KabarMakkah.Com |
Temanku yang satu ini unik. Fatimah
namanya. Aku bukan sedang membicarakan kepiawayannya membaca al Qur’an. Juga
bukan ingin bercerita tentang keseriusannya belajar Islam. Untuk hal tersebut
aku salut dan ingin mencontoh dirinya.
Tapi letak keunikan Fatimah yang kumaksud
adalah prinsipnya tentang jodoh. Bukan mau gosip ya, cuma mau ambil pelajaran saja. Memang, dengan pemahaman agamanya, dia yakin
kalau manusia diciptakan Allah swt berpasang-pasangan. Dia yakin bahwa jodohnya
telah disediakan Allah swt. Meski belum saatnya bertemu.
Tapi anehnya dia berpinsip “biar dia
datang dengan sendirinya”. What?? Apa itu artinya dia tak ingin berusaha
menjemput jodoh?
Hemm, dia nggak berkata demikian. Bukan
nggak mau berusaha. Tapi ada rasa malu teramat sangat dia rasakan, saat
ditawari mengikuti mekanisme pencarian jodoh ala ala anak pengajian.
Biasanya nih ya, kami-kami yang anak
ngaji ini bakal minta tolong sama guru ngaji untuk dipertemukan sama ikhwan
yang sudah siap menikah. Tukar menukar proposal pernikahan ceritanya.
Di proposal tersebut tercantumlah biodata
singkat, visi misi pernikahan, tipe calon yang diinginkan plus foto. Nah, yang
begituan Fatimah malu. Dia merasa dengan cara seperti itu berarti dirinya
sedang menawarkan diri pada lelaki. Apa benaknya memandang hal itu terlalu
murahan? Semoga saja bukan itu maksudnya.
Aku belum pernah mendengar ada larangan
dalam agama untuk meminta bantuan comblang ketemu jodoh. Malah memudahkan
bertemunya lelaki dan perempuan untuk menikah adalah sebuah kebaikan.
“Nikahkahlah orang yang
bujangan diantara kalian serta orang baik dari budak kalian yang laki-laki
maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kecukupan kepada
mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur:
32).
“Apabila datang kepada
kalian orang yang kalian ridhai akhlak dan agamnya, maka nikahkanlah ia, jika
tidak kalian lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang luas.”
(HR. Turmudzi)
Dalil-dalil
tersebut menjadi dasar anjuran mencarikan jodoh buat seseorang. Trus, apa yang
salah ya?
Apa
yang terjadi pada kesayangan nabi, Siti Khadijah, bukan sekedar menawarkan
proposal pernikahan. Beliau bahkan terang-terangan menawarkan dirinya pada
Rasulullah saw untuk dinikahi. Sebab mengetahui kemuliaan yang ada pada diri
Muhammad saw.
Artinya, strategi cari jodoh yang populer
di kalangan aktivis Islam zaman ini bukan hal yang buruk. Justru hal tersebut
merupakan bentuk kehati-hatian. Penghubung perjodohan itu bisa menjaga keduanya
dari potensi maksiat.
Cari jodoh lewat orang ketiga juga punya
kelebihan, yaitu sudah recomended. Biasanya yang dipilihkan buat kita itu
adalah kenalan si comblang. Mak comblang bakal berusaha memastikan terlebih
dahulu mengenai jati diri masing-masing orang yang hendak dijodohkan. Si
comblang pun tak ingin disalahkan dikemudian hari oleh pasangan yang berhasil
menikah berkat jasanya.
Artinya, nggak usah malu mengikuti ajang
perjodohan lewat comblang. Apalagi comblangnya guru ngaji, yang sayang sama
kita. Insya allah akan memberi yang terbaik untuk muridnya.
Sampai saat ini temanku Fatimah masih
menjomblo. Dia masih setia dengan prinsipnya. Kita nggak tahu rahasia Allah
swt. Banyak juga kisah orang bertemu jodoh tanpa sengaja.
Contohnya saya, berusaha nyari jodoh
lewat comblang eh dapatnya dari jalur pribadi. Suami saya dulunya manajer di
sebuah bimbingan belajar tempat saya ngajar, hehe.
So, mau usaha lewat jalur mak comblang
atau nunggu sang pangeran datang, moga segera bertemu dengan si dia ya Fatimah.
Amin.
0 Comments
Post a Comment