![]() |
https://www.maxmanroe.com/ |
Yang terbaru, ada survei tentang
tingkat kepuasaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, yang angkanya lucu –
lucuan. Tidak realistis. Survei itu dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia
(LSI) pada 13-21 Agustus 2022 terhadap 1.220 responden.
Survei itu bertajuk “Temuan
Survei Nasional Kondisi Ekonomi dan Peta Politik Menjelang 2024”. Metode yang
digunakan multistage random sampling, dan margin of error sekitar
2,9% pada tingkat kepercayaan sebesar 95%. (Kompas, 04/09/2022).
Hasilnya, 72,3% masyarakat merasa
puas atas kinerja Presiden Jokowi. Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan
mengatakan, kepuasan ini bisa menjadi modal bagi Jokowi untuk menyelesaikan
persoalan ekonomi dan politik di Indonesia.
Aneh kan ya. Di tengah persoalan
himpitan ekonomi dan pengangguran yang dirasakan masyarakat pasca pandemi
covid-19, sebagian besar masyarakat bisa merasa puas dengan kinerja pemerintah.
Itu masyarakat mana yang dimaksud ya? Terasa sekali kalau survei yang dilakukan
kurang objektif.
Tak lama berselang, Jokowi
mengumumkan kenaikan harga BBM. Sudah bisa ditebak, terjadi demonstrasi besar –
besaran dari berbagai kalangan terkait penolakan terhadap kenaikan harga BBM.
Aksi besar – besaran sebelumnya juga pernah dilakukan oleh masyarakat. Semisal,
saat disahkannya undang – undang omnibus law. Hal ini menunjukkan ketidakpuasan
masyarakat banyak pada kebijakan pemerintah.
Dalam buku fenomenal karya Darrel
Huff berjudul How to Lie With Statistics (Bagaimana berbohong dengan statistik)
disebutkan bahwa statistik sangat efektif dijadikan sebagai alat berbohong kepada
publik dan hal itu sering dilakukan.
Pada dasarnya, statistik itu
netral. Bisa dipakai oleh siapapun dan untuk tujuan apapun. Ibarat pisau, dia
bisa dipakai untuk memotong buah atau untuk membunuh. Dalam konteks
pemerintahan, statistik sangat dibutuhkan dalam merumuskan kebijakan, menentukan
keputusan serta mengevaluasi kegiatan. Jadi, statistik bisa menjadi alat ukur
bagi tingkat keberhasilan kinerja pemerintah. Sayanganya, ia justru dipakai
untuk menjadi alat pencitraan dengan membohongi publik.
Dalam pandangan Islam, statistik
dikembalikan fungsinya dengan benar, yaitu sebagai alat menilai kinerja
pemerintah. Survei dilakukan secara jujur dan objektif sesuai akhlak Islam. Survei
tidak dilakukan terhadap segelintir orang, melainkan dalam bentuk sensus
terhadap seluruh penduduk dengan sangat teliti.
Survei pun tidak dilakukan oleh
lembaga swasta, melainkan oleh aparat pemerintahan sendiri. Bukan untuk
kepentingan pencitraan, melainkan untuk menunjukkan kinerja pemerintah yang
sebenarnya. Lalu pemerintah harus memperbaiki kinerja yang dirasa kurang.
“Barang siapa yang diangkat oleh Allah menjadi pemimpin bagi kaum muslim, lalu ia menutupi dirinya tanpa memenuhi kebutuhan mereka, (menutup) perhatian terhadap mereka, dan kemiskinan mereka, Allah akan menutupi (diri-Nya), tanpa memenuhi kebutuhannya, perhatian kepadanya, dan kemiskinannya.” (Diriwayatkan dari Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Maryam)
0 Comments
Post a Comment