![]() |
https://nasional.tempo.co/ |
Ada anekdot yang mengatakan bahwa kita
tak perlu protes pada gaya hidup mewah para wakil rakyat. Sebab tindakan mereka
sudah benar. Mereka adalah wakil kita sebagai rakyat. Termasuk mewakili kita
untuk merasakan hidup mewah. Hemm.
Ironi memang. Katanya demokrasi mengamanahkan anggota parlemen untuk menampung keinginan-keinginan rakyat. Demokrasi mengatur agar anggota dewan membuat kebijakan sesuai keinginan rakyat. Tapi kenyataannya setiap kebijakan yang dihasilkan dari DPR selalu bertentangan dengan kehendak rakyat. Satu contoh terbaru yakni Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang mati-matian ditolak oleh rakyat kecil, namun tetap diberlakukan.
Eh giliran yang enak-enak seperti merasakan kemewahan hidup, mereka merasa berhak menikmatinya. Karena katanya sudah bekerja keras menelurkan kebijakan untuk kebaikan rakyat. Seperti kabar yang belum lama beredar, para anggota DPR kini mendapatkan fasilitas isolasi mandiri oleh negara di hotel.
Baca Juga: Peran Ibu Mengakhiri Penjajahan (Resensi Buku)
Disana mereka yang positif covid-19 dengan gejala ringan
atau tanpa gejala bakal mendapat makan, laundry, wi-fi, hingga konsultasi
dokter dan PCR tes. Selain anggota DPR, tenaga ahli dan staf DPR yang terpapar
codi-19 juga akan mendapat fasilitas yang sama. (https://news.detik.com/28/07/2021)
Para anggota dewan tinggal di rumah dinas
dengan fasilitas yang lengkap beserta para asisten rumah tangga. Tak cukupkah
rumah seluas 250 meter itu sebagai tempat yang nyaman untuk proses penyembuhan
covid-19? Rakyat saja kalau isolasi mandiri disuruh di rumah, yang mana rumah
mereka tak lebih besar dari rumah anggota DPR. Kenapa harus tinggal di hotel?
Sekjen DPR RI Indra Iskandar bilang bahwa dana program tersebut berasal dari anggaran perjalanan luar negero yang tidak terpakai dan anggaran lain yang bersifat kontingensi. Kiranya anggota DPR tidak buta fakta. Tenaga kesehatan asal Nganjuk, Jawa Timur curhat di acara Mata Najwa tentang insentif mereka yang belum dibayarkan oleh pemerintah sejak Agustus 2020. Ditambah lagi insentif tersebut justru rencananya akan dipotong 90 persen. (https://www.suara.com/news/29/07/2021)
Tenaga kesehatan yang berjuang di lapangan untuk membantu penanganan pasien covid-19 tak mendapatkan haknya. Tidakkah ada empati anggota dewan pada nakes? Dengan cara berhemat dan memperjuangkan nasib nakes agar memperoleh haknya.
Baca Juga: Parade Buku Demokrasi
Kondisi memilukan lainnya,
para pedagang kecil di berbagai daerah dalam menghadapi PPKM telah mengibarkan
bendera putih. Mereka menyerah, merasa kalah. Tidak kuat menghadapi kesulitan
ekonomi akibat pandemi yang berkepanjangan. Tidakkah derita rakyat kecil
menyentuh hati mereka yang mengaku wakil rakyat? Rakyat kecil lagi kesulitan, kok
mereka justru memperlihatkan pemborosan.
Ditambah lagi, Ibu Menteri Keuangan Sri
Mulyani beralasan menambah utang negara demi selamatkan rakyat. Nah lo,
pemborosan anggaran telanjang di depan mata kita. Jujurlah bahwa banyak
sebenarnya belanja negara yang bisa dihemat, semisal mengalihkan anggaran
perjanalan dinas anggota DPR untuk membiayai penanganan covid-19. Bukan malah
menghabiskan dana tersebut untuk isoman para anggota DPR di hotel, sementara
rumah para anggota dewan juga senyaman hotel.
Menyaksikan peristiwa-peristiwa seperti
ini kita ingat kembali buruknya mekanisme demokrasi dalam menghasilkan para
elit politik negeri ini. Pesta demokrasi membutuhkan dana besar yang diambil
dari kantong pribadi calon anggota dewan dan dari para donor. Ujung-ujungnya setelah
duduk di kursi jabatan mereka lupa pada rakyat. Mereka menikmati kekuasaan
sembari berbagi keuntungan dengan para donor.
Alur sistem demokrasi dalam pemilihan pejabat legislatif dan eksekutif begitu-begitu saja. Tak akan berubah karena itulah demokrasi, lumrahnya memang begitu. Tak salah para aktivis politik Islam yang mempelajari dan memahami sistem politik Islam menginginkan pergantian sistem. Sebab sistem hidup yang berasal dari Allah swt pasti lebih baik dari buatan manusia seperti demokrasi.
Baca Juga: Antara Kecerdasan Dan Pilkada
kudu digebukin kali anggota drp, gaka da empatinya
ReplyDeletegemes ya mbak sama prilaku unempati mereka
Delete