Di agenda training waris kemarin, aku
bertemu teman yang sudah lama tak jumpa. Satu kata pujian darinya untukku, “Eva
makin cantik sekarang ya.”
“Payah kali ngurusin badan ya. Ajarin la
kakak.”
Oh, baru ku mengerti, aku dibilang makin
cantik karena lebih langsing ketimbang aku yang dulu. Sementara dia sudah
bertambah berat badan.
Well, berat badan bagi sebagian besar perempuan memang penting. Pada umumnya hal itu terkait dengan masalah penampilan. Tapi bagi muslim tak sekedar urusan penampilan dong. Berat badan berkaitan pula dengan urusan ibadah.
Saat kita kelebihan berat badan, masalah
kesehatan biasanya ikut muncul. Seperti yang pernah dikatakan temanku lainnya yang
overwigth, dia sudah tak bisa menyilangkan kaki lagi saat duduk. Sesak napas
juga.
Teman lainnya dengan kondisi sama bilang,
bangkit dari sujud saat solat payah. Lebih cepat lelah. Yang lainnya bilang,
tengkuknya pegal setiap habis makan gulai. Serta sejumlah keluhan lainnya yang
berkaitan dengan kegemukan.
Memang tak semua orang kurus sehat. Tapi
biasanya orang yang tak banyak punya masalah kesehatan, berat badannya ideal.
Sepertinya sudah sunnatullahnya begitu. Saat lemak tubuh kita terlalu banyak
misalnya, lemak itu akan mengganggu aliran darah dan akan menimbulkan resiko
stroke atau gangguan jantung.
***
Aku sendiri pernah memiliki berat badan
hingga 68 kg. Sepanjang hidupku, itulah berat badan tertinggi-ku. Dengan tinggi
sekitar 162 cm dan usia saat itu sekitar 30 tahun, menurut kakulator BMI di
situs Hello Sehat, aku kelebihan berat badan dengan indek masa tubuh atau BMI
25,9.
Meski demikian, aku belum merasakan
gangguan kesehatan apapun. Hanya saja pipi cabi membuat penampilanku diprotes
suami. Tapi sekedar komentar aja sih. Tidak ada tekanan dari suami untuk aku
secepatnya mengurangi berat badan. Terlebih, suamiku juga mengalami hal yang
sama, hehehe.
Setelah kami obrolin, kami berkesimpulan,
ke depannya jika terus dibiarkan, kelebihan berat badan bisa saja menimbulkan
gangguan kesehatan pada kami. Terlebih kami sedang ikhtiar untuk memiliki
keturunan.
Dari situ perlahan kami mulai serius
mengurangi berat badan. Aku lebih dulu action daripada suamiku. Berbagai
info tentang ini ku cari. Ku temukan tentang diet mayo, yakni makan tanpa
garam. Cara memasak pun hanya rebus dan kukus. No santan, no minyak.
Ku coba selama 14 hari sesuai petunjuk
info itu. Hasilnya dahsyat, beratku turun 8 kg. Tapi yang berkurang sebagian
besar adalah air dalam tubuh. Karena salah satu cara kerja garam adalah
mengikat air dalam tubuh. Ketika garam dikurangi, pantas saja berat badan turun
drastis.
Diet mayo cuma bisa dicoba selama 14 hari
dalam setahun. Lebih dari itu berbahaya. Sebab tubuh kita juga butuh nutrisi
yang ada pada garam. Setelah itu aku kembali terlena, kembali ke kebiasaan awal.
Banyak ngemil. Sebenarnya aku dan suami suka makan, inilah tantangan terberatnya.
Program kehamilanku pun longgar lagi.
Meski pola makan tak terjaga, aku mulai
berolahraga. Aku senam. Aku dan suami kompak melakukannya. Meski dengan jenis
olahraga berbeda. Kedisiplinan berolahraga kami pun sama. Satu dua kali
olahraga, lalu berhenti untuk waktu lama. Aku masih lebih sering kembali
melakukan olahraga dibanding suamiku.
Sekitar tiga tahun berikutnya pada 2020,
aku kembali naik berat badan menjadi 64 kg. Saat itu aku dan suami serius
kembali untuk program kehamilan. Seiring dengan bertambahnya penghasilan
suamiku, kami program ke salah satu dokter spesialis kandungan terbaik di Kota
Medan.
Dalam hal ini salah satu catatan
pentingnya, miliki berat badan ideal. Disini kami mendisiplinkan diri untuk
mencapai target berat badan ideal. Semua hal tentang ini diperhatikan. Mengatur
kebutuhan nutrisi tubuh yang seimbang namun defisit kalori. Memenuhi kebutuhan
air minum ideal per hari. Menjaga istirahat serta olahraga rutin.
Alhamdulillah perubahan signifikan
terjadi padaku. Dalam waktu hampir dua bulan program diet itu, aku berhasil
mencapai berat badan 55 kg. Hingga sekarang masih terjaga seperti itu. Target
berat badan suamiku juga tercapai. Meski tak disiplin seperti sebelumnya, namun
olahraga dan pola makan masih sering kami jaga.
Aku sempat berhasil hamil untuk kedua
kalinya. Hanya saja Allah swt belum berkenan memberi amanah itu pada kami.
Untuk kedua kalinya pula aku hamil di luar kandungan dan kehamilan harus
dihentikan dengan operasi.
***
So, dalam membentuk kebiasaan baru apapun termasuk melakukan perubahan pola hidup untuk program penurunan berat badan, intinya sama yakni motivasi kuat, tahu caranya dan konsisten. Harus ada ketiga-tiganya.
Info Menarik:
Raja Baclink Tawarkan Backlink Berkualitas, Supaya Website Menjadi Yang Teratas
waduh apa aku bisa ya
ReplyDeletebisa aja mbak asal ada kemauan hehe
DeleteSemangat cek gu
ReplyDelete