https://www.okezone.com/ |
Dalam channel Youtube-nya ProfesorRhenald Kasali, Ph.D. ikut mengomentari fenomena flexing yang populer di
kalangan pengguna media sosial. Aku sendiri baru tahu sih istilah flexing.
Kudet ya aku. Yang usianya lebih tua dari
aku aja ngeh sama istilah-istilah kekinian. Hemm. Flexing merupakan bahasa gaul
yang artinya pamer. Istilah itu digunakan untuk menyebut orang-orang yang suka
memamerkan kekayaan di media sosial.
Wah ternyata aku udah kenal prakteknya, tapi nggak tahu istilah penyebutannya. Entah siapa yang memulai, tontonan kemewahan dalam bentuk makan-makan, jalan-jalan dan pakai barang-barang branded kini bertaburan.
Home tour ke rumah orang-orang yang
disebut sultan atau crazy rich termasuk juga disini. Ada acara khususnya juga
di televisi. Tontonan pamer kemewahan makin banyak karena penontonnya juga
banyak.
Aku juga termasuk kali ya. Hehehe. Aku sesekali
nonton home tour. Jadi tahu deh, ada artis anak pengusaha yang di rumahnya ada
masjid pribadi. Sangking kayanya, masjid buat dipakek sendiri bersama keluarga
dan barangkali tamu-tamu yang datang kesana.
Padahal dalam Islam, masjid itu milik
umum ya. Masjid bagian dari syi’ar Islam. Kalau yang dimiliki pribadi itu
namanya mushalah dan harusnya bangunannya lebih kecil dari masjid. Kan yang
pakai juga sedikit.
Sebenarnya kalau si crazy rich ikhlas wakaf
masjid, dia bakal untung besar. Dia akan menerima pahala jariyah sampek kiamat
nanti ya. Sayangnya semangatnya beribadah tak dibarengi ilmu. Jadi saat ingin
beramal salih, malah salah.
Bagi orang-orang yang punya filter
pemahaman, menonton kemewahan seperti itu mungkin tak begitu masalah ya. Karena
mereka mampu mengambil baiknya dan membuang buruknya.
Yang jadi masalah adalah ketika para
penonton aksi flexing adalah orang-orang bodoh, yang ingin memiliki kemewahan
tapi tak mampu meraihnya dengan jalan yang wajar. Akhirnya ada dari mereka yang
memakai cara-cara buruk untuk dapat harta.
Mereka itulah yang pura-pura kaya.
Profesor Rhenald menjelaskan, ada penyedia jasa sewa untuk barang-barang
bermerk. Barang-barang mewah sewaan itu dipakai orang dengan berbagai tujuan.
Dari sekedar pamer hingga untuk melakukan penipuan.
Profesor Rhenald mencontohkan tentang
penipuan yang pernah dilakukan oleh pengusaha travel umrah. Sebelum ketahuan
belangnya, pengusaha travel itu menunjukkan foto-foto kehidupannya yang
berlimpah harta.
Hal itu dilakukannya untuk membangun
trust publik. Setelah kepercayaan publik dimiliki dan banyak yang deposit ke
mereka untuk biaya perjalanan umroh, maka disitu mereka menyelewengkan hak
nasabah lalu pergi bersenang-senang.
Flexing bukan menjamur di Indonesia saja,
tapi sudah mendunia. Bahkan awalnya yang ngajarin pamer di sosial media ya
orang asing. Contoh flexing tapi kaya boongan kayak yang ada di Cina. Disana
ada komunitas sosialita yang dibentuk untuk tujuan mengelabui pria kaya, agar
bisa dinikahi.
Profesor Rhenald pun menyebutkan ciri
orang kaya yang sebenarnya. Katanya orang kaya yang asli itu tidak suka pamer.
Penampilannya biasa saja. Selain karena menjadi kaya bagi mereka bukan sesuatu
yang wah lagi, pamer kekayaan juga ada bahayanya.
Entar bisa dicolek sama dirjen pajak,
ribet urusannya. Eits, ternyata ada alasan tersembunyi dibalik itu ya. Hehe
***
Kalau pengalaman saya, sebenarnya prilaku
pamer kemewahan bukan hal yang baru. Sebelum media sosial booming, hal itu
sudah ada di masyarakat kita. Paling tidak itu terjadi di kumpulan arisan
ibu-ibu.
Di sekitarku, arisan diidentikkan dengan
ajang pamer pakain baru dan perhiasan. Dandanan juga berlomba-lomba
menor-menoran. Dibumbui pula dengan gosip. Yang nggak kuat bakal mundur deh dari
kumpulan tersebut.
Belakangan kumpulan ibu-ibu bergeser ke
nuansa religi. Masih tetap ada unsur pamer pakaian baru dan gosip, tapi lumayan
karena ada sesi ceramah ustaz. Bisa jadi ajang menambah ilmu juga.
***
Ustaz Adi Hidayat bercerita, pada masa
jahiliyyah ada dua kubu dikalangan Suku Quraisy yang suka bersaing dalam hal
kemewahan. Mereka adalah Bani Abdu Manaf dan Bani Sahm.
Keduanya sering kali menunjukkan
kehebatan, kemuliaan dan kekayaan mereka. Sanking ingin menang dalam
persaingan, keduanya sampai pergi ke kuburan dan menghitung jumlah mayat yang
mati dari golongan mereka.
Lalu keduanya mengklaim jumlah mayat kaum
mereka disana lebih banyak dari musuhnya dan berbangga atasnya. Dari kejadian
ini, Allah swt menurunkan surat at takatsur.
1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3. Janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui.
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui
dengan pengetahuan yang yakin,
6. niscaya kamu benar-benar akan melihat
neraka Jahiim,
7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan
melihatnya dengan ‘ainul yaqin.
8.
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang
kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. At Takatsur)
Rupanya sudah dari dulu prilaku pamer kekayaan ada. Lalu Islam diturunkan
Allah swt untuk memberi penjelasan tentangnya. Surat at takatsur bukan hanya
untuk kaum jahiliyyah dahulu yang suka pamer. Tapi untuk seluruh manusia hingga
kiamat.
Melalui surat at takatsur Allah swt menggambarkan buruknya prilaku semacam
flexing. Flexing melalaikan manusia dari inti kehidupan di dunia. Membuat
manusia tak sadar bahwa dunia itu sementara, akhirat yang kekal selamanya.
Dunia adalah tempat mengumpulkan bekal untuk pulang ke akhirat. Jadi Allah
swt memperingatkan manusia agar jangan dibuai dunia. Tiga kali Allah swt
mengulang peringatannya di surat at takatsur.
Hingga Allah swt memberi ancaman dengan neraka, bagi yang tetap dalam kelalaiannya.
Orang beriman tentu akan merinding merenungi peringatan Allah swt dalam
ayat-ayat itu.
Di akhir ayat Allah swt mengingatkan bahwa setiap harta yang kita miliki
akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah swt kelak. Darimana asalnya dan
untuk apa.
Astaghfirullah. Semoga kita dilindungi dari memiliki harta yang tak diridhai Allah swt. Semoga kita juga bisa terhindari dari prilaku flexing.
0 Comments
Post a Comment