Wednesday, June 15, 2022

Suramnya Wajah Dunia Remaja

Belawan adalah kota pelabuhan di Medan Sumatera Utara. Seingatku dua kali aku ke sana. Tepatnya ke daerah lautnya. Pertama, dulu waktu SD aku diajak tulang main – main ke sana. Kami menyusuri rumah – rumah berbahan papan, di daerah pinggiran laut. Itu rumah – rumah nelayan. 

Waktu kuliah, aku bertemu adik kelas yang ternyata rumah orangtuanya di Belawan. Rumah temanku ini lebih seru lagi, di pulau kecil. Menuju rumahnya kami naik perahu mesin atau boat.

Sekitar kurang lebih seratus keluarga tinggal disana. Mereka tak ada yang punya mobil. Beberapa dari mereka ada yang memiliki sepeda motor. Kalau ingin pergi ke luar pulau untuk bersekolah, belanja atau bekerja pakai motor, maka motornya diangkut bersama dirinya dengan boat.

Soal listrik, saat itu pemakaian listrik mereka tak leluasa. Daya listrik jatah daerah itu sangat sedikit. Masak nasi kalau pakai rice cooker harus bergantian dengan tetangga. Beberapa jam di siang hari, listrik dimatikan oleh pihak berwenang setempat.

***

Di kota pelabuhan inilah ada geng motor remaja yang dikeluhkan seolah netizen di facebook. Tak jauh beda dengan di kota – kota lain seperti Cianjur, Sukabumi, Bekasi, Depok dan lain sebagainya.

Aksi geng motor pasti meresahkan dan memprihatinkan. Kumpul – kumpulnya mereka bukan sekedar pakai motor dan menggeber – geber motornya untuk menciptakan kebisingan di jalan. Tapi geng motor lekat dengan aksi kejahatan.

Seringnya geng motor satu dengan geng motor lainnya ribut dan bacok – bacokan. Jadi teringat dengan pengalamanku yang pernah berada di tengah – tengah tawuran remaja berseragam SMA.

Tak sengaja melewati sebuah jalan, di siang hari, tiba – tiba aku sudah berada di kerumunan remaja yang siap saling serang. Untung panik-ku tak sampai membuatku celaka atau dicelakai oleh mereka. Ku putar motor-ku dan pergi meninggalan peristiwa menyeramkan itu.

Ada lagi. Waktu itu aku baru beli ponsel. Bentuk ponselnya seperti ponsel touchscreen yang kekinian. Tapi sebenarnya itu ponsel yang harganya murah. Bukan android.

Aku lagi mengetik sms saat dibonceng motor sama suamiku. Secepat kilat tanganku bergetar kena pukulan. Ponselnya terlepas dari tanganku. Sambil kebingunan melihat ke kanan dan ke kiri, aku pun melihat motor disampingku yang dikendarai 2 orang remaja, segera melaju kencang.

Sedihnya, potret sebagian remaja kita dari dulu gitu – gitu saja. Selalu muncul dan muncul lagi remaja emosional yang mudah naik darah. Mudah berbuat jahat. Ada yang bilang mereka begitu karena tak ada penyaluran yang sehat semisal bermusik dan lain-lain.

Kalau aku bilang masalahnya tak sesederhana itu. Banyak juga remaja yang punya ruang penyaluran energi keremajaannya di media sosial misalnya, tapi yang mereka lakukan tetap saja keburukan.

Toh di media sosial ada penipuan, pelecehan seksual, transaksi narkoba dan semacamnya yang melibatkan remaja. Lebih jauh kita pikirkan, pejabat yang sudah dewasa dan jelas – jelas butuh fokus mengurus rakyat, justru korupsi.

Artinya, mental buruk mereka yang menjadi masalah. Kenapa remaja tak mengerti tentang tujuan hidup, fokus pada pencapaian tujuan hidup, mengisi hari dengan aktifitas bermanfaat, memberi manfaat bagi orang banyak dan semisalnya?

Dunia psikologi mengatakan kalau remaja itu memang sosok manusia yang belum matang secara pemikiran. Jadi wajar saja jika remaja belum mampu mengendalikan emosinya, belum bisa bertanggung jawab dan belum sanggup menentukan pilihan hidup dengan tepat. Remaja itu manusia labil kata mereka.

Kalau memang demikian, maka harusnya semua remaja seperti itu. Tapi kita bisa melihat, ada remaja yang bertolak belakang dengan profil tersebut. Remaja yang sudah mengerti keadaan orangtua, sehingga membantu orangtuanya mencari nafkah.

Ada remaja yang sudah mengerti tanggung jawab sebagai muslim sehingga dia melaksanakan kewajiban salat dan menjaga diri dari maksiat. Masih ada remaja baik, meski jumlahnya lebih sedikit dibanding remaja rata – rata yang labil dan kekanak – kanakan.

Lebih jauh lagi bila kita lihat dalam sejarah Islam, ada nama – nama remaja seperti Usamah bin Zaid, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas dan lainnya, yang mengukir prestasi bagi Islam. Mereka berjihad dan ahli ilmu.

Mereka sudah memahami tujuan penciptaan mereka di bumi oleh Allah swt. Visi misi hidup Islam sudah tertanam dalam diri remaja mereka, sehingga hidup tak dijalani dengan main – main. Mereka serius dalam mengejar ridha Allah swt.

Begitulah peradaban Islam, dikenal memproduksi para pemuda salih dan pejuang penyebaran Islam. Kalau generasinya tak segemilang itu, bagaimana mungkin Islam bisa sampai dari tanah arab ke negeri kita di masa pesawat belum ada.

Saat itu, Al Quran dan hadist menyentuh keluarga, masyarakat dan negara. Berbeda dengan sekarang, dimana al Quran tak boleh menjadi standar hidup sepenuhnya bagi muslim.

Negaranya sekuler, orientasi pendidikan untuk menghasilkan manusia penghasil uang. Pelajaran moral seadanya. Narkoba dan minuman keras yang jadi pemicu kejahatan tak serius diberantas. Alhasil, pelajar justru banyak terlibat kejahatan. Kayak yang baru saja viral, seorang siswi tewas dihajar 9 orang teman sekolahnya. Ngeri ya. Innalillahi wa inna ilaihi. Semoga sang siswi husnul khatimah. Aamiin

Jangan biarkan wajah dunia remaja terus suram. Yuk berpartisipasi memperbaikinya, dengan memperbaiki keluarga kita, masyarakat dan juga negara.

0 Comments

Post a Comment