https://www.thevocket.com/ |
Nonton film jadul berjudul “Alangkah Lucunya Negeri Ini” tak pernah basi. Selalu sejalan dengan perkembangan masalah kekinian. Mengenai ‘kelucuan’, keanehan dan kengerian prilaku pemimpin pada rakyatnya.
Film tersebut menunjukkan mirisnya
perlakukan negeri ini pada anak – anak negeri. Negeri ini menetapkan dalam perundang
– undangan bahwa setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan. Kenyataannya banyak anak – anak Indonesia
tak bersekolah. Lucu.
Dalam film
tersebut digambarkan sejumlah anak jalanan bermasa depan suram. Usia mereka
sekitar antara 10 hingga 15 tahun. Mereka tak tahu baca tulis. Mereka pun tak
memiliki orang tua atau wali yang menafkahi. Mereka menyambung hidup dengan
cara mencopet. Ngeri
Film ini
dibuat tahun 2010, apakah sekarang kondisi anak jalanan berubah? Nyatanya Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) mencatat, hingga tahun 2019 masih ada
sekitar 8.320 jumlah anak jalanan, https://kemensos.go.id/.
Sementara
untuk jumlah anak putus sekolah secara umum, jumlahnya lebih banyak lagi. Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN/Bappenas) mengungkapkan data angka anak putus sekolah di Indonesia pada
2019. Sepanjang tahun itu, sekitar 4,3 juta siswa Indonesia putus sekolah di
berbagai jenjang, https://www.medcom.id/.
‘Kelucuan’ lainnya adalah negara kita bukan
negara yang miskin. Sumber daya alam kita melimpah ruah. Indonesia tergolong
negara berkembang bahkan baru – baru ini mendapat gelar negara maju oleh
Amerika. Negara yang dikaruniai kekayaan alam oleh Allah swt ini tak mampu
menghantarkan anak – anaknya ke gerbang pintu kecerdasan. Lucu kan? Aneh kan?
Lucu, Aneh,
Ngeri, Ternyata...
Lucu, ngeri
dan aneh. Ternyata hal itu ada sebabnya. Ini soal pengelolaan negara. Pemahaman
dasar kehidupan bernegara kita adalah sekulerisme. Dimana aturan bermasyarakat
dan bernegara harus steril dari agama. Islam sebagai aturan hidup sempurna dari
Allah swt tak mendapat tempat sebagai sistem utuh di negeri kita.
Konsekuensinya,
muncullah pemimpin yang jauh dari ideal. Sebab sistem politik demokrasi sekuler
memberi peluang padanya. Sistem demokrasi sekuler membuatnya leluasa
mempertahankan kekuasaan. Sistem demokrasi sekuler sekaligus membiarkannya
membuat kebijakan – kebijakan yang lucu, aneh dan mengerikan itu.
Makanya
kelucuan, keanehan dan kengerian terjadi di berbagai aspek. Negeri yang kaya
tapi banyak utang, kan lucu. Bilang NKRI harga mati tapi korupsi, kan aneh.
Bencana alam kerap terjadi akibat keberpihakan pada kapitalis, tapi tetap kekeh
jadi korporatokrasi, kan ngeri.
Lucu, tinggal
di bumi ciptaan Allah swt, tapi membenci Islam. Aneh, hidup dari nikmat Allah swt,
tapi menolak sistem politik Islam. Ngeri, diancam adzab ketika berpaling dari
peringatan Allah swt, tapi tetap abai.
Ujung –
ujungnya kengerian akan adzab Allah-lah yang harusnya menyadarkan kita, sudah
saatnya negeri ini bertaubat. Belum lama menginjak tahun 2021, adzab dunia satu
persatu sudah mulai Allah tunjukkan. Dari bencana alam hingga dipanggilnya para
ulama. Bisa kebayang adzab akhirat gimana lagi? Naudzubillah. Sudahlah, mau
sampai kapan?
0 Comments
Post a Comment