dok. pribadi |
Pada suatu
wawancara, seorang psikolog mengatakan bahwa konsep terbaru yang disimpulkan
dunia psikologi tentang perbaikan mental seseorang adalah acceptence atau
penerimaan. Artinya, saat seorang mengalami apa yang saat ini banyak disebut
yakni anxiety atau kecemasan, sesungguhnya rasa tidak nyaman itu berasal dari
kurangnya rasa penerimaan.
Sering sekali
terjadi, seseorang memiliki ekspektasi tertentu pada seseorang maupun suatu
keadaan. Namun apa yang diharapkannya terjadi, ternyata tidak terjadi. Maka dia
kecewa. Kata kunci yang dipegang, ‘seharusnya begini’, ‘ seharusnya begitu’.
Ketika
kekecewaan itu terus menerus dipupuk dalam hati, menjadi penyesalan
berkepanjangan, itulah yang mempengarui suasana hati. Terjadi yang namanya
kecemasan. Hal itu juga mempengaruhi masa di depan. Apa yang belum terjadi,
dikhawatirkan tak sesuai dengan ekspektasi. Lagi – lagi itu bisa menambah
kegelisahan dan kecemasan dalam hati.
Hal itu yang
membuat hidup tak nyaman dijalani. Konsentrasi terganggu dan mempengaruhi
produktifitas kita. Ada yang sampai bunuh diri.
Beberapa tahun
lalu aku pernah bertemu seorang ibu yang kabarnya hampir gila. Katanya dia
mengalami kecemasan sejak anaknya menikah. Anak perempuannya saat masih gadis
berkecukupan dengan gajinya. Bisa beli apa saja yang ia mau. Tapi setelah
menikah kehidupan ekonomi keluarga baru anaknya terbatas.
Anaknya tak lagi
bekerja karena sudah memiliki anak. Hanya gaji suami yang mencukupi keluarga
sang anak. Sehingga kehidupan keluarga kecil tersebut tampak hemat. Si ibu
mengaku sering mendengar bisikan – bisikan yang ‘meneror’ dia untuk tak
menerima keadaan itu. Sehingga hampir saja ia kehilangan kesadarannya.
Saat mendengar
cerita si ibu aku belum mengerti dunia kejiwaan seperti saat ini. Aku tak
pandai merespon dengan baik curhatannya. Hanya ku dengarkan saja. Seiring
waktu, terutama ketika memiliki smart phone, mulai banyak informasi yang ku
dapatkan tentang masalah psikologi.
Aku pun turut
merasakan hal – hal terkait ini, meski tak sampai parah ya menurutku. Kini aku
mengerti. Gimana ya kabar ibu itu sekarang?
Terakhir kali ku
dengar ibu itu menyibukkan diri dengan bekerja, agar ia tak melulu memikirkan
keadaan anaknya. Agar ia tak merasakan kecemasan yang berlarut – larut.
Penerimaan, dalam
bahasan Islam adalah ridho atas ketetapan Allah. Masya allah, Islam sudah lebih
dulu mengajarkan manusia bagaimana cara mengatasi gangguan pada jiwa bernama
kecemasan. Ketenangan akan dirasakan saat mengingat Allah.
Mengingat Allah
berarti ingat bahwa segala sesuatu terjadi bukan kebetulan melainkan diizinkan
Allah untuk terjadi. Ingat Allah artinya ingat juga janjinya, bahwa bersama
kesulitan ada kemudahan. Ingat pada Allah berarti ingat janjiNya bahwa Dia
takkan salah meletakkan beban di pundak yang salah.
Allah tidak
membebani makhlukNya melainkan sesuai kesanggupan kita. Ingat pada Allah
berarti ingat bahwa siapa yang bersabar, Allah bersamanya dan pahala
didapatkannya.
Kata psikolog
tersebut, orang yang mengalami anxiety bukan berarti kurang iman. Tapi jika dia
meningkatkan ibadah, maka kecemasan itu akan berkurang. Karena pada dasarnya
manusia bisa merasa tenang jika terhadap yang sudah berlalu dia berkata, ‘sudahlah,
sudah ketetapan Allah’, lalu dia tahu kalau ada yang menjamin hidupnya akan
baik – baik saja di masa depan.
Meletakkan keyakinan
secara sempurna pada Allah swt akan membuat kita merasa ada pegangan. Allah
takkan meninggalkan kita dalam keadaan berantakan. Allah akan menolong kita,
memudahkan urusan kita, menjadikan kita versi terbaik melebihi sebelumnya
ketika kita merespon ketetapannya dengan prilaku positif. Masya allah.
0 Comments
Post a Comment