liputan6.com |
Keledai saja tidak mau masuk ke lubang
yang sama dua kali. Inilah yang aku herankan. Bisa – bisanya ada orang yang
melakukan kesalahan berulang – ulang, padahal dia tahu sedang berbuat salah.
Bahkan sudah merasakan akibatnya.
Betapa orang itu lemah sekali
pengendalian dirinya. Dia tak tegas pada dirinya. Bukankah kesalahan itu
membuat kondisinya tetap buruk dan semakin buruk?
Tapi tetap dilakukannya. Dengan asalan
tak mampu berbuat apa – apa. Kalau orang tersebut tak memiliki akses belajar
atau ia bukan orang yang memiliki kemampuan berpikir, masih bisa dimaklumi.
Bagaimana jika orang itu sebenarnya
berpendidikan, punya segudang fasilitas untuk belajar, tahu kemana bisa
mendapat teman duduk yang baik tapi tetap bertahan dalam keburukan?
Disitulah kita melihat betapa seramnya
hidup dalam sistem kapitalis sekuler hari ini. Banyak hari ini orang yang
percaya diri berbuat buruk. Berbangga dengan keburukannya. Tetap berbuat buruk
meskipun keburukan itu menampakkan tanda – tanda efeknya.
Bukannya sadar dan kembali mencari jalan
memperbaiki diri, malah terus mencari sejumlah alasan untuk meneruskan
keburukan. Sehingga dia tak bisa lagi merasakan keburukan sebagai keburukan.
Dia tak bisa lagi membedakan kebenaran dengan kesalahan. Orang yang tak
berusaha menapaki jalan hidayah, maukah Allah menuntunnya ke jalan hidayah??
0 Comments
Post a Comment