Monday, July 11, 2022

Drag Queen dan Pekerjaan Halal

 

https://www.out.com/

Banyak orang memiliki niat baik untuk bekerja demi orang – orang yang disayangi. Namun tak sedikit dari mereka yang ogah melengkapi niat baik itu dengan cara yang benar. Bahkan, hari ini kata benar dan salah semakin tabu digunakan.

Kata benar dan salah dianggap perusak suasana. Kata benar dan salah dituduh milik orang yang menganggap dirinya suci, suka menjugde orang. Setiap orang punya alasan tersendiri untuk berbuat sesuatu.

Orang itu yang tahu sejauh apa resiko dari perbuatannya. Jadi jangan beri nilai seseorang dengan kata ‘salah’, sehingga kau terkesan merasa paling benar. Begitu deh jika orang sudah terjangkiti paham individualis liberal.

Tentu orang – orang yang anti terhadap penilaian benar salah ini tak perlu diikuti. Sebab ada petunjuk tentang benar salah dalam agama. Al Quran dengan jelas disebutkan Allah sebagai furqan (al Baqarah ayat 53), yakni pembeda antara yang benar dan salah.

Orang – orang yang menilai fakta berdasarkan al Quran dan as Sunnah bukan menilai dari sudut pandang dirinya, tapi memberi nilai sesuai pelajaran yang diberikan oleh guru di majelis kajian Islam.

Gunanya mengaji adalah untuk mengenali perbuatan yang benar dan salah. Sehingga kita bisa berusaha menghindari yang salah, dan berusaha melakukan yang benar.

Dalam satu kajian yang ku ikuti, disampaikan, berdasarkan al Quran surat al Mulk ayat 2, Fudhail bin Iyadh menyebutkan bahwa amal yang terbaik itu harus memenuhi 2 syarat. Pertama, niat ikhlas berbuat karena Allah swt. Kedua, caranya benar sesuai al Quran dan as Sunnah.

Kembali pada bahasan tentang bekerja seperti yang aku sampaikan di atas, bahwa banyak orang bekerja hanya memperhatikan niat baik. Mereka bekerja bukan untuk kesenangan diri sendiri, tapi untuk kebahagiaan orang – orang yang dicintai.

Niat yang seperti itu saja, kalau tak menyertakan Allah di dalamnya, sebenarnya juga belum dikatakan niat yang ikhlas dalam pandangan Islam. Tapi okelah, kita katakan saja, niat bekerja untuk keluarga itu baik.

Tapi tentang cara, banyak yang rela melakukan apapun asal diri dan keluarganya bisa makan. Satu contoh yang ingin aku singgung disini adalah tentang Drag Queen. Seorang drag queen bercerita di sebuah acara di Televisi.

Dia menjelaskan bahwa drag queen itu artinya ratu palsu. Yaitu, sebuah profesi dimana seorang cowok yang kalau dia lagi kerja memakai kostum cewek. Seperti profesi lipsing, Master of Ceremony (MC) dan lain – lain.

Si drag queen satu ini berprofesi sebagai MC dan bila diminta, bersedia melakukan lipsing dan promo untuk radio juga. Awal dapat ide jadi MC drag queen, karena ada yang bilang ke dia kalau ngemci pakai dandanan perempuan bakal lebih laku.

Dia sudah menghayati perannya. Sudah bertingkah seperti perempuan dengan pakaian dan dandanannya. Meskipun dia mengaku masih lelaki tulen yang suka perempuan.

Dia merasa tak ada yang salah dengan perbuatannya. Sebab baginya itu hanyalah pekerjaan di bidang seni. Dia anggap seni itu bebas nilai. Ya, selain drag queen, ntah apalah sebutannya, tapi memang makin banyak saja lelaki berpenampilan perempuan demi profesi, terutama di bidang seni. Semisal mak beti dan lainnya.

Menurut Islam, tak ada jenis pekerjaan yang bebas nilai. Semua perbuatan muslim ada aturannya. Dalam hal bekerja, Allah swt meminta manusia untuk mencari rezeki dengan cara yang halal. Firmah Allah swt:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 168)

Rasulullah saw bersabda: mencari rezeki yang halal hukumnya wajib atas setiap orang Muslim (HR Thabrani).

Pekerjaan halal itu bukan hanya soal jenis pekerjaannya, tapi juga cara bekerja. Meski ngemci di acara pernikahan boleh, tetapi jika mc-nya lelaki yang berpenamilan perempuan, tetap dikatakan si lelaki bekerja dengan cara tidak halal.

Terkadang, meski sudah menyadari pekerjaan semacam itu dilarang agama, tetap saja dilakukan karena merasa terpaksa. Cari pekerjaan sekarang sulit. Sudah bisa dapat kerja harus dipertahankan dong.

Nah, disini keimanan terhadap rezeki dan tawakkal menjadi yang utama. Rezeki itu dari Allah, dan setiap orang memiliki jatah rezekinya masing – masing. Orang yang bertakwa kepada Allah swt akan diberi rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.

Siapa yang bertawakkal kepada Allah, akan dicukupi kebutuhannya oleh Allah swt. Janji itu disampaikan Allah swt dalam al Quran, diantaranya surat at Talaq ayat 2-3.

Maka keyakinan semacam itu akan membuat seorang muslim optimis mengusahakan segala sesuatu yang halal. Meski di awal prospeknya belum tampak. Walau orang – orang sekitar meragukan. Asalkan Allah ridha, yakin rezeki pasti didapatkan.

Masya allah, bila setiap muslim mengerti hal ini, mereka akan menghindari pekerjaan – pekerjaan yang buruk ya.

Sayangnya kehidupan sekuler hari ini membuat kita terlena untuk menikmati segala sesuatu tanpa mempertimbangkan keridha-an Allah swt. Budaya liberal dari luar merasuki kaum muslimin, hingga lebih takut kehilangan dunia daripada kehilangan ridha Allah swt.

Semoga dengan kegigihan para pendakwah mengajak hijrah, makin banyak yang sadar deh ya. Aamiin.

0 Comments

Post a Comment