Belawan adalah kota pelabuhan di Medan
Sumatera Utara. Seingatku dua kali aku ke sana. Tepatnya ke daerah lautnya.
Pertama, dulu waktu SD aku diajak tulang main – main ke sana. Kami menyusuri
rumah – rumah berbahan papan, di daerah pinggiran laut. Itu rumah – rumah
nelayan.
Waktu kuliah, aku bertemu adik kelas yang
ternyata rumah orangtuanya di Belawan. Rumah temanku ini lebih seru lagi, di
pulau kecil. Menuju rumahnya kami naik perahu mesin atau boat.
Sekitar kurang lebih seratus keluarga
tinggal disana. Mereka tak ada yang punya mobil. Beberapa dari mereka ada yang
memiliki sepeda motor. Kalau ingin pergi ke luar pulau untuk bersekolah,
belanja atau bekerja pakai motor, maka motornya diangkut bersama dirinya dengan
boat.
Soal listrik, saat itu pemakaian listrik
mereka tak leluasa. Daya listrik jatah daerah itu sangat sedikit. Masak nasi
kalau pakai rice cooker harus bergantian dengan tetangga. Beberapa jam di siang
hari, listrik dimatikan oleh pihak berwenang setempat.
***
Di kota pelabuhan inilah ada geng motor
remaja yang dikeluhkan seolah netizen di facebook. Tak jauh beda dengan di kota
– kota lain seperti Cianjur, Sukabumi, Bekasi, Depok dan lain sebagainya.
Aksi geng motor pasti meresahkan dan
memprihatinkan. Kumpul – kumpulnya mereka bukan sekedar pakai motor dan
menggeber – geber motornya untuk menciptakan kebisingan di jalan. Tapi geng
motor lekat dengan aksi kejahatan.
Seringnya geng motor satu dengan geng
motor lainnya ribut dan bacok – bacokan. Jadi teringat dengan pengalamanku yang
pernah berada di tengah – tengah tawuran remaja berseragam SMA.
Tak sengaja melewati sebuah jalan, di
siang hari, tiba – tiba aku sudah berada di kerumunan remaja yang siap saling
serang. Untung panik-ku tak sampai membuatku celaka atau dicelakai oleh mereka.
Ku putar motor-ku dan pergi meninggalan peristiwa menyeramkan itu.
Ada lagi. Waktu itu aku baru beli ponsel.
Bentuk ponselnya seperti ponsel touchscreen yang kekinian. Tapi sebenarnya itu
ponsel yang harganya murah. Bukan android.
Aku lagi mengetik sms saat dibonceng motor
sama suamiku. Secepat kilat tanganku bergetar kena pukulan. Ponselnya terlepas
dari tanganku. Sambil kebingunan melihat ke kanan dan ke kiri, aku pun melihat
motor disampingku yang dikendarai 2 orang remaja, segera melaju kencang.
Sedihnya, potret sebagian remaja kita
dari dulu gitu – gitu saja. Selalu muncul dan muncul lagi remaja emosional yang
mudah naik darah. Mudah berbuat jahat. Ada yang bilang mereka begitu karena tak
ada penyaluran yang sehat semisal bermusik dan lain-lain.
Kalau aku bilang masalahnya tak
sesederhana itu. Banyak juga remaja yang punya ruang penyaluran energi
keremajaannya di media sosial misalnya, tapi yang mereka lakukan tetap saja
keburukan.
Toh di media sosial ada penipuan,
pelecehan seksual, transaksi narkoba dan semacamnya yang melibatkan remaja.
Lebih jauh kita pikirkan, pejabat yang sudah dewasa dan jelas – jelas butuh
fokus mengurus rakyat, justru korupsi.
Artinya, mental buruk mereka yang menjadi
masalah. Kenapa remaja tak mengerti tentang tujuan hidup, fokus pada pencapaian
tujuan hidup, mengisi hari dengan aktifitas bermanfaat, memberi manfaat bagi
orang banyak dan semisalnya?
Dunia psikologi mengatakan kalau remaja
itu memang sosok manusia yang belum matang secara pemikiran. Jadi wajar saja
jika remaja belum mampu mengendalikan emosinya, belum bisa bertanggung jawab
dan belum sanggup menentukan pilihan hidup dengan tepat. Remaja itu manusia
labil kata mereka.
Kalau memang demikian, maka harusnya
semua remaja seperti itu. Tapi kita bisa melihat, ada remaja yang bertolak
belakang dengan profil tersebut. Remaja yang sudah mengerti keadaan orangtua,
sehingga membantu orangtuanya mencari nafkah.
Ada remaja yang sudah mengerti tanggung
jawab sebagai muslim sehingga dia melaksanakan kewajiban salat dan menjaga diri
dari maksiat. Masih ada remaja baik, meski jumlahnya lebih sedikit dibanding
remaja rata – rata yang labil dan kekanak – kanakan.
Lebih jauh lagi bila kita lihat dalam
sejarah Islam, ada nama – nama remaja seperti Usamah bin Zaid, Ibnu Mas’ud,
Ibnu ‘Abbas dan lainnya, yang mengukir prestasi bagi Islam. Mereka berjihad dan
ahli ilmu.
Mereka sudah memahami tujuan penciptaan
mereka di bumi oleh Allah swt. Visi misi hidup Islam sudah tertanam dalam diri
remaja mereka, sehingga hidup tak dijalani dengan main – main. Mereka serius
dalam mengejar ridha Allah swt.
Begitulah peradaban Islam, dikenal
memproduksi para pemuda salih dan pejuang penyebaran Islam. Kalau generasinya
tak segemilang itu, bagaimana mungkin Islam bisa sampai dari tanah arab ke
negeri kita di masa pesawat belum ada.
Saat itu, Al Quran dan hadist menyentuh
keluarga, masyarakat dan negara. Berbeda dengan sekarang, dimana al Quran tak
boleh menjadi standar hidup sepenuhnya bagi muslim.
Negaranya sekuler, orientasi pendidikan
untuk menghasilkan manusia penghasil uang. Pelajaran moral seadanya. Narkoba dan minuman keras yang jadi pemicu kejahatan tak serius diberantas. Alhasil,
pelajar justru banyak terlibat kejahatan. Kayak yang baru saja viral, seorang
siswi tewas dihajar 9 orang teman sekolahnya. Ngeri ya. Innalillahi wa inna
ilaihi. Semoga sang siswi husnul khatimah. Aamiin
Jangan biarkan wajah dunia remaja terus suram. Yuk berpartisipasi memperbaikinya, dengan memperbaiki keluarga kita, masyarakat dan juga negara.
0 Comments
Post a Comment