https://widiutami.com/ |
Dalam sebuah podcast, dua orang artis
menyinggung soal orangtua mereka. Kata yang satu, setiap dia habis pulang dari
Bali atau berpakaian seksi, ibunya suka kirim video peringatan tentang azab
kubur dan ceramah – ceramah ustaz.
Dia mengaku ibunya memang religius.
Berkerudung. Artis satunya lagi rupanya mengalami hal yang sama. Mereka berdua
pun kemudian menertawakan sikap orangtua mereka.
Mereka yang tertawa, aku yang merasa sakit. Tawa mereka menyiratkan peremehan terhadap orangtua mereka. Seketika aku membayangkan menjadi ibu mereka. Betapa sedihnya jika nasihat kita tak lagi didengar oleh anak.
Kebanyakan orang sepertinya punya
pemikiran yang sama. Ketika dirinya sudah dewasa, sudah berpenghasilan sendiri,
artinya mereka adalah manusia yang bebas. Tak boleh ada yang memberi penilaian
pada prilaku mereka dengan nilai salah.
Kalau memuji sih boleh saja. Hal itu akan
dianggap sikap apresiatif dan memotivasi. Tapi kalau berupa penilaian salah,
disertai nasihat pula, meski dari orangtuanya sendiri malah dianggap nyinyir,
terlalu ikut campur urusan orang lain, resek, kurang kerjaan, yang
begitu-begitu deh pokoknya.
Paham individualis ala barat begitu dalam
menjangkiti kaum muslimin. Sehingga mereka tak memahami lagi, bahwa nasihat
adalah bagian dari agama mereka. “Dari Tamim
ad-Dari, Rasulullah SAW bersabda, “Agama adalah nasihat.” Para sahabat bertanya “Untuk siapa wahai
Rasulullah?” beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan untuk
para pemimpin kaum muslimin dan kalangan umum.”
Ustaz Yuana Ryan Tresna,
Pengasuh Ma'had Darul Hadits Khadimus Sunnah menjelaskan maksud hadist
tersebut. Nasihat pada Allah swt adalah mengimani dan mentaatiNya.
Nasihat kepada kitab (al
Quran) maksudnya mengimani dan mengamalkan isinya. Nasihat kepada Rasul
maksudnya mengimani dan meneladani Rasulullah saw. Nasihat pada imam maksudnya
melakukan koreksi atau muhasabah pada pemimpin.
Nasihat pada kalangan
kaum muslimin umumnya adalah berdakwah. Saling menasihati adalah karakter umat
Islam. Allah swt memahami betul tentang makhluk ciptaanNya yang penuh khilaf,
lupa dan lalai. Sehingga dakwah menjadi kebutuhan.
Disamping itu, nasihat
adalah wujud kasih sayang dan perhatian. Apalagi orangtua. Secara umum orangtua
manapun pasti menyayangi anak-anaknya. Tak ada yang meragukan hal itu.
Ketika orangtua menegur
kesalahan anak-anaknya dan mengajak untuk mengingat Allah swt, itu artinya
mereka khawatir akan keselamatan anaknya di akhirat kelak. Sebab orang-orang
yang beriman sadar, tak ada manusia yang bisa lolos dari perhitungan amal di
akhirat.
Namun dengan alasan
sudah dewasa, demi mencari uang, uangnya buat orangtua juga, banyak orang
mengabaikan peringatan dari orangtuanya. Harta telah membuatnya merasa hebat
dan kuat. Mereka pikir harta membuatnya aman dari ancaman neraka.
Kalau sudah terlanjur
memiliki anak yang sudah dewasa dan jauh dari agama serta tak ingin mendengar
nasihat, orangtua hanya bisa berdoa dan bermuhasabah, seperti apa selama ini
orangtua mendidik anaknya.
Jika sejak awal orangtua
sudah memberi kasih sayang dan perhatian sepenuh jiwa serta sudah berusaha mendidik
mereka menjadi hamba Allah yang taat, maka sikap anak tersebut bukanlah salah
mereka.
Pendidikan memang tak
cukup hanya di dalam rumah. Tumbuh kembang fisik dan pemikiran manusia juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya. Akses informasi
dari media pun turut mempengaruhi cara berpikir kita.
Kehidupan kita hari ini
diwarnai sekulerisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Sehingga yang
berkembang adalah individualisme, hedonisme, materialisme dan isme-isme buruk
lainnya. Alhasil corak umum yang kuat di tengah-tengah kita ya seperti itu.
Namun kalau ternyata
anak-anak yang anti nasihat itu pada dasarnya memang tidak mendapatkan haknya
dididik dengan baik oleh orangtua, karena kesibukan orangtua mencari nafkah
misalnya, maka orangtua harus memohon ampun pada Allah swt dan minta maaf pada
anak.
Katakan pada anak-anak
itu bahwa orangtua mengakui kesalahan yang dulu dan ingin anak-anaknya salih
dan saliha, karena ingin bersama mereka berkumpul di surga.
Dari apa yang aku amati,
bagi orangtua meminta maaf dan mengaku salah sama anak itu berat. Kebanyakan orangtua
selalu merasa benar dihadapan anak.
Mereka merasa telah
susah payah bekerja dan berjuang selama hidup mereka untuk kebaikan anak. Sehingga
anak yang harus mengerti mereka. Yang begitu juga tidak benar dong ya.
Karena orangtua dan anak
sama sama manusia yang bisa khilaf, lupa dan lalai. Semoga setiap hubungan anak
dan orangtua bisa harmonis ya dan bisa sama-sama jadi hamba Allah swt yang
taat. Aamiin ya Allah.
0 Comments
Post a Comment