Wednesday, April 20, 2022

Pengalam Baru-Ku Di Bulan Ramadhan 1443 H

 


Kehidupan manusia kaya dengan pengalaman. Selalu saja ada hal-hal baru yang terjadi dalam hidup kita. Termasuk dalam perjalanan hidupku. Pada Ramadhan 1443 Hijriyah ini, ada sejumlah hal baru yang ku alami.

Aku merasa hal ini pun patut didokumentasikan lewat tulisan. Pengalaman yang nantinya bisa ku ingat kembali dan membuatku tersenyum. Mungkin juga bermanfaat menjadi bacaan ringan bagi pengunjung blog ini.


Rumah Baru, Suasana Baru

Pada bulan Ramadhan 1443 Hijriyah ini, sudah sekitar sembilan bulan kami pindah ke rumah kontrakan yang baru. Ramadhanku pun dijalani dengan suasana yang baru.

Tempat tinggal kali ini lebih dekat kepada masjid. Lebih memudahkan untuk ibadah ke masjid. Suara pengingat waktu sahur dari masjid juga lebih keras terdengar. Pertetanggan disini lebih adem.

Tidak begitu cuek antar tetangga. Saling senyum dan sapa bila berjumpa. Namun tidak ada ibu-ibu berkumpul di waktu tertentu, untuk ngobrol ngarol ngidul. Sama halnya kalau ibu ibu ketemu di kedai. Yang ku lihat, hanya ngobrol seadanya tentang belanjaan.


Ikutan Tadarrus Di Masjid

Tahun lalu saya ikut tadarrusan secara online, dengan teman-teman dari komunitas Mutiara Asia. Komunitasnya para muslimah yang tinggal di berbagai belahan dunia. Ada yang tinggal di Inggris, Amerika, Jepang dan lain sebagainya. Ada yang karena belajar, kerja ataupun ikut tugas suami.

Kebersamaan dengan mereka memiliki sensasi tersendiri. Aku tak bisa menggambarkannya seperti apa. Yang pasti senang rasanya bisa mengenal mereka. Mereka memiliki pengalaman menginjakkan kaki ke luar negeri. Satu hal yang belum aku rasakan.

Kali ini berbeda lagi. Aku ikutan tadarrus dengan para tetangga. Rasa yang berbeda pula. Lebih mengakrabkan diri dengan mereka. Menandai wajah. Meski nama masih lupa. Ada sekitar sepuluh orang kami yang tadarrus al Quran bersama.

Saling menyimak bacaan al Quran ini juga kembali mengingatkanku akan pentingnya belajar, belajar dan terus belajar memperbaiki bacaan al Quran kita. Ternyata belajar membaca al Quran sekali saja tak cukup.

Aku tak tahu seperti apa tradisi belajar al Quran di daerah lain. Tapi di daerahku, ada tradisi belajar membaca al Quran yang hasilnya kurang bagus, yakni hanya mencukupkan diri belajar membaca al Quran di waktu kecil.

Target belajar waktu TK atau awal SD adalah bisa membaca alphabet, hitung-hitungan dan membaca al Quran. Bisa membaca al Quran yang dimaksud adalah mengenal huruf hijaiyah dan bisa membaca al Quran dengan lancar.

Disitu tidak diperhatikan ketepatan makhrajul huruf serta tajwidnya. Anak diharapkan bisa khatam al Quran minimal satu kali. Setelah tercapai, orangtua sudah cukup senang.

Belakangan, target sebagian kecil orangtua bertambah, anak-anaknya mulai diupayakan belajar tahfizh al Quran. Tapi ya itu, dengan kualitas bacaan seadanya. Hingga dewasa, kebanyakan orang tak lagi belajar membaca al Quran, karena merasa sudah bisa membacanya.

Pada akhirnya, ketika mereka terdengar membaca al Quran di tengah-tengah masyarakat, orang yang memiliki bacaan al Quran yang baik akan menyadari bahwa kebanyakan muslim belum tepat dalam membaca al Quran.

Sebenarnya tak masalah belajar membaca al Quran hanya di waktu kecil. Namun yang mengajarkan harus benar-benar memastikan muridnya mampu membaca al Quran dengan benar.

Setelah itu, al Quran harusnya dicintai, dengan cara terus menerus dibaca, dihafal, dikaji kandungannya serta diamalkan. Namun inilah yang menyedihkan saat ini. Kebanyakan kita masih jauh dari al Quran.

Bahkan yang semangat membaca al Quran pada Bulan Ramadhan, sepertinya mengkhususkan tilawahnya di bulan Ramadhan saja. Kebiasaan penuh barakah itu hilang saat Ramadhan pergi. Astaghfirullah.


Baca Al Quran Hasil Belajar Dari Ustadzah Fatimah

Perkenalanku dengan ustadzah satu ini sangat aku syukuri. Bacaan al Quran beliau bersanad. Artinya, beliau membaca al Quran sangat dekat dengan cara membaca al Quran Rasulullah saw.

Selain itu beliau juga mengajar dengan sabar. Beliau mampu menjaga semangat belajar muridnya. Mengajar secara perlahan, dengan bahasa motivasi. Meski muridnya sangat sulit diajari.

Setidaknya setengah tahun sudah aku belajar memperbaiki bacaan al Quran kepada beliau. Alhamdulillah, aku merasakan ada perbaikan dalam bacaan al Quranku. In sya allah, aku masih akan terus belajar dengan beliau. Barakalla Ustadzah Fatimah.

Selanjutnya aku berencana belajar di Ma’had Abu Ubaydah sampai lulus ujian dan mendapat ijazah bacaan al Quran bersanad. Semoga Allah swt berkenan memudahkan kita dalam belajar al Quran. Aamiin.


Menjalani Program IVF

Akhirnya, ini solusi terbaru yang aku dan suamiku lakukan sebagai ikhtiar memiliki anak. Sebenarnya kami menyatakan siap menjalani program kehamilan dengan metode IVF sejak Januari lalu.

Prediksinya, maret sudah ketahuan hamil atau tidak. Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Hasil cek hormonku mengharuskan promilnya di tunda hingga akhirnya masuklah bulan Ramadhan.

Pada siklus haid di awal Ramadhan itulah kami memulai promil. Sehingga keharusan aku bolak balik ke dokter dan lab buat suntik induksi ovulasi dan cek darah sampai proses OPU terjadi saat aku puasa.

Lima hari pertama aku masih haid, jadi terasa seperti hari biasa. Lima hari berikutnya ku jalani proses itu dalam keadaan berpuasa. Alhamdulillah, karena menu makanan juga diatur oleh konselor gizi dari promil ini, aku tak begitu merasakan lemas atau lapar.

Setengah dari proses promil berjalan lancar. Alhamdulillah. Sisanya adalah transfer embrio pada siklus haid ke depan. Semoga itu juga diberi kelancaran oleh Allah swt. Aamiin.

Masya allah, ini Ramadhanku. Bagaimana dengan Ramadhanmu?

0 Comments

Post a Comment