Saturday, February 24, 2024

Tren Pemuda Sekuler, Menyakiti Diri Sendiri

 

https://memorandum.disway.id/

Kita tentu berharap para generasi muda bisa menunjukkan berbagai prestasi yang membanggakan bagi orangtua mereka khususnya, serta membanggakan bagi negara. Sebab masa muda masanya semangat untuk berkembang. Energi para pemuda masih full, otaknya masih fresh, mereka bisa fokus belajar dan menata diri jadi pribadi berbudi karena ruang kehidupan mereka disediakan untuk belajar.

Pemuda berprestasi memang ada. Ada pelajar yang mengikuti berbagai ajang perlombaan hingga berhasil menang. Tapi jumlah mereka yang berprestasi tak seberapa dan prestasi mereka pun masih sebatas akademik. Lebih banyak dari pemuda yang pantas dikeluhkan tingkah lakunya. Moral para pemuda semakin buruk saja dari waktu ke waktu. Kali ini ada tren baru di kalangan pemuda, menyayat tangan.

Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, Jawa Timur pada November tahun lalu, ada 870 orang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menyayat tangan mereka. (Kompas.com/03/11/2023)

Para siswa tersebut melukai tangan mereka menggunakan potongan pecahan kaca, jarum dan penggaris. Alasan sebagian besar siswa tersebut karena ikut – ikutan dengan teman. Sebagian lainnya mengaku memiliki masalah dengan keluarga atau pacar. Kondisi mereka ada yang ringan, sedang bahkan berat.

Umumnya orang tidak suka dengan rasa sakit dan akan berusaha menghindari rasa sakit. Namun ratusan pelajar ini mau merasakan sakit hanya karena ingin menunjukkan solidaritas pada temannya atau stress menghadapi persoalan yang sebenarnya pasti ada jalan keluarnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa mental pemuda hari ini sedang tidak baik – baik saja. Para pemuda masa kini bermental kerupuk. Tingkah lakunya payah.

Pihak terkait pun mencoba mengatasi persoalan prilaku aneh para pelajar ini. Untuk siswa yang kondisnya ringan dan sedang, telah diupayakan adanya pertemuan antara pihak sekolah, siswa dan orangtua siswa. Sementara untuk para siswa yang kondisi mentalnya dianggap cukup berat, telah disediakan psikolog untuk mendampingi mereka. Kabarnya belum ada siswa yang mendatangi psikolog yang telah disediakan untuk mereka itu.

Ternyata masalah remaja tak sesederhana itu. Buktinya solusi yang diberikan pihak pemda berupa pertemuan pihak sekolah dengan orangtua siswa dan keberadaan psikolog tidak serta merta bisa menyelesaikan masalah. 

Terlebih tren baru remaja yang berani menyakiti diri sendiri dengan berbagai alasan tersebut hanya satu cabang masalah dari segudang masalah remaja saat ini. Masih ada perundungan, pelecahan seksual, pergaulan bebas, tawuran, narkoba dan lain sebagainya. Tentu ada akar masalah dari semua masalah tersebut.

Sekulerisme menjadi biang keladi yang layak disalahkan atas masalah remaja. Sekulerisme merupakan paham pemisahan agama dari kehidupan. Paham tersebut diadopsi negeri ini dari barat. Alhasil kehidupan masyarakat hari ini kental dengan nuansa kebebasan, tak mau diatur agama meski mereka muslim yang memiliki Islam sebagai aturan hidup.

Sekulerisme telah melemahkan keimanan kaum muslimin. Wajar jika remaja muslim menjadi pribadi yang jauh dari harapan Islam. Usia remaja yang dalam pandangan Islam merupakan manusia baligh yang sudah dibebani hukum halal haram dari agama malah tak mengerti bagaimana caranya menyelesaikan masalah dengan Islam. Agama mereka sempurna, tapi mereka malah menjadi pribadi yang suka ikut – ikutan, gampang menyerah dan mudah stres.

Sekulerisme melahirkan gaya hidup liberal pada semua kalangan baik remaja itu sendiri, orangtua mereka, masyarakat pada umumnya hingga negara. Remajanya bermental lemah, orangtuanya mendidik dengan orientasi keduniaan. 

Bagi orangtua yang paling penting adalah menyediakan uang yang cukup serta menanamkan cita – cita keduniaan bagi anak – anak mereka. Alhasil suasana rumah pun menjadi gersang dari kehangatan sebuah keluarga.

Ditambah lagi negara berasas sekuler liberal telah menciptakan kurikulum pendidikan yang mendorong pelajar mencapai kesuksesan sebatas akademik. Ujungnya mendapat pekerjaan dan memiliki hidup yang mapan. Pembentukan karakter sesuai yang diinginkan agama malah dilupakan.

Dilengkapi dengan penerapan ekonomi kapitalis yang juga lahir dari rahim sekulerisme membuat media lepas dari kontrol negara. Semua tontonan bisa tersebar luas dengan mudahnya termasuk tontonan kekerasan dan pornografi. Seperti tren menyayat tangan yang awalnya tayang di media sosial tik tok dengan cepatnya viral dan ditiru oleh remaja lainnya.

Berbeda halnya jika basis kehidupan kita adalah akidah Islam. Ajaran Islam menghendaki kehidupan kita baik individu, masyarakat dan negara terikat dengan al Quran dan as sunnah. Sebagai pelaksana sistem Islam baik politik, ekonomi dan pendidikan, pemerintahan Islam akan menjadi benteng yang kokoh bagi para pemuda.

Pemuda akan dibentuk menjadi pribadi muslim yang cerdas dan bervisi akhirat melalui pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat yang berbasis Islam. Sehingga pemuda bentukan Islam takkan melirik prilaku buruk yang berusaha mempengaruhi mereka. Dengan syariah dan khilafah harapan mewujudkan generasi yang membanggakan akan dapat tercapai.

0 Comments

Post a Comment