemukan.

Memang tak semua orang kurus sehat. Tapi biasanya orang yang tak banyak punya masalah kesehatan, berat badannya ideal. Sepertinya sudah sunnatullahnya begitu. Saat lemak tubuh kita terlalu banyak misalnya, lemak itu akan mengganggu aliran darah dan akan menimbulkan resiko stroke atau gangguan jantung.

***

Aku sendiri pernah memiliki berat badan hingga 68 kg. Sepanjang hidupku, itulah berat badan tertinggi-ku. Dengan tinggi sekitar 162 cm dan usia saat itu sekitar 30 tahun, menurut kakulator BMI di situs Hello Sehat, aku kelebihan berat badan dengan indek masa tubuh atau BMI 25,9.

Meski demikian, aku belum merasakan gangguan kesehatan apapun. Hanya saja pipi cabi membuat penampilanku diprotes suami. Tapi sekedar komentar aja sih. Tidak ada tekanan dari suami untuk aku secepatnya mengurangi berat badan. Terlebih, suamiku juga mengalami hal yang sama, hehehe.

Setelah kami obrolin, kami berkesimpulan, ke depannya jika terus dibiarkan, kelebihan berat badan bisa saja menimbulkan gangguan kesehatan pada kami. Terlebih kami sedang ikhtiar untuk memiliki keturunan.

Dari situ perlahan kami mulai serius mengurangi berat badan. Aku lebih dulu action daripada suamiku. Berbagai info tentang ini ku cari. Ku temukan tentang diet mayo, yakni makan tanpa garam. Cara memasak pun hanya rebus dan kukus. No santan, no minyak.

Ku coba selama 14 hari sesuai petunjuk info itu. Hasilnya dahsyat, beratku turun 8 kg. Tapi yang berkurang sebagian besar adalah air dalam tubuh. Karena salah satu cara kerja garam adalah mengikat air dalam tubuh. Ketika garam dikurangi, pantas saja berat badan turun drastis.

Diet mayo cuma bisa dicoba selama 14 hari dalam setahun. Lebih dari itu berbahaya. Sebab tubuh kita juga butuh nutrisi yang ada pada garam. Setelah itu aku kembali terlena, kembali ke kebiasaan awal. Banyak ngemil. Sebenarnya aku dan suami suka makan, inilah tantangan terberatnya. Program kehamilanku pun longgar lagi.

Meski pola makan tak terjaga, aku mulai berolahraga. Aku senam. Aku dan suami kompak melakukannya. Meski dengan jenis olahraga berbeda. Kedisiplinan berolahraga kami pun sama. Satu dua kali olahraga, lalu berhenti untuk waktu lama. Aku masih lebih sering kembali melakukan olahraga dibanding suamiku.

Sekitar tiga tahun berikutnya pada 2020, aku kembali naik berat badan menjadi 64 kg. Saat itu aku dan suami serius kembali untuk program kehamilan. Seiring dengan bertambahnya penghasilan suamiku, kami program ke salah satu dokter spesialis kandungan terbaik di Kota Medan.

Dalam hal ini salah satu catatan pentingnya, miliki berat badan ideal. Disini kami mendisiplinkan diri untuk mencapai target berat badan ideal. Semua hal tentang ini diperhatikan. Mengatur kebutuhan nutrisi tubuh yang seimbang namun defisit kalori. Memenuhi kebutuhan air minum ideal per hari. Menjaga istirahat serta olahraga rutin.

Alhamdulillah perubahan signifikan terjadi padaku. Dalam waktu hampir dua bulan program diet itu, aku berhasil mencapai berat badan 55 kg. Hingga sekarang masih terjaga seperti itu. Target berat badan suamiku juga tercapai. Meski tak disiplin seperti sebelumnya, namun olahraga dan pola makan masih sering kami jaga.

Aku sempat berhasil hamil untuk kedua kalinya. Hanya saja Allah swt belum berkenan memberi amanah itu pada kami. Untuk kedua kalinya pula aku hamil di luar kandungan dan kehamilan harus dihentikan dengan operasi.

***

            So, dalam membentuk kebiasaan baru apapun termasuk melakukan perubahan pola hidup untuk program penurunan berat badan, intinya sama yakni motivasi kuat, tahu caranya dan konsisten. Harus ada ketiga-tiganya.


Info Menarik: 

Raja Baclink Tawarkan Backlink Berkualitas, Supaya Website Menjadi Yang Teratas


3 Comments: