Handphone merk Xiaomi type redmi 8
milikku sudah ku gunakan sekitar dua tahun. Saat itu aku membelinya seharga satu
juta delapan ratus ribu rupiah. Kali ini aku mau sedikit cerita saja tentang rasanya
memakai ponsel asal China ini.
Belakangan ponsel keluaran China seperti
Oppo, Vivo dan Xiaomi merajai pasaran. Kepopulerannya mengalahkan Samsung yang
sebelumnya sempat unggul. Kalau ditanya kenapa awalnya aku pilih Xiaomi Redmi
8, jawabnya aku nggak milih sih. Hehe.
Soalnya aku nggak begitu care sama hal-hal berbau ponsel. Model ponsel keinginanku sederhana saja. Kamera jernih. Kapasitas penyimpanan besar. Lancar buat medsos dan baterai tahan lama.
Aku sampaikan kriteria ponsel keinginanku
kepada suamiku. Dia yang mencarikan ponsel sesuai kriteria tersebut. Dengan
badget yang juga pas di kantong suami. Setelah dipilah pilih jatuhlah pilihan
ke Xiaomi Redmi 8.
Setelah digunakan, ponsel ini memang
beneran pas sama yang aku inginkan. Layarnya standar ponsel pintar, yakni 6.2
inci. Kamera belakang 12 + 2MP. Ketajaman kameranya 280ppi dengan resolusi
sebesar 710 x 1520pixels. Beratnya 188g. Cukup baik ya.
Ponsel ini ternyata juga sudah memiliki
posesor Octa Core. Kerjanya hampir menyamai komputer. Ia memiliki 8 inti dalam 1 prosesor. Artinya, ia dapat mengoperasikan 8
aplikasi secara bersamaan dengan mudah
dan cepat.
Katanya sih cocok untuk
main game HD. Tapi resikonya ponsel kita bakal cepat panas dan boros baterai.
Tapi aku bukan pengguna game kok. Jadi masalah satu ini nggak terjadi sama aku.
Well, aku bisa bilang bahwa nggak ada
masalah yang berarti hingga saat ini sama ponselku. Aku paling suka sama
ketahanan baterainya. Kapasitas baterai Xiaomi Redmi 8 adalah 5000mAh.
Kapasitas sejumlah itu sudah cukup
memenuhi standar untuk sebuah ponsel pintar. Kalau pagi hari baterainya full,
dibawa keluar, seharian aku buka media sosial, nge-youtube, nge-zoom juga,
hingga malam baterainya masih ada.
Ini juga karena ditambah pemakaianku yang
wajar sih. Aku cukup merawat baterainya. Aku nggak pernah menggunakan ponsel
saat sedang diisi ulang. Dari sini aku pun baru tahu, nggak masalah ponsel
pintar diisi ulang dalam keadaan hidup.
Kalau ponsel jadul, seingatku wajib
dimatikan saat diisi ulang. Kalau nggak, baterai nggak akan terisi full. Nggak
ada juga istilah baterai kepenuhan sampai tubuh baterai membuncit.
Ponsel pintar zaman sekarang, dicharge
dari malam sampai pagi juga nggak bakal meluber kepenuhan. Nggak ketahuan pun
sebenarnya si baterai membuncit atau tidak. Kan baterainya model tanam.
Kameranya aku juga suka. Bila
dibandingkan dengan ponsel lain yang selevel secara harga dan spesifikasi,
kamera ponsel Xiaomi redmi 8 ini masih lebih baik. Jadi ponselku sering jadi
pilihan kalau ada sesi foto bareng .
Penyimpanan datanya cukup besar, yakni 64
GB. Aku puas memasang aplikasi yang banyak, tapi loading ponselnya tetap cepat.
Aku memasang aplikasi olahraga, buku, kamus, quran, medsos dan para
pendukungnya tentunya.
Hanya saja sedikit masalahku yang agak
malas membersihkan ponse dari debu. Kalau layar ponsel sudah berdebu, touching-nya
jadi nggak lancar. Kalau sudah begitu ya tinggal dibersihkan saja.
Teknologi cepat sekali berkembang. Sekarang sudah keluar berbagai merk smartphone baru. Tipe – tipenya juga semakin canggih. Tapi aku belum ada niat mengganti ponselku. Belum ada kebutuhan juga buat ganti dan masih betah pakai Xiaomi redmi 8 untuk menunjang aktivitas harianku.
0 Comments
Post a Comment