Kehidupan manusia kaya dengan pengalaman.
Selalu saja ada hal-hal baru yang terjadi dalam hidup kita. Termasuk dalam
perjalanan hidupku. Pada Ramadhan 1443 Hijriyah ini, ada sejumlah hal baru yang
ku alami.
Aku merasa hal ini pun patut
didokumentasikan lewat tulisan. Pengalaman yang nantinya bisa ku ingat kembali
dan membuatku tersenyum. Mungkin juga bermanfaat menjadi bacaan ringan bagi
pengunjung blog ini.
Rumah Baru, Suasana Baru
Pada bulan Ramadhan 1443 Hijriyah ini, sudah sekitar sembilan bulan kami pindah ke rumah kontrakan yang baru. Ramadhanku pun dijalani dengan suasana yang baru.
Tempat tinggal kali ini lebih dekat
kepada masjid. Lebih memudahkan untuk ibadah ke masjid. Suara pengingat waktu
sahur dari masjid juga lebih keras terdengar. Pertetanggan disini lebih adem.
Tidak begitu cuek antar tetangga. Saling
senyum dan sapa bila berjumpa. Namun tidak ada ibu-ibu berkumpul di waktu
tertentu, untuk ngobrol ngarol ngidul. Sama halnya kalau ibu ibu ketemu di
kedai. Yang ku lihat, hanya ngobrol seadanya tentang belanjaan.
Ikutan Tadarrus Di Masjid
Tahun lalu saya ikut tadarrusan secara
online, dengan teman-teman dari komunitas Mutiara Asia. Komunitasnya para
muslimah yang tinggal di berbagai belahan dunia. Ada yang tinggal di Inggris,
Amerika, Jepang dan lain sebagainya. Ada yang karena belajar, kerja ataupun
ikut tugas suami.
Kebersamaan dengan mereka memiliki
sensasi tersendiri. Aku tak bisa menggambarkannya seperti apa. Yang pasti
senang rasanya bisa mengenal mereka. Mereka memiliki pengalaman menginjakkan
kaki ke luar negeri. Satu hal yang belum aku rasakan.
Kali ini berbeda lagi. Aku ikutan
tadarrus dengan para tetangga. Rasa yang berbeda pula. Lebih mengakrabkan diri
dengan mereka. Menandai wajah. Meski nama masih lupa. Ada sekitar sepuluh orang
kami yang tadarrus al Quran bersama.
Saling menyimak bacaan al Quran ini juga
kembali mengingatkanku akan pentingnya belajar, belajar dan terus belajar
memperbaiki bacaan al Quran kita. Ternyata belajar membaca al Quran sekali saja
tak cukup.
Aku tak tahu seperti apa tradisi belajar
al Quran di daerah lain. Tapi di daerahku, ada tradisi belajar membaca al Quran
yang hasilnya kurang bagus, yakni hanya mencukupkan diri belajar membaca al
Quran di waktu kecil.
Target belajar waktu TK atau awal SD
adalah bisa membaca alphabet, hitung-hitungan dan membaca al Quran. Bisa
membaca al Quran yang dimaksud adalah mengenal huruf hijaiyah dan bisa membaca
al Quran dengan lancar.
Disitu tidak diperhatikan ketepatan
makhrajul huruf serta tajwidnya. Anak diharapkan bisa khatam al Quran minimal
satu kali. Setelah tercapai, orangtua sudah cukup senang.
Belakangan, target sebagian kecil orangtua
bertambah, anak-anaknya mulai diupayakan belajar tahfizh al Quran. Tapi ya itu,
dengan kualitas bacaan seadanya. Hingga dewasa, kebanyakan orang tak lagi
belajar membaca al Quran, karena merasa sudah bisa membacanya.
Pada akhirnya, ketika mereka terdengar
membaca al Quran di tengah-tengah masyarakat, orang yang memiliki bacaan al
Quran yang baik akan menyadari bahwa kebanyakan muslim belum tepat dalam
membaca al Quran.
Sebenarnya tak masalah belajar membaca al
Quran hanya di waktu kecil. Namun yang mengajarkan harus benar-benar memastikan
muridnya mampu membaca al Quran dengan benar.
Setelah itu, al Quran harusnya dicintai,
dengan cara terus menerus dibaca, dihafal, dikaji kandungannya serta diamalkan.
Namun inilah yang menyedihkan saat ini. Kebanyakan kita masih jauh dari al
Quran.
Bahkan yang semangat membaca al Quran
pada Bulan Ramadhan, sepertinya mengkhususkan tilawahnya di bulan Ramadhan saja.
Kebiasaan penuh barakah itu hilang saat Ramadhan pergi. Astaghfirullah.
Baca Al Quran Hasil Belajar Dari Ustadzah
Fatimah
Perkenalanku dengan ustadzah satu ini
sangat aku syukuri. Bacaan al Quran beliau bersanad. Artinya, beliau membaca al
Quran sangat dekat dengan cara membaca al Quran Rasulullah saw.
Selain itu beliau juga mengajar dengan
sabar. Beliau mampu menjaga semangat belajar muridnya. Mengajar secara
perlahan, dengan bahasa motivasi. Meski muridnya sangat sulit diajari.
Setidaknya setengah tahun sudah aku
belajar memperbaiki bacaan al Quran kepada beliau. Alhamdulillah, aku merasakan
ada perbaikan dalam bacaan al Quranku. In sya allah, aku masih akan terus
belajar dengan beliau. Barakalla Ustadzah Fatimah.
Selanjutnya aku berencana belajar di Ma’had
Abu Ubaydah sampai lulus ujian dan mendapat ijazah bacaan al Quran bersanad.
Semoga Allah swt berkenan memudahkan kita dalam belajar al Quran. Aamiin.
Menjalani Program IVF
Akhirnya, ini solusi terbaru yang aku dan
suamiku lakukan sebagai ikhtiar memiliki anak. Sebenarnya kami menyatakan siap
menjalani program kehamilan dengan metode IVF sejak Januari lalu.
Prediksinya, maret sudah ketahuan hamil
atau tidak. Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Hasil cek hormonku
mengharuskan promilnya di tunda hingga akhirnya masuklah bulan Ramadhan.
Pada siklus haid di awal Ramadhan itulah
kami memulai promil. Sehingga keharusan aku bolak balik ke dokter dan lab buat
suntik induksi ovulasi dan cek darah sampai proses OPU terjadi saat aku puasa.
Lima hari pertama aku masih haid, jadi
terasa seperti hari biasa. Lima hari berikutnya ku jalani proses itu dalam
keadaan berpuasa. Alhamdulillah, karena menu makanan juga diatur oleh konselor
gizi dari promil ini, aku tak begitu merasakan lemas atau lapar.
Setengah dari proses promil berjalan
lancar. Alhamdulillah. Sisanya adalah transfer embrio pada siklus haid ke
depan. Semoga itu juga diberi kelancaran oleh Allah swt. Aamiin.
Masya allah, ini Ramadhanku. Bagaimana dengan Ramadhanmu?
0 Comments
Post a Comment